Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Kondisi preeklamsia pada ibu hamil perlu diatasi dengan cepat dan tepat. Karena bila tidak, nyawa ibu dan atau janin di dalam perutnya jadi taruhan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, seringkali preeklamsia tidak tertangani dengan baik karena ibu hamil atau orang-orang di dekatnya kurang memahami bahaya maupun fakta-fakta terkait kondisi ini.
Bagaimana dengan Anda? Apakah sudah betul-betul memahami preeklamsia sehingga dapat bersikap waspada? Atau justru masih bingung karena punya banyak pertanyaan yang belum terjawab?
Nah Moms, untuk Anda, kumparanMOM merangkum berbagai pertanyaan yang paling sering muncul beserta jawabannya:
Pada usia kehamilan berapakah umumnya preeklamsia terjadi?
Mengutip laman Preeclampsia Foundation, preeklamsia dapat muncul kapan saja selama kehamilan, persalinan, bahkan hingga enam minggu setelah nifas, Moms. Namun, kondisi ini paling sering ditemukan pada trimester akhir kehamilan dan membaik dalam 48 jam setelah persalinan.
Perlu diketahui juga, bahwa preeklamsia dapat berkembang secara bertahap atau terjadi secara tiba-tiba, bisa juga meluas dalam hitungan jam, meskipun tanda dan gejala mungkin tidak terdeteksi selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Bisakah preeklamsia terjadi setelah bayi lahir?
Dalam beberapa kasus, preeklamsia justru tidak muncul sampai saat persalinan atau 48 jam setelahnya. Bahkan ada juga yang baru diketahui setelah enam minggu pasca persalinan. Ini disebut preeklamsia post-partum.
Bagaimana cara agar terhindar dari preeklamsia?
"Tentunya kita lihat pasien-pasien yang punya risiko preeklamsia, diwaspadai," ujar dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, MKes.
Misalnya hamil di saat usia ibu sudah mencapai 40 atau lebih, hamil kembar, ibu hamil yang punya riwayat hipertensi, juga ibu hamil yang mengalami obesitas atau kegemukan.
Pasien-pasien berisiko ini biasanya diberi suplemen anti oksidan agar pembentukkan pembuluh2 darah awal rahim dengan janin itu lebih baik dengan kondisi seperti ini bisa mnecegah kondisi preeklamsia di kemudian hari.
Bila sudah terjadi, apakah preeklamsia bisa diobati?
Sebenarnya, satu-satunya 'obat' untuk preeklamsia adalah dengan kelahiran bayi dan plasenta. Itulah kenapa ketika terjadi preeklamsia, ibu dan bayinya perlu dimonitor dengan cermat. Sebab dalam beberapa kasus, bayi harus segera dilahirkan, terlepas dari usia kehamilan, untuk menyelamatkan nyawa ibu atau bayi.
ADVERTISEMENT
Selain itu ada obat-obatan dan perawatan yang dapat memperpanjang kehamilan mungkin juga diberikan untuk meningkatkan peluang kesehatan dan kelangsungan hidup bayi.
Misalnya pemberian obat anti hipertensi dan obat anti kejang.
"Bahkan kadang-kadang kita perlu beri steroid untuk jaga-jaga. Kalau misalnya harus lahir, si bayi ini sudah siap paru-parunya untuk bernapas spontan. Jadi streoid itu gunanya untuk pematangan janin," ujar dr. Ardiansjah.
Bila alami preeklamsia pada kehamilan pertama, akankah berulang di kehamilan selanjutnya?
Bisa saja. Jadi kalau sudah punya riwayat preeklamsia di kehamilan pertama, di kehamilan kedua Anda perlu lebih berhati-hati, Moms.
Sebaliknya, mungkinkah preeklamsia terjadi hanya pada kehamilan kedua?
Jika pada kehamilan pertama Anda tidak mengalami preeklamsia, risiko mengalami preeklampsia pada kehamilan berikutnya sangat rendah.
ADVERTISEMENT
Lain halnya, jika Anda memiliki faktor risiko lain, misalnya usia berisiko atau berat badan berlebih pada kehamilan kedua.
Apa dampak jangka panjang dari preeklamsia?
Beberapa penelitian yang dilakukan para ahli di Fakultas Keperawatan George Washington University, University of Pittsburgh School of Medicine dan University of Minnesota, Amerika Serikat mengungkapkan bayi yang lahir dari kehamilan preeklampsia memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi, penyakit arteri koroner, dan penyakit kronis lainnya dalam kehidupan dewasa.
Selain itu, mereka juga menemukan hubungan antara preeklamsia dengan penyakit jantung dan stroke. Diketahui, wanita yang pernah mengalami preeklamsia memiliki tiga hingga empat kali risiko tekanan darah tinggi dan dua kali lipat risiko penyakit jantung dan stroke. Mereka juga memiliki peningkatan risiko terkena diabetes.
ADVERTISEMENT
Bagi wanita yang mengalami preeklamsia dan melahirkan prematur, memiliki bayi berat lahir rendah, atau menderita preeklamsia berat lebih dari sekali, risiko penyakit jantung bahkan bisa lebih tinggi.
Penelitian ini tidak berarti Anda pasti akan mengalami masalah jantung jika Anda mengalami preeklamsia, Moms. Tetapi kondisi tubuh kita selama menjalani kehamilan memang dapat berfungsi sebagai tanda peringatan dini untuk penyakit jantung di masa depan. Itulah kenapa, kita tetap perlu bersikap waspada.