Waspada Batuk Pertusis pada Bayi! Bisa Sebabkan Henti Napas hingga Kematian

7 November 2023 13:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi pura-pura batuk. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi pura-pura batuk. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap anak pernah mengalami batuk. Batuk sebenarnya berfungsi untuk mendorong keluar lendir yang berlebihan pada saluran napas yang sedang mengalami radang akibat berbagai hal. Sehingga, batuk juga bisa disebut sebagai pelindung dan penjaga saluran napas dari benda-benda asing.
ADVERTISEMENT
Batuk juga memiliki manfaat lain, yakni sebagai alarm. Dalam keadaan normal, Anda maupun bayi hingga anak-anak juga tanpa sadar akan batuk-batuk. Tetapi, ketika intensitasnya begitu sering, itu merupakan tanda ada masalah pada saluran napas. Saat itulah, Anda bisa membawa si kecil ke dokter untuk mencari pengobatan yang tepat atau konsumsi rempah-rempah sebagai obat alami.
Di sisi lain, batuk juga dapat merugikan bila keparahannya meningkat dan telah mengganggu kenyamanan bayi. Apalagi jika batuk lebih sering terjadi pada malam hari, sehingga membuat bayi atau anak sulit tidur.
Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), batuk juga akan mengganggu bila intensitasnya begitu parah. Yang paling khas adalah batuk yang disebabkan pertusis atau batuk rejan. Ini bisa juga disebut sebagai 'raja' batuk. Mengapa?
ADVERTISEMENT

Penjelasan soal Batuk Pertusis yang Rentan Dialami Bayi dan Bagaimana Gejalanya

Batuk rejan atau dikenal juga pertusis adalah jenis infeksi saluran pernapasan yang sangat menular. Penyakit ini ditandai dengan batuk yang diiringi suara tarikan napas tinggi yang khas dan berkepanjangan.
Batuk rejan biasanya disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, tetapi juga bisa disebabkan oleh bakteri Bordetella parapertussis. Penularannya dapat terjadi melalui droplets (partikel air kecil) dari batuk atau bersin seseorang yang terinfeksi. Jadi, ketika ada yang terinfeksi batuk atau bersin, droplets kecil yang mengandung bakteri dapat menyebar ke udara dan dihirup oleh orang lain di sekitarnya.
Anak batuk Foto: Shutterstock
Apa saja gejala batuk rejan?
Gejala batuk rejan biasanya berlangsung selama enam minggu. Serta, terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase catarrhal (fase awal), fase paroksismal, dan fase konvalesens (fase penyembuhan), yang masing-masing dapat berlangsung selama setidaknya 1–2 minggu.
ADVERTISEMENT
Gejala Batuk Rejan Fase Awal
1. Hidung tersumbat
2. Pilek
3. Bersin
4. Mata merah
5. Demam
Gejala Batuk Rejan Fase Paroksismal
1. Batuk yang terus-menerus diiringi suara tarikan napas yang khas
2. Batuk lebih sering pada malam hari
3. Mata yang tampak merah
4. Kulit kebiruan
5. Kesulitan bernapas
6. Batuk terus-menerus
7. Dahak disertai muntah
Sementara gejala baruk rejan fase konvalesens ditandai dengan batuk berkepanjangan yang perlahan-lahan mulai mereda. Tetapi, pada beberapa orang bisa bertahan selama beberapa minggu ke depan.
Batuk rejan yang bisa berlangsung dalam waktu yang cukup lama bisa seseorang yang mengalaminya bisa kesulitan bernapas. Saat Anda ingin mencuri napas di sela-sela batuk, maka harus dilakukan sambil menarik napas panjang hingga terdengar suara 'whoop'. Itulah mengapa batuk pertusis juga disebut sebagai whooping cough.
ADVERTISEMENT
Batuk rejan adalah salah satu kondisi yang dapat menyebabkan kecatatan dan bahkan kematian pada anak di bawah usia dua tahun jika tidak segera mendapat penanganan. Pada bayi muda di bawah dua bulan, batuk pertusis bahkan bisa menyebabkan terhentinya napas, yang dapat berujung kematian.
Beberapa komplikasi yang muncul antara lain dehidrasi, kesulitan bernapas, penurunan berat badan, pneumonia (infeksi paru-paru), kejang, gangguan ginjal, dan kurangnya pasokan oksigen ke otak (hipoksia).
Ilustrasi Anak Batuk. Foto: Shutterstock
Sementara itu, dikutip dari laman Ditjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, batuk pertusis sebenarnya bisa dialami oleh semua golongan umur. Sebab, tidak ada kekebalan pasif pada ibu yang bisa diberikan secara langsung pada saat melahirkan seorang bayi. Penderita batuk pertusis paling banyak pada kelompok usia 1-5 tahun, dan lebih banyak menyerang laki-laki ketimbang perempuan.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk melakukan tindakan pencegahan. Apa saja yang bisa dilakukan?

Cara Mencegah Batuk Pertusis pada Bayi

Nah Moms, cara pencegahan batuk rejan pada bayi bisa dilakukan lewat imunisasi DPT yang diberikan sebanyak tiga kali, yaitu di usia 2, 3, dan 4 bulan. Selanjutnya, imunisasi dapat dilanjutkan dengan pemberian booster pada usia 15-18 bulan dan 4-6 tahun.
Bila si kecil mendapat imunisasi DPT sesuai jadwalnya, maka risiko untuk terkena batuk rejan dan komplikasinya dapat terminimalisir.
Selain imunisasi, ada beberapa cara pencegahan penularan batuk rejan yang dapat dilakukan lewat aktivitas sehari0hari. Yuk pahami tips pencegahannya berikut ini:
1. Jaga Kebersihan
Menjaga kebersihan bayi dan seluruh anggota keluarga di rumah dapat membantu mencegah penyebaran batuk rejan. Ini dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan dengan air dan sabun setelah beraktivitas atau saat kondisinya kotor. Lalu juga menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersih, serta membuang tisu yang telah digunakan dengan cara yang tepat.
ADVERTISEMENT
2. Isolasi
Bila ada anggota keluarga yang didiagnosis batuk rejan, mereka harus segera diisolasi agar tidak sampai menularkan pada orang lain. Biasanya, dokter akan meminta pasien menyelesaikan pengobatannya dengan antibiotik secara penuh.
3. Pemeriksaan Rutin
Anak-anak, terutama di bawah usia dua tahun, harus menjalani pemeriksaan kesehatan rutin untuk memastikan mereka tidak terinfeksi batuk rejan. Jika muncul gejala batuk rejan seperti di atas, segera konsultasikan kepada dokter sehingga risiko keparahan dapat dicegah.