1.090 Kematian Selama Gelombang Omicron, 68% Pasien Belum Divaksin Lengkap

15 Februari 2022 9:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas mengusung peti jenazah pasien COVID-19 di TPU Rorotan, Jakarta, Kamis (10/2/2022).  Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas mengusung peti jenazah pasien COVID-19 di TPU Rorotan, Jakarta, Kamis (10/2/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan hingga Minggu (13/2) kemarin jumlah kematian selama varian Omicron terjadi di Indonesia sudah berjumlah 1.090 pasien. Dari jumlah tersebut, sebagian besar belum divaksinasi lengkap dua dosis.
ADVERTISEMENT
“Dari data 1.090 pasien yang meninggal hingga minggu (13/2), 68% di antaranya belum divaksinasi lengkap, 76% usianya lebih dari 45 tahun, 49% masuk golongan lanjut usia, dan 48% memiliki komorbid," ujar juru bicara Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangannya, Selasa (15/2).
Nadia menegaskan vaksinasi lengkap dua dosis menjadi salah satu upaya untuk menekan penderita bergejala berat hingga risiko kematian akibat COVID-19.
"Kembali kami mengimbau masyarakat, termasuk anak-anak dan kelompok lanjut usia, untuk segera melengkapi vaksinasi karena vaksinasi telah terbukti mampu melindungi kita dari risiko gejala berat hingga kematian akibat terpapar COVID-19. Tidak ada lagi alasan kita untuk tidak mau divaksinasi melihat data-data yang ada,” jelas Nadia.
Jika membandingkan kasus kematian selama periode Omicron, angkanya masih jauh lebih rendah ketimbang saat puncak varian Delta, Juli 2021. Jika kematian tertinggi selama periode Omicron terjadi pada Senin (14/2) kemarin dengan 145 jiwa per hari, jauh dari kematian saat periode Delta yang menyentuh 1.800 jiwa dalam sehari.
ADVERTISEMENT
Begitu juga keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit juga masih terkendali.
Petugas medis melakukan pemeriksaan terhadap pasien COVID-19 di selasar Ruang IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021). Foto: Fauzan/ANTARA FOTO
“Dari sisi kapasitas rumah sakit, per Senin (14/2) pukul 18.30 WIB, pasien yang dirawat ada di 32% dari total ketersediaan tempat tidur dan isolasi. Artinya, rumah sakit kita masih memiliki kapasitas yang sangat baik untuk menampung pasien COVID-19. Angka ini baru sementara dan kapasitas ini masih dapat terus ditingkatkan jika memang diperlukan,” beber Nadia.
Sampai Minggu (13/2) kemarin, Kemenkes juga telah melakukan tes spesimen mencapai 451.040, dan rata-rata tes spesimen 7 minggu terakhir mencapai 410.846.
Ketersediaan oksigen di rumah sakit di 10 provinsi dengan peningkatan kasus tertinggi juga masih di atas 48 jam. Total oksigen konsentrator di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Bali, Sumatera Utara, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Papua mencapai 10.326. Sedangkan jumlah oksigen generator mencapai total 65.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Kemenkes mengimbau pasien tanpa gejala (OTG) dan bergejala ringan agar melakukan isolasi mandiri di rumah, atau di tempat isolasi terpusat yang disediakan pemerintah. Nadia mengungkapkan, hal ini akan mampu meringankan beban rumah sakit hingga 70 persen. Sehingga, pasien bergejala sedang hingga kritis bisa ditangani secara terfokus.
“Sejak adanya perbaikan layanan pengantaran obat bagi pasien isoman yang berkonsultasi melalui platform telemedisin, 85% paket obat Kemenkes kini sudah bisa sampai maksimal H+1 sejak pemesanan dilakukan,” pungkasnya.