Valentine Identik dengan Cokelat, Tapi Jangan Berikan ke Anak di Bawah 2 Tahun!

14 Februari 2024 18:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak makan es krim cokelat. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak makan es krim cokelat. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tanggal 14 Februari diperingati sebagai Hari Valentine yang identik dengan cokelat. Biasanya menjelang Hari Valentine banyak supermarket maupun toko kue yang menjual cokelat dengan bentuk yang lucu-lucu dan menebar diskon.
ADVERTISEMENT
Cokelat dengan beragam bentuk ini mungkin menarik bagi anak. Apalagi jika banyak orang yang lebih besar juga makan cokelat, tentu saja anak jadi tertarik.
Tapi Moms, coba pikirkan lagi sebelum memberikan cokelat pada si kecil jika usianya masih di bawah 2 tahun, ya! Apa alasannya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini, ya.

Alasan Tidak Disarankan Berikan Cokelat pada Anak di Bawah 2 Tahun

Ilustrasi berbagai jenis cokelat Foto: Shutter Stock
Mom Junction melansir, cokelat mengandung banyak gula dan kafein. Di sisi lain, sistem pencernaan anak di bawah 2 tahun belum cukup baik untuk memproses kafein dan gula yang terkandung di dalam cokelat.
Selain itu, kafein dan gula bisa memicu perilaku agresif pada anak dan bisa merusak enamel gigi. Itulah sebabnya anak yang terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung gula, giginya jadi rusak dan menghitam.
ADVERTISEMENT
Hal senada juga dikatakan oleh ahli gizi asal Inggris, Lowri Turner. Menurutnya, bayi berusia di bawah 18 bulan harus menghindari cokelat, terutama dark chocolate dan milk chocolate atau cokelat yang mengandung banyak susu.
"Tapi selama si kecil masih tetap aktif, sedikit gula tidak akan membahayakan mereka. Namun perlu diingat, pemberian cokelat ini harus diimbangi dengan makanan yang bergizi dan juga pastikan orang tua rajin menggosok gigi si kecil," tutur Lowri, dikutip dari Live Strong.
Sementara itu, untuk anak di bawah 1 tahun, konsumsi cokelat lebih tidak disarankan lagi. Sebab anak yang masih periode MPASI harus makan makanan bergizi tinggi yang mengandung makronutrien dan mikronutrien. Sedangkan cokelat tidak termasuk di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Bayi yang terbiasa diberi cokelat sejak kecil berpotensi mengalami obesitas saat lebih besar nanti. Selain itu, ia juga berisiko mengidap diabetes.
Berdasarkan hasil penelitian USDA's Nutrition Assistance Program, ada beberapa bayi menunjukkan reaksi alergi terhadap cokelat. Gejala seperti diare ringan bisa terjadi pada bayi sesaat setelah diberikan cokelat.
Anak makan cokelat. Foto: Thinkstock
Meski begitu, cokelat juga bisa memberi dampak positif bagi anak yang sudah lebih besar. Beberapa manfaatnya antara lain:
1. Melancarkan sistem peredaran darah
Mengkonsumsi cokelat secara rutin telah terbukti dapat meningkatkan kinerja jantung dan pembuluh darah anak. Senyawa flavonoid yang terkandung di dalam cokelat juga bisa membantu mencegah terjadinya pembekuan darah dan meningkatkan sirkulasi darah anak.
2. Meningkatkan fungsi otak anak
ADVERTISEMENT
Flavonoid adalah salah satu senyawa yang terkandung di dalam cokelat. Senyawa ini termasuk salah satu jenis antioksidan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit kronis. Selain itu, flavonoid juga bisa bantu meningkatkan fungsi memori dan kemampuan kognitif umum anak, Moms.
3. Membantu mengurangi kerusakan sel
Cokelat diketahui kaya akan antioksidan. Tentunya, kandungan itu bisa membantu mengurangi kerusakan sel alami dan meningkatkan efisiensi berbagai fungsi sel di dalam tubuh anak.
4. Mengurangi kadar kolesterol jahat
Kadar kolesterol jahat juga kerap ditemukan pada beberapa anak. Misalnya, gorengan, junk food, dan beberapa makanan laut. Oleh karena itu, mereka disarankan mengonsumsi cokelat untuk menurunkan kadar kolesterol jahat.
5. Meningkatkan mood
Cokelat terbukti dapat meningkatkan mood dan perasaan bahagia di dalam diri seseorang. Senyawa serotonin yang terkandung di dalam cokelat juga bisa meningkatkan rasa tenang untuk pikiran anak.
ADVERTISEMENT