Konten dari Pengguna

Panggilan Hutan: Kisah Hidup Hewan Liar

Nabilla Maharani Firdaus
Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
19 Mei 2023 7:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabilla Maharani Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Hewan Liar di Hutan. Foto: ShutterStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Hewan Liar di Hutan. Foto: ShutterStock
ADVERTISEMENT
Panggilan hutan selalu menggema dengan kehidupan. Dalam lembutnya desiran dedaunan, riuh rendah binatang-binatang malam, dan melodi burung-burung pagi, kita mendengar kisah-kisah yang tak terhitung dari para pemelihara hutan. Ya, hutan adalah buku yang tak ada habisnya, dan bab-bab terpentingnya ditulis oleh para pemain terpentingnya—hewan liar.
ADVERTISEMENT
"Hutan adalah lebih dari sekadar hutan; ia adalah rumah, ia adalah hidup, dan ia adalah cerita," kata Rachel Carson, seorang penulis dan konservasionis alam yang terkenal. Memang, hutan adalah sumber inspirasi dan pengetahuan tak terhingga. Namun, apakah kita cukup mendengarkan? Apakah kita cukup memahami?
Kita mungkin akrab dengan serigala yang melolong ke bulan, tapi bagaimana dengan panggilan kejam harimau yang merayap dalam semak-semak malam? Atau suara derik tupai yang berlari di antara pepohonan tinggi? Tiap suara, tiap gerakan, adalah bagian dari cerita yang lebih besar—sebuah kisah bertahan hidup, adaptasi, dan interaksi dalam hutan liar.
Fakta menariknya, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar hewan liar sebenarnya mengandalkan "bahasa" mereka sendiri. Misalnya, primata seperti monyet kapucin menggunakan berbagai suara dan isyarat untuk berkomunikasi, memperingatkan bahaya, atau menunjukkan sumber makanan. Tidak jauh berbeda, burung elang juga menggunakan panggilan tertentu untuk memperingatkan rekan-rekan mereka tentang bahaya mendatang.
Pelepasliaran burung Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di kaki Gunung Gede Pangrango, Taman Safari Indonesia, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Foto: Arif Firmansyah/ANTARA FOTO
Lewat semua ini, kita belajar bahwa hewan-hewan liar tidak hanya berbicara, tapi mereka juga mendengarkan. Mereka mendengar panggilan alam, meresponsnya, dan beradaptasi dengannya. Seperti yang dikatakan oleh ahli biologi terkenal, E.O Wilson, "Kita sedang mempelajari bahasa alam, bahasa yang telah dikuasai oleh hewan liar sejak awal waktu."
ADVERTISEMENT
Namun, meski kita mulai memahami bahasa mereka, kita harus bertanya: apakah kita sudah cukup peduli? Pembukaan hutan untuk pembangunan, perburuan liar, dan perubahan iklim semakin merusak habitat hewan-hewan ini. Apakah kita akan terus membiarkan suara-suara ini meredup sampai akhirnya lenyap? Atau kita akan mengambil tindakan?
Pada akhirnya, hutan adalah dunia kita, dan hewan liar adalah bagian integral dari dunia tersebut. Mereka adalah suara-suara yang telah lama bergema dalam kanopi hijau, membantu menjaga keseimbangan alam, dan memberikan kehidupan pada cerita-cerita yang kita cintai.
Seperti yang dikatakan oleh penulis terkenal Henry David Thoreau, "Hutan bukan hanya hutan, tetapi juga rumah bagi hewan-hewan yang melantunkan nyanyian alam." Mari kita ingat betapa pentingnya hewan liar untuk menjaga ekosistem hutan kita. Mereka adalah penjaga keanekaragaman hayati, pengontrol hama alami, dan bahkan pembantu penyebar biji-bijian yang berperan penting dalam pertumbuhan hutan.
Gajah-gajah yang ada di taman nasional Chiang Mai, Thailand Foto: Shutter Stock
Sebagai contoh, hewan liar seperti gajah dan tapir memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan hutan dengan cara menyebarkan biji melalui tinja mereka. Setiap biji yang ditinggalkan kemudian berpotensi tumbuh menjadi pohon baru, yang pada akhirnya membentuk hutan yang lebih sehat dan berlimpah. Ini bukan hanya fakta menarik, tapi juga bukti nyata dari kekuatan alam yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Dalam suatu studi, ditemukan bahwa dalam ekosistem hutan hujan, keberadaan harimau dapat membantu mengendalikan populasi rusa dan babi hutan. Ini pada gilirannya membantu menjaga keseimbangan hutan dan mencegah overgrazing yang bisa merusak tanaman dan pohon. Singkatnya, harimau adalah bagian tak terpisahkan dari keseimbangan alam.
Namun, seiring berkurangnya habitat, spesies seperti harimau dan gajah semakin terancam. Fakta ini bukan hanya mengkhawatirkan bagi kehidupan hewan-hewan itu sendiri, tetapi juga bagi hutan dan ekosistem yang mereka jaga.
Seperti kata penulis dan aktivis lingkungan Aldo Leopold, "Hal pertama yang perlu kita sadari adalah bahwa lingkungan hidup adalah suatu mesin yang kompleks. Kita tidak bisa memperbaikinya dengan mencabut satu roda saja."
Ilustrasi hutan Papua. Foto: Yayasan Econusa/Moch Fikri
Tantangan sekarang adalah bagaimana kita dapat menjaga hutan dan hewan-hewan liar yang ada di dalamnya. Bagaimana kita dapat merespons panggilan hutan dan hewan liar dengan tindakan yang memadai dan efektif.
ADVERTISEMENT
Memang, panggilan hutan dan hewan liar bukan hanya sebuah suara atau cerita. Lebih dari itu, itu adalah seruan bagi kita untuk bertindak. Untuk memahami, melindungi, dan menghargai kehidupan liar yang luar biasa ini. Karena seperti yang dikatakan oleh naturalis terkenal John Muir, "Dalam alam, kita tidak pernah sendirian. Di dalamnya, kita selalu berada di rumah."
Mari kita dengarkan panggilan hutan dan hewan liar. Mari kita berusaha memahami dan menghargai kisah-kisah mereka. Dan yang terpenting, mari kita bertindak untuk melindungi hutan kita, rumah bagi banyak kisah hidup yang menakjubkan. Sebab dalam setiap suara, dalam setiap gerakan, ada kisah kehidupan hewan liar yang berharga dan patut kita simpan untuk generasi mendatang.