Waspada Gejala DBD Mirip dengan Flu, Ini Cara Membedakannya!

3 Agustus 2023 9:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak sakit. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sakit. Foto: Shutterstock
Cuaca tidak menentu bisa membuat anak rentan sakit. Daya tahan tubuh mereka yang belum sekuat orang dewasa, membuatnya rentan terserang virus dan bakteri, Moms.
Demam berdarah dengue (DBD) menjadi salah satu yang patut diwaspadai. Dalam laman Healthy Children disebutkan bahwa penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti ini cenderung meningkat saat cuaca peralihan.
Sebab, genangan air yang muncul di musim hujan membuat nyamuk lebih mudah berkembang biak. Di sisi lain, suhu yang masih cenderung panas ketika cuaca peralihan membuat binatang itu bertahan hidup lebih lama.
Tak heran, kasus DBD di Indonesia cenderung meningkat pada awal tahun. Kementerian Kesehatan mencatat, terdapat 42.690 kasus pada Januari-Juli 2023. Dari jumlah tersebut, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus terbanyak, Moms.
Saat anak terjangkit DBD, ia perlu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Sayangnya, gejala awal DBD kerap diabaikan karena tanda-tandanya yang mirip flu biasa.
Padahal bila dibiarkan, gejala-gejala tersebut bisa menjadi lebih parah serta membahayakan keselamatan si kecil apabila tidak ditindaklanjuti oleh dokter. Salah satu risiko terbesarnya adalah anak mengalami syok, Moms.
Lantas, bagaimana membedakan gejala DBD dengan flu?

Perbedaan Gejala DBD dan Flu

Flu disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi saluran napas. Akibatnya, anak akan mengalami demam, bersin, serta mengeluarkan cairan atau lendir pada hidung. Gejala ini biasanya akan mereda setelah seminggu, Moms.
Ilustrasi anak flu. Foto: Shutterstock
Sementara itu, dilansir Mayo Clinic, si kecil akan mengalami demam tinggi di atas 40 derajat celcius, nyeri otot, tulang, maupun sendi, serta muncul bintik-bintik merah pada kulit. Dalam beberapa kasus, frekuensi buang air kecil anak juga akan menurun, kaki dan tangannya dingin, hingga mengalami dehidrasi.
Demam pada anak mungkin akan menurun pada hari keempat, namun Anda perlu waspada karena biasanya kondisi ini merupakan fase kritis. Ya Moms, fase kritis bisa menyebabkan si kecil muntah lebih dari 3 kali dalam 24 jam, kesulitan bernapas, atau pendarahan.
Gejala-gejala tersebut tidak terjadi jika anak mengalami flu biasa. Bila anak menunjukkan tanda-tanda itu, jangan ragu untuk bawa si kecil ke rumah sakit guna mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Cara Mencegah DBD pada Anak

Memiliki anak yang sedang aktif-aktifnya tentu menjadi tantangan bagi para orang tua. Apalagi ketika si kecil suka bermain di outdoor, mau tak mau ayah dan ibu perlu menyiapkan perlindungan agar anak tidak sampai tergigit nyamuk Aedes aegypti yang menjadi penyebab penyakit demam berdarah.
Caranya mudah, Anda hanya perlu melakukan 3M Plus dengan menguras tempat-tempat yang sering dijadikan penampungan air, menutup rapat segala jenis tempat penampungan air dan mengubur barang-barang yang berpotensi jadi sarang nyamuk, serta mendaur ulang barang bekas.
Saat musim peralihan, kegiatan menguras penampungan air sebaiknya dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.
Selain itu, jangan lupa untuk melakukan poin plus dengan menyemprotkan obat nyamuk aerosol yang bisa membunuh nyamuk seketika. Usahakan penggunaannya minimal 2 jam sebelum Anda dan keluarga memasuki ruangan yang telah disemprotkan.
Obat nyamuk semprot biasanya dikemas dalam botol aluminium aerosol. Membuatnya mudah digunakan dan punya tingkat efektivitas yang tinggi untuk membunuh nyamuk.
Mulai sekarang, pastikan Anda melakukan 3M Plus untuk cegah demam berdarah ya, Moms!
Advertorial ini dibuat oleh kumparan Studio