Waspada Hidden Hunger pada Anak, Ini Peran Penting MPASI untuk Mencegahnya

10 Maret 2023 19:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Webinar nasional bidan Indonesia "Nutrisi Lengkap untuk Tumbuh Kembang Optimal" yang diselenggarakan oleh Indofood Nutrition bersama Klikdokter, Ikatan Bidan Indonesia, dan BKKBN pada 3 Maret 2023. Foto: Dok. Sun Bubur
zoom-in-whitePerbesar
Webinar nasional bidan Indonesia "Nutrisi Lengkap untuk Tumbuh Kembang Optimal" yang diselenggarakan oleh Indofood Nutrition bersama Klikdokter, Ikatan Bidan Indonesia, dan BKKBN pada 3 Maret 2023. Foto: Dok. Sun Bubur
Pertumbuhan dan perkembangan di dua tahun pertama merupakan periode emas yang dapat memengaruhi kualitas hidup anak di masa depan. Karenanya, anak membutuhkan nutrisi yang cukup dan berkualitas untuk mengoptimalkan proses tumbuh kembang.
Dokter anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Lanny Christine Gultom, SpA(K), dalam acara webinar nasional bidan Indonesia yang diselenggarakan oleh Indofood Nutrition bersama Klikdokter, Ikatan Bidan Indonesia, dan BKKBN pada 3 Maret 2023 lalu menyampaikan pentingnya menjaga proses tumbuh dan kembang anak sejak dini agar terhindar dari malnutrisi.
“Malnutrisi atau gangguan gizi bisa berupa kelebihan, kekurangan gizi, dan kekurangan zat gizi mikro. Ini harus diwaspadai karena dapat menghambat tumbuh kembang anak. Seringkali terjadi kekurangan zat gizi mikro dan ini tidak disadari oleh para orang tua, sehingga dikenal sebagai hidden hunger, saat anak tidak mendapat asupan vitamin dan mineral penting dalam jumlah cukup, seperti zat besi, zinc, kalsium, vitamin A, B, C dan D,” jelas dr. Lanny.
Lebih lanjut, dr. Lanny menambahkan bahwa kekurangan zat gizi mikro dapat menyebabkan tumbuh kembang anak tidak optimal, anemia, kecerdasan menurun, anak mudah sakit, penyakit mata, stunting dan sebagainya.
Nah, Moms, kebutuhan zat gizi mikro ini ternyata dapat dipenuhi melalui makanan pendamping air susu ibu atau MPASI, baik buatan rumah tangga (homemade) atau komersial.
Namun, pemenuhan zat gizi mikro dengan menggunakan MPASI buatan rumah tangga terkadang menjadi tantangan bagi para ibu, karena harus menekankan pemilihan bahan makanan yang merupakan sumber zat gizi mikro yang dibutuhkan, serta memperhatikan kemampuan bayi untuk menghabiskan makanan yang diberikan (akseptabilitas).
Sementara itu, MPASI komersial yang difortifikasi dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) harus mengandung zat gizi makro dan mikro sesuai kebutuhan harian bayi, berdasarkan Peraturan BPOM No 1 Tahun 2018 mengenai Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus.
Pada penelitian di Indonesia yang diterbitkan Folia Medica Indonesiana (2019) berjudul ‘Effect of Different Complementary Feeding on Iron Deficiency Anemia and Growth in Breastfed Infants: Home-Made VS Commercial’, kelompok bayi berusia antara 6 – 24 bulan yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan mengkonsumsi MPASI buatan rumah tangga memiliki kadar hemoglobin, besi serum, dan feritin yang lebih rendah, serta berisiko lebih tinggi mengalami stunting dan wasting atau berat badan menurun drastis, dibandingkan kelompok bayi berusia 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan mengkonsumsi MPASI komersial yang difortifikasi.
Senada dengan itu, dokter gizi dr. Putri Sakti, M.Gizi, Sp.GK, AIFO-K menyampaikan bahwa ada banyak bahan makanan kaya nutrisi yang dapat diolah menjadi MPASI, di antaranya hati ayam, hati sapi, daging sapi, wortel, ikan, telur dan kurma.
“Kurma familiar di Indonesia dan mengandung banyak vitamin dan mineral, seperti vitamin B kompleks yang diperlukan untuk pembentukan energi dan jaringan tubuh,” jelas dr. Putri dalam acara webinar yang sama.
MPASI buatan rumah tentu saja menjadi pilihan terbaik, namun ibu harus tahu cara mengolahnya sehingga asupan vitamin dan mineralnya tidak berkurang, dan higienitasnya tetap terjaga. Ibu juga harus memahami bahwa untuk memenuhi kebutuhan gizi harian bayi dibutuhkan makanan dalam jumlah yang relatif banyak.
“Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan zat besi harian bayi sebesar 11 mg diperlukan 85 gram hati ayam atau 385 gram daging sapi. Tentunya jumlah ini terlalu banyak untuk dikonsumsi, mengingat lambung bayi masih kecil, sehingga akan menyebabkan kelebihan asupan protein. MPASI fortifikasi yang telah diperkaya zat besi bisa menjadi alternatif,” tambah dr. Putri. D
“Guna memperkaya asupan nutrisi adik bayi, ibu dapat memadukan MPASI buatan sendiri di rumah dengan MPASI fortifikasi,” sambungnya.

SUN Bubur dukung anjuran pemenuhan gizi demi mengatasi hidden hunger

Dalam webinar ini, turut hadir ketua IBI Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes dan ketua BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) yang mengajak para bidan untuk mendampingi ibu-ibu di Indonesia memenuhi kebutuhan gizi anak demi mencegah hidden hunger, sehingga tumbuh kembang dapat tercapai dengan optimal.
Menyadari dampak serius hidden hunger dan sering terbatasnya ragam konsumsi makanan balita di Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk pun menghadirkan bubur bayi terbaru dengan varian rasa “Kurma & Susu”. SUN Kurma & Susu hadir sebagai upaya pemenuhan nutrisi Adik Bayi.
“SUN yang sudah dikenal lama oleh para ibu dan sebagai pemimpin pasar bubur bayi terfortifikasi di Indonesia, semakin mempertegas kepeduliannya dalam pencegahan kekurangan zat gizi mikro sejak MPASI pertama dengan meluncurkan produk baru SUN Bubur Kurma & Susu, yang dibuat dengan kebaikan kurma asli yang aman karena tidak mengandung pengawet,” papar Brand Manager SUN, Sri Lestari.
“Selain rasanya yang enak, SUN bubur Kurma & Susu mengandung nutrisi lengkap ESENUTRI yang dibutuhkan anak, seperti Protein, Omega 3 & 6, Zat Besi, Zinc, 11 Vitamin termasuk Vitamin B Kompleks dan 6 Mineral. Oleh karena itu, yuk ibu kita penuhi kebutuhan nutrisi buah hati kita, bersama-sama kita cegah hidden hunger ini dengan MPASI bernutrisi,” ujarnya.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan SUN Bubur