Tak Selalu Finansial, Ternyata Faktor Ini Bikin Anak Sukses saat Dewasa

4 Januari 2025 12:06 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Anak Remaja Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Remaja Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Menjadi orang sukses, itulah harapan banyak orang tua terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua mungkin memiliki doa dan harapan yang berbeda-beda, namun semuanya satu tujuan, yaitu ingin anak selalu mendapatkan yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Bila ingin menjadikan anak seseorang yang sukses di masa depan, baik secara sosial, materi, hingga pendidikan, maka ada faktor yang tidak boleh terlewatkan oleh orang tua.
Hal ini jugalah yang diungkap oleh psikolog asal Selandia Baru, yang telah meneliti selama 52 tahun tentang apa yang membuat anak bisa tumbuh menjadi orang sukses. Ternyata, kesuksesan orang dewasa, khususnya pada finansial, sudah dimulai sejak masa kanak-kanak.

Kata Studi, Ini Faktor yang Pengaruhi Kesuksesan Anak saat Dewasa

Temuan ini berdasarkan penelitian yang melibatkan 1.000 anak di sebuah kota di Selandia Baru, Dunedin, sejak tahun 1972. Peneliti ingin mencari tahu faktor masa kanak-kanak yang memiliki dampak terbesar pada bagaimana anak tumbuh dan berkembang menjadi orang sukses.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari New York Post, ternyata kesuksesan di masa dewasa tidak banyak berhubungan dengan akademis, koneksi, atau etos kerja. Sebaliknya, peneliti menemukan bahwa peserta yang tumbuh menjadi orang dewasa paling sukses dan lebih percaya diri menunjukkan tingkat disiplin dan kecerdasan emosional yang tinggi saat masih anak-anak.
Singkatnya, para peneliti menyebut kecerdasan emosional (emotional quotient atau EQ) adalah faktor yang paling berperan menciptakan anak yang sukses, Moms.
Ilustrasi anak pra remaja. Foto: Nattapat Halpin/Shutterstock
Anak-anak dengan EQ tinggi menunjukkan kecenderungan untuk lebih banyak berempati, memiliki pandangan hidup yang lebih positif, bisa membuat keputusan yang lebih tepat, hingga mudah mengakui kesalahan yang dilakukan.
Sebaliknya, anak-anak dengan EQ rendah kemungkinan lebih besar untuk tidak banyak beruntung dalam finansial mereka saat dewasa. Pada usia 30an, orang dewasa dengan EQ rendah cenderung berpenghasilan rendah, menunjukkan kebiasaan keuangan yang buruk, banyak bergantung pada orang lain, tidak memiliki tabungan untuk memiliki rumah atau investasi, maupun tidak merencanakan masa pensiun mereka.
ADVERTISEMENT
Penelitian EQ peserta dilakukan secara berkala sepanjang masa kanak-kanak, yakni ketika mereka berusia 3, 5, 7, 9, dan 11 tahun, dengan cara mengamati perilaku anak-anak, mewawancarai orang tua mereka, hingga melakukan survei dengan guru-gurunya.
Hasilnya, ditemukan korelasi yang kuat antara kemampuan anak dalam mengendalikan emosi mereka dengan tingkat keberhasilan secara profesional saat mereka dewasa.
"Semua anak kadang-kadang kurang bisa mengendalikan diri. Tetapi, adanya hasil ini memastikan anak-anak yang mendapatkan skor (EQ) rendah menunjukkan pengendalian diri yang buruk dalam berbagai situasi dan berlangsung selama bertahun-tahun," tutur peneliti di Otago University dalam laporan American Scientist.
Bagaimana peran EQ dalam kesuksesan anak di masa dewasanya? Salah satu contohnya, peneliti mencatat EQ yang tinggi menjadi faktor penting di tempat kerja. Misalnya, seberapa banyak interaksi positif ketika ia bekerja sama dan berkomunikasi dengan rekan kerjanya.
ADVERTISEMENT
EQ pada anak dapat dikembangkan sejak masa kanak-kanak dengan bantuan dari orang dewasa paling berpengaruh dalam hidup mereka, yang tidak lain adalah kita sebagai orang tua. Sehingga, mulai saat ini, kita bisa mencoba untuk mendorong komunikasi dengan si kecil, berusaha memvalidasi emosi hingga membicarakan masalah mereka secara jujur dan terbuka.