Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Yang Perlu Orang Tua Pahami soal Silent Disease pada Anak
29 Oktober 2023 17:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Tak hanya jadi wadah untuk bonding dengan anak, di kumparanMOM Playdate Oktober, orang tua juga bisa saling berinteraksi dan berbagi informasi seputar kesehatan si kecil bersama expert. Kali ini membahas soal silent disease pada anak bersama Dokter Spesialis Anak, dr. Citra Amelinda, SpA, IBCLC, M.Kes.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, apa sih silent disease itu?
Silent disease adalah penyakit yang tidak bergejala secara fisik dan samar sehingga sering kali orang tua tidak menyadari anak menderita penyakit tertentu.
dr. Citra menyebut, jika berat badan anak tidak naik meski si kecil lahap makan, maka waspada pada penyakit yang tidak bergejala atau silent disease.
"Tidak ada penyakit yang silent, dia ada tapi diam-diam tidak ketahuan. Yang pertama kali orang tua harus perhatikan adalah asupan makan anak," tuturnya dalam acara #kumparanMOM Playdate.
Menurutnya, orang tua harus fokus dengan asupan makan anak dahulu. Pantau apakah si kecil makannya sudah sesuai atau belum.
"Cek jumlah yang dimakan anak sudah sesuai usianya belum. Teksturnya sudah sesuai belum," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Yang orang tua lakukan pastikan anak makan sesuai usia. Kalau nggak sanggup segitu, dicek ya. Kalau makan bagus sesuai panduan, tapi tinggi badan dan berat seret juga dicek,’’ sambung dr. Citra.
Kedua, pantau kenaikan berat badan anak. Anak di bawah satu tahun, wajib dicek setiap bulan. Bisa pula bebarengan dengan jadwal posyandu. Sementara di atas usia 1 tahun bisa dicek tiap tiga bulan sekali.
Lantas, mulai di usia berapa orang tua perlu waspada dengan silent disease?
Moms, dr. Citra mengimbau agar 1000 hari pertama tumbuh kembang anak, jangan sampai berat badan anak diam-diam menurun.
Selain berat badan, tinggi anak pun harus dipantau dan pastikan mengalami peningkatan.
Apa saja contoh silent disease yang sering terjadi pada anak?
- Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Bayi di bawah usia 12 bulan lebih mungkin terkena infeksi saluran kemih (ISK) dibandingkan anak yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa bulan pertama kehidupan, ISK lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Pada usia 1 tahun, anak perempuan lebih mungkin terkena ISK dibandingkan anak laki-laki—dan anak perempuan terus memiliki risiko lebih tinggi sepanjang masa kanak-kanak dan remaja.
-Anemia Defisiensi Besi (ADB)
Moms, kebutuhan zat besi cukup vital, terutama pada periode kritis kehidupan anak yakni masa kanak-kanak awal dan remaja. Zat besi ini dibutuhkan, salah satunya untuk perkembangan sistem saraf pusat.
Beberapa gejala anemia defisiensi besi seperti lelah, lemah, kulit pucat atau kuning, sesak napas, pusing dan sakit kepala. Anak juga bisa mengalami detak jantung cepat atau tidak teratur, nyeri dada, kaki dan tangan dingin, kuku rapuh, rambut rontok, pika (ingin mengonsumsi hal-hal selain makanan, seperti tanah liat, pasir atau batu) dan sakit pada lidah.
ADVERTISEMENT
- TBC
Tuberculosis atau TBC atau TB pada anak saat ini sedang mendapat perhatian serius dari para ahli. Sebab, kasus TBC di Indonesia saat ini menempati posisi ke-2 terbesar di dunia.
TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru, namun dapat menyerang hampir semua organ tubuh. Gejala TBC pada anak juga sering kali tidak disadari.
Anak dengan TBC ditandai dengan berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan, batuk lebih dari 3 minggu, demam lebih dari 3 minggu, lesu, tidak nafsu makan, dan ada benjolan lebih dari satu di leher.