Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Salah satu pola asuh yang cukup sering dibicarakan adalah pola asuh helikopter atau helicopter parenting. Sudah pernah dengar, Moms?
Dikutip dari WebMD, helicopter parenting merupakan pola pengasuhan di mana orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam hidup anak. Misalnya saja, terlalu banyak mengatur keseharian dan kegiatan si kecil.
Pola asuh ini sebenarnya bermaksud baik untuk anak. Namun, para pakar menilai metode ini ke depannya justru bisa merugikan si kecil.
Terlalu mengatur dan mendikte kehidupan anak ternyata bisa membuatnya mengalami kesulitan belajar. Mereka juga cenderung akan kesulitan mengatasi masalah mereka sendiri ketika tumbuh dewasa.
Istilah "orang tua helikopter" pertama kali digunakan dalam buku Parents & Teenagers karya Haim Ginott tahun 1969. Ginott berbicara dengan seorang remaja yang mengibaratkan ibunya seperti helikopter dan mengatakan dia bosan dengan "kebisingan" ibunya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, masyarakat menggunakan ungkapan tersebut untuk menggambarkan orang tua yang terlalu protektif, suka mengontrol atau selalu campur tangan demi kepentingan anak mereka.
Ya, Moms, seiring pertumbuhan anak, orang tua dengan metode ini mendikte terlalu banyak hal. Untuk anak usia sekolah misalnya, orang tua dengan pola asuh helikopter ini akan sangat terlibat pada nilai anaknya, agar si kecil selalu dapat nilai yang baik.
Mereka biasanya akan selalu membantu mengerjakan pekerjaan rumah atau bahkan menemui guru untuk meminta mempertimbangkan kembali nilai buruk yang diberikan ke anaknya.
Apa Dampak Pola Asuh Helikopter pada Anak?
Pola asuh helikopter ini ternyata dapat mengganggu perkembangan emosi anak, misalnya saja:
- Perkembangan Sosial dan Akademik yang Lebih Lambat
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian mengamati sekelompok anak-anak berusia 2 hingga 10 tahun. Anak-anak yang orang tuanya sering mengatur, ternyata kurang mampu mengelola emosi dan perilaku.
Akibatnya, keterampilan sosial anak-anak menurun. Pada saat mereka berusia 10 tahun, anak-anak dengan orang tua helikopter ini justru tidak berprestasi di sekolah.
- Masalah Kesehatan Mental
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola asuh helikopter meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Orang tua yang ikut campur terlalu banyak untuk anak-anaknya dapat merusak harga diri si kecil.
Anak tersebut mungkin tumbuh dengan perasaan, orang tuanya tidak percaya bahwa mereka dapat melakukan banyak hal sendiri. Bahkan, mahasiswa yang orang tuanya terlalu terlibat cenderung lebih mungkin mengalami gejala depresi dan kecemasan.
- Kelelahan atau Burn Out
ADVERTISEMENT
Orang tua helikopter kerap membuat anak merasa kewalahan dan kelelahan. Anak-anak dengan orang tua helikopter lebih rentan terhadap kelelahan akademis dibandingkan teman sebayanya. Salah satu alasannya adalah karena mereka khawatir orang tuanya kecewa jika gagal.
Tips agar Tidak Jadi Orang Tua dengan Pola Asuh Helikopter
- Dengarkan anak-anak, Moms. Beri si kecil waktu untuk berbagi ide dan pendapatnya. Biarkan mereka tahu bahwa ide mereka penting bagi orang tuanya.
- Jangan langsung ikut campur. Jika anak menghadapi tantangan, biarkan mereka mencoba menyelesaikannya sendiri. Serta, jangan menawarkan bantuan yang mungkin tidak mereka inginkan atau butuhkan.
- Ajari si kecil bahwa setiap kesalahan bisa jadi kesempatan untuk belajar. Jadi, jangan takut untuk mencoba lagi bila gagal mengerjakan sesuatu.
ADVERTISEMENT
- Cobalah percaya dengan kemampuan anak. Sebab, kekhawatiran berlebih justru bisa menghalangi si kecil untuk mencoba hal baru dan berkembang.