Tips Berkomunikasi dengan Suami saat Merasa Kesepian dalam Pernikahan

28 September 2022 14:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
13
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan suami istri. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan suami istri. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada beberapa fase yang mungkin dirasakan pasangan suami istri. Mulai dari rasa bahagia, khawatir, hingga kesepian. Ya Moms, meski sudah tinggal bersama, rupanya ada juga pasangan suami istri yang merasa kesepian.
ADVERTISEMENT
Menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center pada 2018, kesepian pada pasangan yang sudah menikah cenderung meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Sebagian besar penyebabnya dipicu oleh rasa tidak bahagia dalam kehidupan rumah tangganya.
Menurut Saskhya Aulia Prima, M. Psi, Psikolog, kesepian dalam pernikahan biasanya disebabkan oleh kurangnya waktu berkualitas antara suami dan istri.
“Sebenarnya kesepian dalam pernikahan itu merupakan ouput dari kualitas hubungan kita dengan pasangan tuh kurang cukup, ada yang kurang, sehingga kita merasa kesepian dan kita merasa melakukan semuanya sendiri,” kata Saskhya, dalam Kelas Cerdas kumparanMOM yang bertajuk ‘Kesepian dalam Rumah Tangga, Bagaimana Mengatasinya?’, Senin (26/6).
Ilustrasi pasangan suami istri. Foto: Shutter Stock
Berbicara soal kualitas pernikahan, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari berjauhan secara fisik, kurang support dari pasangan, selalu mengkritik aktivitas salah satu individu, atau komunikasi yang kurang baik. Lalu, bagaimana cara menghadapinya?
ADVERTISEMENT

Cara Berkomunikasi dengan Suami saat Merasa Kesepian dalam Rumah Tangga

1. Cari waktu yang tepat
Menurut Saskhya, hal utama yang perlu diperhatikan adalah melihat kesiapan lawan bicara atau pasangan Anda. Selain itu, cobalah untuk mengingat kembali apakah sebelumnya Anda dan pasangan mempunyai kebiasaan untuk membicarakan hal-hal yang sensitif. Sebab, kesiapan dan reaksi hati dan otak setiap orang saat mendapatkan ‘emergency call’ akan berbeda.
“Kita perlu melihat kesiapan lawan bicara kita, baik terhadap pemahaman hal yang akan kita komunikasikan, dan kira-kira situasinya kayak gimana. Lihat juga apakah kita udah punya kebiasaan dengan pasangan enggak sih untuk ngobrol bareng, atau kalau lagi ada masalah aja,” kata Saskhya.
2. Perhatikan sentimen ruangan
Selain waktu yang tepat, Anda juga perlu memastikan bahwa tempat yang digunakan untuk berbicara nyaman dan rileks. Misalnya saja duduk berdua di sofa ruang tamu sambil makan camilan.
ADVERTISEMENT
“Sentimen ruangan pun harus diperhatikan saat kita ingin membicarakan kebutuhan kita. Pastikan juga tempat yang mau dipakai ajak ngobrol enak,” tambah Saskhya.
Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Tirachard Kumtanom/Shutterstock
3. Gunakan sudut pandang “aku” atau I message
Saat berbicara tentang kebutuhan emosional masing-masing pasangan, Anda perlu berhati-hati dalam memilih kata dan kalimat. Sebaiknya gunakan sudut pandang I message dalam diri Anda agar tidak ada pihak yang tersudutkan. Ya Moms, I message merupakan cara mengekspresikan emosi atas sesuatu hal atau kejadian tanpa menyalahkan orang lain.
“Kalimatnya mungkin diganti dulu kali ya pakai kata aku dulu, kayak aku tuh hari ini kayak sedih, marah, kecewa, tapi juga aku paham kamu lagi banyak kesibukan dan sebagainya. Jadi, angle-nya tuh bukan 'dia yang enggak perhatiian', tapi 'aku juga butuh diperhatikan',” jelas Saskhya dalam pengandaiannya.
ADVERTISEMENT
4. Siapkan mental dan fisik
Menyiapkan kesiapan mental dan fisik juga perlu dilakukan saat akan berkomunikasi dengan suami. Ya Moms, pastikan kondisi fisik dalam keadaan sehat dan dapat mengatur kesiapan emosional diri sendiri.
Pasalnya, Saskhya mengungkap, inti permasalahan yang terjadi hanya akan dibicarakan dalam tiga menit pertama pembicaraan, sisanya mungkin hanya menyudutkan salah satu pihak saja, dan berujung dengan adu argumen. Oleh karenanya, bila hal tersebut terjadi, sebaiknya hentikan pembicaraan terlebih dahulu agar bisa menemukan solusi yang tepat.
“Saat kita komunikasi bukan cuma pasangan nih yang kita atur secara emosi yang tepat, tetapi kitanya sendiri juga lagi siap enggak secara emosional. Karena kalau kita lagi enggak siap, kita jadi cenderung marah-marah kan. Kalau udah emosi banget, disetop dulu, karena kalau udah emosi enggak bisa jalan bareng,” pungkas Saskhya.
ADVERTISEMENT