Umur Berapa Anak Perlu Diberi Tahu Kalau Sinterklas Tidak Ada?

25 Desember 2019 9:55 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sinterklas Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sinterklas Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kemeriahan Natal rasanya tak bisa dipisahkan dari sosok Sinterklas. Ya Moms, anak Anda mungkin sering menjumpai Sinterklas di film atau melihatnya di perayaan Natal di mal atau gereja.
ADVERTISEMENT
Sinterklas digambarkan sebagai sosok baik hati yang suka membagikan hadiah untuk anak-anak yang berperilaku baik sepanjang tahun. Sebagai orang tua, kita tentu tahu bahwa Sinterklas bukanlah sosok nyata. Ya, kita mungkin juga kerap membohongi anak-anak dengan mengatakan kado yang mereka dapat adalah pemberian Sinterklas.
Lantas, di usia berapa anak bisa diberi tahu kalau Sinterklas itu sebenarnya tidak ada?
Sinterklas Foto: Shutterstock
Menurut Psikolog di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani M.Psi, Psi, Anda bisa memberi tahu anak tentang kebenaran sosok Sinterklas saat si kecil sudah mulai bertanya-tanya tentang keberadaannya.
"Jika mereka mulai bertanya (tentang keberadaan Sinterklas), sebetulnya mereka sudah siap untuk menemukan fakta bahwa Sinterklas sebenarnya tidaj betul-betul ada di dunia ini," jelas Nina, sapaan Anna Surti kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu.
Bayangan setiap anak akan sosok Sinterklas bisa berbeda-beda Foto: Shutterstock
Kalau anak Anda masih sangat mempercayai keberadaan Sinterklas, maka tak masalah juga, Moms. Yang penting jangan memaksakan bayangan bahwa Sinterklas itu nyata.
ADVERTISEMENT
Memang sih, membuat anak percaya bahwa Sinterklas itu ada jadi salah satu cara orang tua untuk memotivasi anak mereka dalam berbuat baik. Namun biasanya setelah anak masuk sekolah, mereka mulai bertanya-tanya apakah Sinterklas itu benaran ada.
"Kalau mereka masih sangat percaya, tepatnya terlanjur orang tua bikin percaya bahwa Sinterklas betul-betul ada, maka tidak apa-apa juga sih. Ingat, kita juga senang menonton film padahal kita tau bahwa film itu fiksi semata. Nggak ada masalah juga, kan?
Tapi begitu anak mulai bertanya-tanya, maka sudahlah, jangan lagi memaksakan anak untuk percaya bahwa Sinterklas itu ada," ungkap Nina.
Sinterklas dan pengunjung RS Siloam Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan
Anda bisa menyampaikan kebenaran ini pada anak yang usianya lebih besar. Ya Moms, orang tua bisa mulai dari menyampaikan bahwa mereka sudah besar. Misalnya dengan mengatakan: "Kan, kamu sudah tinggi, sudah lebih besar dibandingkan tahun lalu. Baju yang kemarin sudah nggak muat lagi. Selain kamu bertambah tinggi, kamu juga bertambah pintar. Jadi mama akan beritahu kamu suatu rahasia."
ADVERTISEMENT
Dengan awalan semacam ini, menurut Nina, anak akan merasa lebih siap untuk membicarakan fakta sesungguhnya.
Setelah itu, orang tua baru bisa membahas kelanjutannya dengan mengatakan: “Menurut kamu, Sinterklas itu sebetulnya ada betulan atau nggak? Apa yang membuat kamu berpikir seperti itu?”
Kemudian barulah bilang, “Iya, memang Sinterklas itu tidak betul-betul ada."
Sinterklas di RS Siloam Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan
Anda juga boleh kok, mengatakan bahwa Sinterklas yang ada di mal itu hanyalah orang yang berpakaian Sinterklas. Orang tua juga bisa mengenalkan Sinterklas lewat cerita atau dongeng-dongeng, kemudian bersama membahas dan menutup ceritanya dengan bilang “Kamu sekarang tahu bahwa itu hanya dongeng!”
Di akhir diskusi, Anda juga bisa menyampaikan pada anak, bahwa Sinterklas juga merupakan salah satu contoh dari semangat Natal itu sendiri, yang semestinya ada di dalam benak tiap orang. Yaitu si pembawa kebahagiaan dan memiliki sikap dermawan kepada semua orang.
ADVERTISEMENT