Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Tips Mendidik Anak Tunggal Agar Mandiri dan Tetap Mudah Bergaul
20 September 2024 16:11 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Anak tunggal kerap mendapat banyak stereotip, seperti manja karena tidak memiliki saudara kandung untuk berbagi perhatian, egois karena tidak terbiasa berbagi, hingga anti-sosial karena kurang memiliki keterampilan saudara akibat tidak memiliki saudara di rumah.
Stereotip anak tunggal yang bermunculan kerap negatif dan tidak selalu mencerminkan kenyataan, Moms. Kenyataannya, banyak anak tunggal yang dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri, memiliki empati, dan punya keterampilan sosial yang baik.
Nah, bila Anda penasaran seperti apa cara mendidik anak tunggal agar tidak tumbuh seperti stereotip yang berkembang, simak penjelasannya di bawah ini.
Kelebihan Menjadi Anak Tunggal, Apa Saja?
Sebelum membahas tentang tipsnya, sebenarnya banyak keuntungan menjadi anak tunggal.
Mom Junction melansir, anak tunggal umumnya akan menunjukkan tingkat kedewasaan yang tinggi. Penelitian menunjukkan hal ini berkaitan dengan anak tunggal yang menghabiskan banyak waktu dengan orang tua, sehingga mereka pun akan meniru apa yang orang dewasa lakukan.
Kemudian, anak tunggal juga cenderung memiliki skor kecerdasan dan motivasi belajar yang lebih tinggi. Kenapa? Sebab, perhatian orang tua akan fokus pada satu anak saja, sehingga ia berpotensi tumbuh menjadi anak yang lebih cerdas.
ADVERTISEMENT
Orang tua dari anak tunggal juga umumnya berpendidikan baik, sehingga mereka pun akan berupaya untuk fokus pada pendidikan anaknya. Ya, orang tua dapat meluangkan waktu lebih sering untuk berinteraksi dengan anak dan mengajari si kecil hal-hal baru. Lebih jauh, keluarga dengan anak tunggal lebih mungkin menyediakan pendidikan yang terbaik yang mereka mampu, dan memperkenalkan pada kegiatan-kegiatan yang dapat berkontribusi pada pendidikannya kelak.
Anak tunggal juga cenderung lebih kreatif. Ini tercipta karena anak tunggal menghabiskan lebih banyak waktu sendirian, sehingga mereka akan berusaha mencari hiburan dengan menciptakan permainan baru dan bahkan dunia khayalannya sendiri.
Terakhir, orang tua anak tunggal cenderung akan berusaha memberikan semua perhatian dan cinta kepada anak mereka satu-satunya. Sehingga, bukan tidak mungkin si kecil akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan membangun citra diri mereka secara lebih positif. Penelitian pun menunjukkan bahwa anak tunggal memiliki harga diri yang tinggi dan berkeyakinan lebih kuat terhadap kemampuan mereka.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Cara Membesarkan Anak Tunggal?
1. Dorong untuk Berinteraksi Sosial
Anak tunggal mungkin akan lebih banyak menghabiskan waktu bermain sendiri atau dengan dunia khayalannya. Kondisi ini membuat orang tua anak tunggal khawatir ia akan kesulitan dalam bersosialisasi.
Agar tidak kesulitan, Anda pun dapat mengikutkan anak dalam berbagai aktivitas sosial dengan teman-teman sebayanya. Anda bisa mengatur jadwal bermain rutin, sehingga akan membantu anak beradaptasi dan menyesuaikan diri. Serta, anak bakal mempelajari konsep kesabaran dan mengembangkan keterampilan sosial mereka.
2. Ajari Nilai-nilai dalam Hubungan Sosial
Ketika anak tidak punya saudara di rumah, mereka akan lebih kecil kesempatannya untuk belajar tentang nilai-nilai dalam bersosialisasi. Seperti misalnya, kita haru saling berbagi, berempati, berkompromi, menerima kemenangan atau kekalahan, dan lainnya. Sehingga, menjadi tugas ayah dan ibu untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ia tidak akan sulit berhubungan sosial di masa yang akan datang.
3. Hindari Terlalu Banyak Ikut Campur
ADVERTISEMENT
Terkadang anak tunggal begitu sering bergantung pada orang tua mereka. Dan bila berlangsung terus-menerus, anak akan tumbuh jadi seseorang yang tidak mandiri. Jadi, biarkan anak berhadapan dengan konflik sosial yang sedang dialaminya, dan biarkan ia mengatasi masalahnya secara mandiri.
Tidak banyak campur tangan orang tua ini sekaligus mengajarkan anak untuk belajar tanggung jawab dan kemandirian, Moms.
4. Dorong untuk Tunjukkan Empati dan Kebaikan
Jangan khawatir, orang tua dari anak tunggal tetap bisa menanamkan nilai-nilai empati dan kebaikan pada ank mereka dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ajak si kecil untuk memelihara hewan peliharaan dan membantu pekerjaan rumah tanpa dipaksa.
5. Tidak Memperkuat Perfeksionisnya
Anak tunggal cenderung perfeksionis, dan mungkin mengharapkan orang lain melakukan hal yang sama. Namun, sebisa mungkin hindari memperkuat sifat perfeksionis anak. Jadi, biarkan anak melakukan kesalahan dan bisa belajar dari pengalamannya.
ADVERTISEMENT
6. Tidak Membebani
Meskipun anak tunggal mungkin berprestasi lebih tinggi, tetapi orang tua perlu memiliki harapan yang realistis. Jadi, jangan menetapkan harapan yang tidak realistis dan tidak dapat dicapai oleh anak. Ingat, meski anak tunggal sering kali tumbuh dewasa lebih cepat, tetapi mereka masih anak-anak. Sehingga, biarkan ia menikmati masa kecilnya.
7. Hindari Memanjakan Berlebihan
Anak tunggal biasanya mendapat semua yang mereka butuhkan dari orang tua mereka. Oleh karena itu, mulai dari sekarang hindari memanjakan anak dengan memenuhi segala keinginannya. Sebab, mereka perlu tahu bahwa tidak selamanya tuntutan mereka bisa dipenuhi.
Caranya bagaimana? Pertama, bisa batasi jumlah barang yang bisa mereka dapatkan. Kemudian, ajari mereka untuk mendapatkan barang-barang yang diinginkan dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil di rumah. Kepuasan yang tertunda dan usaha yang diperlukan itulah akan membantu mereka memahami nilai dari barang-barang, serta mengajarkan mereka keterampilan praktis.
ADVERTISEMENT
8. Tetapkan Batasan yang Jelas
Anak tunggal yang dekat dengan orang tua mereka akan lebih mungkin menunjukkan perilaku seperti yang dilakukan ayah dan ibunya. Jadi, bisa jadi ia akan menunjukkan perilaku suka memerintah dan sebagainya. Jika tidak dikontrol, maka ia akan lebih mungkin menjadi anak yang suka membantah.
Sehingga, penting untuk menetapkan batasan yang jelas dengan cara, misalnya, mengajarkan anak tentang perilaku yang dapat diterima dan tidak.