Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Viral Orang Tua Ajak Balita Mendaki Gunung Kerinci, Ini Tanggapan Dokter
23 September 2023 10:04 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ada yang mendukung dengan alasan mengenalkan alam pada anak sejak dini, namun tak sedikit juga yang khawatir dengan kondisi anak.
Dokter Spesialis Anak, Aisya Fikritama, Sp. A mengatakan, sebetulnya mengajak balita mendaki gunung tak berbahaya dengan syarat memperhatikan beberapa hal.
"Mengajak anak balita untuk mendaki gunung, apakah itu aman? Ya, sebetulnya ini tergantung dari seberapa tinggi dan seberapa jauh dari trek yang didaki ya," ujar Dokter Aisya kepada kumparanMOM.
Ia menyebut, tidak ada patokan khusus usia untuk mengajak si kecil mendaki. Namun, sebaiknya minimal usianya empat tahun.
Lantas, apa saja bahayanya jika balita yang memang belum cukup umur ikut kegiatan-giatan yang ekstrem?
"Kita tahu bahwa Gunung Kerinci ini adalah gunung berapi tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3800 meter di atas permukaan air laut," ujar Dokter Aisya .
ADVERTISEMENT
"Nah, bahayanya adalah tentunya ini akan memiliki cuaca yang ekstrem ya. Dan di sini risiko si kecil atau balita mengalami hipotermia atau kedinginan," sambungnya.
Selain itu, kata Dokter Aisya, balita juga bisa mengalami cedera akibat terpeleset karena trek yang tajam dan terjal. Balita yang diajak naik gunung juga bisa mengalami kelelahan, dehidrasi, dan mengonsumsi makanan yang berpotensi terkontaminasi bakteri.
"Apalagi (jika) makanannya harus bertahan dari alam ya. Misalnya memakan makanan yang mungkin sudah terkontaminasi virus dan bakteri. Tentunya ini juga sangat berpengaruh terhadap kesehatannya. Kita tahu bahwa anak-anak imunitas tubuhnya belum sempurna," ujar Dokter Aisya .
Bukan hanya itu, perbedaan tekanan udara di gunung juga bisa membahayakan anak. Sebab, perbedaan tekanan udara bisa mengakibatkan gendang telinga anak tak nyaman.
ADVERTISEMENT
Orang tua juga harus paham, bahwa si kecil bisa kekurangan oksigen saat mendaki. Sebab, semakin tinggi suatu tempat, maka semakin tipis pula kadar oksigennya.
"Jadi hati-hati jika si kecil mengalami tanda-tanda seperti sesak napas, kebiruan dan tampak lemas, maka segera turun ke ketinggian tertentu di mana keadaan oksigennya lebih banyak, ya," sebut Dokter Aisya .
"Sebaiknya ketika orang tua membawa anaknya untuk mendaki gunung, maka bisa berhenti di beberapa titik dan jika mengalami tanda-tanda yaitu anak menjadi malas minum, tampak lemas, tampak kebiruan di ujung bibir dan ujung kaki, maka segera turun ke ketinggian tertentu dan segera carilah pertolongan dokter," imbuhnya.
Untuk meminimalisir bahaya, orang tua yang hendak membawa balitanya naik gunung sebaiknya memakai tas gunung khusus balita. Spesifikasi dan keamanan tas gunung khusus balita ini bisa membuat si kecil merasa aman dan nyaman.
ADVERTISEMENT
Selain itu, orang tua juga harus membawa jaket outdoor saat hendak mengajak si kecil naik gunung. Sebab, perbedaan suhu antara dataran rendah dan tinggi bisa berbahaya bagi si kecil, dan berpotensi hipotermia.
"Ketiga, gunakan sandal atau sepatu khusus naik gunung (sepatu trekking). Tentunya kalau naik gunung akan melewati jalan tanah batuan ya sehingga tidak mulus, terlebih kalau misalnya ada curah hujan yang tinggi pasti akan licin. Jadi pastikan sandal sepatunya itu khusus untuk mendaki," ujar Dokter Aisya .
Selain itu, jangan lupa lengkapi peralatan dasar naik gunung, seperti tenda, sleeping bag, kaus kaki, raincoat, senter, P3K, perbekalan makanan, snack, alat masak, dan lain-lain.
"Kelima bawa mainan untuk anak karena mendaki gunung memerlukan waktu yang lama. Tentunya sekecil bisa saja bosan meskipun disuguhkan dengan pemandangan alam yang menekjubkan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Yang pasti, naik gunung tak bisa dilakukan asal-asalan, terlebih membawa balita. Orang tua harus menguasai ilmu dasar berkegiatan di alam bebas, memiliki fisik yang bugar, memperhatikan kondisi cuaca--salah satunya memilih waktu yang bukan musim hujan, dan juga memahami bahaya di gunung.
Kemudian yang tak kalah penting, orang tua perlu menekan egonya jika mengajak anak naik gunung. Sebab kondisi anak perlu jadi prioritas, bukan seberapa jauh dan seberapa tinggi gunung yang didaki.