Tertimbun Lumpur saat Gempa, Pesan Terakhir Ira: Rawat Anak Saya

2 Oktober 2018 11:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Anak di Palu Pasca Tsunami (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak di Palu Pasca Tsunami (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kelurahan Petobo adalah salah satu wilayah terdampak bencana di Sulawesi Tengah yang paling sulit dievakuasi. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP), sebanyak 774 unit rumah hancur tertimbun lumpur hitam. Guncangan pada sedimentasi di bawah tanah menyebabkan lumpur timbul ke permukaan.
ADVERTISEMENT
"Perumahan Petobo seolah-olah hanyut ditelan lumpur," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta, Senin (1/10).
Kondisi ini membuat BNBP sulit mengevakuasi para korban. Salah satu korban yang belum ditemukan hingga berita ini dibuat adalah Iramaya Abdul Fattah, seorang ibu dari dua anak. kumparanMOM mendengar kronologi terpisahnya Iramaya dari keluarganya yang menyayat hati.
Saat gempa mulai mengguncang pada Jumat (28/9), Rifki Hamdani, suaminya, baru saja selesai mandi. Hanya berbalutkan handuk, ia menggandeng istri dan dua anaknya untuk segera keluar rumah. Namun Iramaya masuk kembali untuk mengambil jaket.
Lokasi Kelurahan Petobo, Palu. (Foto: Dok. Google Maps)
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi Kelurahan Petobo, Palu. (Foto: Dok. Google Maps)
“Sebelum salat maghrib di masjid, Rifki biasanya mandi dulu. Saat itu Kak Ira belum sempat pakai baju, lalu terasa gempa. Mereka sudah keluar rumah tapi kakak saya masuk lagi buat ambil jaket untuk suaminya,” papar Fitriani Abdul Fattah, adik kandung Iramaya saat dihubungi pada Senin (1/10).
ADVERTISEMENT
Untungnya Iramaya sempat menitipkan Basma, anak keduanya yang baru berumur dua tahun, ke tetangganya untuk diselamatkan. Sebab hanya selang beberapa detik kemudian, lumpur menggulung Petobo dan ratusan rumah luluh lantak. Termasuk rumah Iramaya sebelum ia sempat keluar.
Rifki dan anak pertama Ira, Ibrahim (6), juga tak sempat beranjak. Puing-puing rumah yang runtuh mengenai Rifki hingga lengannya patah. Sementara Ibrahim yang biasa disapa Ohim, jatuh pingsan dan matanya terkena lumpur.
“Rifki masih di lokasi hingga pukul 9 malam. Dia enggak mau dievakuasi karena masih dengar suara istrinya yang tertimbun lumpur dan puing rumah," tutur Fitriani, "Suaranya masih ada, tapi seluruh badannya sudah tertimbun. Kakak saya lalu bilang ‘selamatkan Ohim saja, saya masih kuat di sini’. Bahkan dia sempat minta maaf pada suaminya,”
Ketinggalan lumpur yang menenggelamkan perumahan. (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Ketinggalan lumpur yang menenggelamkan perumahan. (Foto: Dok. BNPB)
Akhirnya Rifki dan Ibrahim dievakuasi oleh warga. Sementara Iramaya makin tertimbun karena tanah masih berguncang. Bangunan-bangunan di Petobo pun makin amblas.
ADVERTISEMENT
Sebelum suara Iramaya benar-benar hilang, Ira sempat menitipkan salam untuk suami pada tetangganya yang membantu proses evakuasi.
“Salam buat suami suami saya, jika ia berhasil selamat, tolong rawat anak saya,” demikian kata-kata terakhir Iramaya yang didengar oleh warga.
Hingga berita ini diturunkan, tubuh Iramaya belum ditemukan. Sementara Rifki yang sempat dievakuasi di RS Budi Agung Palu bersama kedua anaknya kini sudah ditangani keluarganya.