Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 Β© PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Persalinan adalah pengalaman hidup yang tak terlupakan. Di muka bumi ini, mungkin tak ada wanita yang bisa melupakan pengalaman bersalinnya.
ADVERTISEMENT
Saingannya? Bisa jadi pernikahan! Karena pernikahan tentunya juga meninggalkan kesan yang sangat mendalam dalam kehidupan seseorang.
Bedanya, pernikahan umumnya didokumentasikan dengan baik. Sementara persalinan, tidak biasa diabadikan selain di ingatan ibu sebagai peran utamanya.
Sementara bayi sebagai peran utama kedua? Tak bisa mengingatnya! Padahal persalinan adalah kejadian yang sangat istimewa. Proses luar biasa. Peristiwa bersejarah. Momen ia dilahirkan ke dunia. Sayang betul, ya?
Mungkin begini pemikiran para ibu-ibu yang akhirnya merasa perlu mendokumentasikan persalinannya. Baik itu oleh suami, keluarga, atau jika ingin hasil yang lebih prima layaknya karya seni, menyewa jasa fotografer atau videografer profesional untuk melakukan pendokumentasian ini.
Bila tidak melakukannya? Tak sedikit yang secara terang-terangan mengaku menyesal. Penyesalan para ibu yang tak mendokumentasikan persalinannya ini dapat dengan mudah ditemui di lini masa maupun forum-forum diskusi di dunia maya.
ADVERTISEMENT
"Merasa menyesalnya sekarang, setelah waktu itu suami sudah mau bikin video dokumentasi bersalin aku, tapi malah aku larang padahal kan bisa jadi pengingat," kata Ayudia Bing Slamet lewat sambungan telepon kepada kumparanMOM, Rabu (6/2)
.
Dokumentasi persalinan saat ini pun terbilang mudah ditemui pada media sosial. Cukup dengan mengetik tagar #birthphography di kolom search atau cari, maka keluar semua foto maupun video singkat yang Anda cari.
Meski belum diketahui secara pasti, siapa dan kapan yang memperkenalkan bisnis dokumentasi persalinan ini pertama kali, namun CBC News Kanada pada tahun 2012 pernah menulis, tren ini pada 2012 di Kanada mulai marak, namun dimulai terlebih dulu oleh International Association of Professional Birth Photographers (IAPBP) di Texas, Amerika Serikat pada tahun 2010.
ADVERTISEMENT
Tren dan Tarifnya di Indonesia
Sementara di Indonesia, meski sudah ada yang memulainya sekitar tahun 2010, jasa dokumentasi persalinan profesional mulai secara terbuka diminati sejak 2-3 tahun terakhir ini. Lihat saja media sosial sebagai buktinya. Dari hari ke hari semakin banyaknya orang yang membagikan foto dan video momen bersalin pada unggahan di media sosial mereka, apalagi para selebriti.
"Mungkin aku adalah yang pertama di Indonesia, yang mendokumentasikan persalinan secara profesional, mulai 2016. Klien pertamaku adalah teman dekatku yaitu (aktris) Tya Ariestya," kata Ayudia Bing Slamet, pemilik Dia Birth Photo kepada kumparanMOM, Rabu (6/2).
Menurut Ayu, sapaan akrabnya ini, respon masyarakat dari pengalaman kali pertama motretnya itu terbilang positif dan arus untuk orang banyak mengetahuinya juga tergolong cepat. Ini karena kekuatan cepat tersebarnya berita oleh media sosial, lalu berangkat dari pengalaman pribadinya karena sudah pernah melahirkan, dan keterampilannya dalam memotret.
ADVERTISEMENT
Ya, bagi ibu dari Dia Sekala Bumi ini, terjun ke dunia mendokumentasikan persalinan itu tak bisa dilakukan secara sembarang. Menurutnya, bisa saja seorang fotografer sudah ahli memotret pernikahan atau foto kehamilan, tapi belum tentu bisa melakukan dokumentasi persalinan.
"Karena pendekatan dengan kliennya berbeda, sehingga benar-benar harus memerhatikannya secara detail. Meski ada HPL (Hari Perkiraan lahir), tapi waktu kelahiran masih mungkin meleset. Pemotretan pun dilakukan dengan 1 kamera saja, alias tidak perlu ada lighting dan alat penunjang lainnya. Tujuannya agar jangan sampai mengganggu dokter maupun bidan. Tidak ada pengarahan gaya, karena memang dilakukan secara candid (apa adanya,)" terangnya.
Senada dengan Ayu, Stefany Putri pemilik dari Bukaan.Moment yang telah berdiri sejak 2017 ini, merasa bisnisnya di bidang mendokumentasikan persalinan juga mendapat respon positif.
ADVERTISEMENT
"Awalnya aku karyawan kantoran. Lalu, dalam mempersiapkan kehamilanku, aku bergabung dengan komunitas gentle birth. Dari sana aku melihat adanya peluang bagus ini, kemudian untuk pertama kalinya aku memotret temanku yang bersalin. Setelah mengantongi izin dari dokter dia, pas kontraksi dia telepon aku. Setelahnya, aku bikin Instagram dan kekuatan 'mulut ke mulut' juga, bisnis ini akhirnya semakin dikenal," jelas Puput, panggilan akrabnya itu, kepada kumparanMOM, Rabu (6/2).
Sepanjang tahun 2018, Puput menyadari permintaan akan jasa ini semakin pesat dan tak sedikit calon kliennya ia tolak. Prinsip Puput, meski rezeki melimpah di sana, tapi jangan sampai memforsir diri. Untuk itu hal ini pula yang memungkinkan Bukaan.Moment sebagai proyek perseorangan saja, kini membuka kolaborasi bersama fotografer lain, sesama perempuan.
ADVERTISEMENT
"Menjadi fotografer khusus di bidang persalinan, membuat aku harus siap selama 24 jam, harus siap ditelepon jam 1 pagi pula karenanya. Aku merasa, dengan usahaku yang semakin banyak permintaannya ini, perlu membuka jasa freelancer fotografer perempuan. Ya, harus perempuan, agar ibu yang akan bersalin serta suaminya dapat merasa nyaman. Hitung-hitung aku memberdayakan sesama perempuan, karena memang bayarannya lumayan," ujarnya.
Namun semua orang tahu, apa-apa yang sedang tren biasanya jadi mahal. Jasa dokumentasi ini tak terkecuali. Puput pun merasakan, adanya kenaikan harga yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, meski sebenarnya belum ada standar harga tentang jasa ini.
"Wah iya banget! Awal banget aku usaha ini bayarannya ratusan ribu, tapi sekarang mulai dari 5 juta," tambahnya. Sementara bila Anda ingin menggunakan Dia Birth Photo, kisaran harganya adalah 5 - 7,5 juta rupiah.
ADVERTISEMENT
Syarat Pakai Jasa Dokumentasi Persalinan
Bila Anda tertarik mengabadikan momen bersalin menggunakan jasa fotografer, pastikan terlebih dulu pihak RS dan dokter maupun bidan yang menangani Anda telah setuju. Sebab, nyatanya tak sedikit yang masih melarang.
"Saya pernah sudah dandan cantik dan sudah sewa jasa fotografer, tapi begitu ingin bersalin, dokter meminta saya untuk menghapus make up dan melarang adanya sesi foto. Mungkin karena saat itu, saya terpaksa harus melahirkan lewat jalur caesar," terang seorang perempuan yang identitasnya tak ingin disebutkan kepada kumparanMOM, Rabu (6/2).
Ayudia tak menampik, sebab memang masih ada yang menganggap kalau dokumentasi di ruang bersalin itu tak penting. "Itu karena mereka (pihak RS) mungkin belum tahu manfaatnya dari hanya menganggap sekadar foto-fotoannya saja, kan dengan dokumentasi bersalin maka kami bisa membuat bahagia dan memberi pengingat seumur hidup kepada orang tua baru tersebut. Lagipula, selama mengerjakan proyek ini, aku aku menaati banget apa-apa saja yang nggak boleh aku pegang di ruang bersalin, apa aja yang harus aku pakai, pengaturan mode diam pada kamera, dan sebagainya. Karena tak sedikit pula RS dan bahkan klinik yang sudah terbuka akan hal ini dan sempat mengajak aku untuk kerja sama," jelas Ayu.
ADVERTISEMENT
Sementara bagi Puput, ia sengaja membentuk target pasar di rumah sakit yang ada di Jakarta dan kelas menengah ke atas. "Karena targetnya sudah kelihatan ya, dan aku pun sekarang sedang proses bekerja sama dengan rumah sakit di Jakarta, doakan semoga lancar ya," tambah Puput.
Selain soal regulasi rumah sakit, Puput juga kerap mengingatkan calon klien soal foto bagus yang kini terpampang di konten Instagram miliknya.
"Diperlukan kesigapan fotografer dalam mengambil momen bagus. Selain itu, aku menyampaikan ke klien sebaiknya tidak perlu mematok 'mbak, nanti aku gayanya mesti seperti foto ini ya.' Momen persalinan tiap orang kan berbeda, tidak pernah ada yang sama, jadi tidak ada dokumentasi yang sama, terutama momen persalinan normal yang diambil secara candid." tutup Puput.
ADVERTISEMENT
Jadi bila tertarik, jangan samakan tren ini dengan tren gaya berpakaian yang dapat dengan mudah Anda tiru begitu saja!
Yuk, ikuti terus konten spesial Heboh Persalinan Zaman Now persembahan kumparanMOM.