Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, sebagai orang tua kita perlu membantu mengembangkan keterampilan emosi si kecil. Menurut Rasmussen University, Amerika Serikat, dengan membantu mengelola emosinya, anak akan jadi lebih fokus saat bersekolah, berteman, atau bekerja dalam tim.
Sebab, jika anak tidak dibimbing, mereka akan mengalami kesulitan secara emosional, akademis, fisik, dan perilaku. Namun, sebelum membantu mengelola emosi anak, Anda harus paham soal tahapan-tahapan emosi anak usia dini.
Apabila Anda sudah mengetahui tahapan-tahapan perkembangan emosi anak, maka Anda akan lebih mudah membantu si kecil mengelola emosinya.
Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia Dini, Bagaimana?
1. Memperhatikan Emosi
Ketika masih bayi, si kecil sedang mengamati dan memperhatikan emosi di sekitarnya. Mereka tahu mana yang membuatnya bahagia dan mana yang membuatnya tidak nyaman, Moms. Sehingga, Anda harus menciptakan lingkungan yang aman dan konsisten untuk si kecil.
ADVERTISEMENT
Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan konsisten, maka Anda dan bayi bisa membangun hubungan emosi yang sehat. Kemudian, Anda juga perlu mendorong si kecil untuk menenangkan dirinya sendiri.
Bayi umumnya akan mengisap jempol untuk menenangkan diri, ini merupakan langkah pertama dalam mengatur emosinya. Jadi biarkan mereka mengisap jempolnya, karena ini adalah tahap perkembangan yang normal.
Selanjutnya adalah tunjukkan emosi Anda di depan bayi. Walaupun masih bayi, tapi si kecil sudah bisa mencerna dan memahami maksud emosi Anda. Sehingga ini akan membantu si kecil untuk melatih emosinya kelak.
2. Mengekspresikan Emosi
Saat anak mulai bisa berbicara dan lebih mandiri, mereka akan bereksperimen untuk mengekspresikan emosi dengan cara yang baru. Beberapa anak ada yang menumpahkan emosinya lewat gambar, atau bisa juga menjadi tantrum jika tidak mendapatkan keinginannya.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan tahap yang sulit bagi orang tua, karena anak mengalami emosi yang kompleks. Tetapi di sisi lain, anak juga belum mengetahui cara bagaimana mengekspresikan emosinya dengan baik.
Dengan demikian, lebih baik Anda tetap tenang, karena tantrum merupakan hal yang normal. Saat perasaan anak melampaui kemampuan mereka untuk mengekspresikannya, anak akan melakukan berbagai cara untuk menumpahkan emosinya.
Tugas Anda adalah membantu si kecil menemukan cara yang lebih baik dalam mengekspresikan emosinya, sehingga Anda tidak boleh ikut tantrum ya, Moms. Dr. Fran Walfish, psikoterapis keluarga dan hubungan, menyarankan untuk mengarahkan kemarahan anak dengan memberikan kejelasan, kebaikan, empati, dan ketegasan.
“Bersikap empati terhadap anak Anda, karena betapa sulitnya (mengatur emosi) bagi si kecil,” saran dokter yang juga penulis buku parenting 'The Self-Aware Parent: Resolving Conflict and Building a Better Bond with Your Child'.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Anda juga harus mengajarkan si kecil untuk membicarakan emosinya dengan baik-baik. Apabila anak Anda sudah memiliki kemajuan dalam mengatur emosinya, jangan lupa untuk memberikannya pujian ya, Moms.
3. Mengelola Emosi
Selanjutnya adalah mengelola emosi. Pada tahap ini, biasanya dirasakan oleh anak-anak usia PAUD atau 3-5 tahun. Sehingga, si kecil sudah memiliki lingkungan sosial yang baru dan juga sudah lebih mandiri.
Kondisi tersebut akan memberikan peluang besar dalam pertumbuhannya, tetapi juga menimbulkan beberapa tantangan baru. Anak harus mulai belajar berbagi, mendengarkan, dan bermain bersama. Jadi tidak menutup kemungkinan anak akan berseteru dengan temannya.
Perseteruan tersebut akan membuat anak emosi, sehingga cobalah buat strategi untuk mengelola emosi si kecil. Misalnya, jika si kecil marah kepada temannya, ajak dia ke tempat tenang, lalu mintalah untuk bernapas dalam-dalam.
ADVERTISEMENT
Selain cara tersebut, cobalah gali strategi mana yang pas untuk si kecil. Sebab ada anak yang lebih suka mengobrol dan menumpahkan emosinya lewat percakapan, atau mungkin menyendiri di kamar sambil menangis di bawah selimut.
Kemudian, jangan lupa untuk mengatakan kepada anak Anda bahwa marah, sedih, menangis, atau bentuk emosi lainnya adalah hal wajar. Sehingga, jika si kecil paham bahwa emosi-emosi tersebut normal, maka mereka pun akan mudah untuk mengendalikan emosinya.