104 Ular Dievakuasi Damkar Sleman Sepanjang 2021: Kobra Jawa hingga Ular Cecak

14 Desember 2021 16:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ular. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ular. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tak hanya menangani kebakaran, Damkar Kabupaten Sleman juga mengevakuasi 104 ular yang dilaporkan warga sepanjang tahun 2021. Evakuasi itu dilakukan karena dirasa membahayakan manusia.
ADVERTISEMENT
Kasie Operasional dan Investigasi Damkar Sleman Nawa Murtiyanto menjelaskan bahwa kemunculan ular ini terjadi sepanjang tahun. Namun, intensitas tertinggi terjadi ketika pancaroba peralihan dari kemarau ke hujan, biasanya pada bulan Oktober hingga November.
"Pancaroba peralihan kemarau ke hujan biasanya itu naik ularnya. Biasanya bulan Oktober-November. Kalau nggak maju, ya Oktober kalau mundur ya November," kata Nawa melalui sambungan telepon, Selasa (14/12).
Dia menjelaskan bahwa di dua bulan itu merupakan musim kawin ular sehingga banyak ular bermunculan. Lalu, pada bulan Desember, ular masuk masa menetas sehingga tidak lagi mencari sarang tetapi bergerak terus.
"Nah kebetulan saja ini mampir ke rumah si A dan B. Macam-macam ada yang kobra jawa, ular cecak, ular songo, biasanya itu dekat dengan aktivitas-aktivitas manusia kalau ular-ular sawah itu. Tidak sampai yang ekstrem kobra dan segala macam. Sangat jarang ditemukan," katanya.
Ilustrasi ular. Foto: Shutterstock
Penemuan ular ini menyebar di semua kecamatan di Sleman. Biasanya wilayah-wilayah yang dekat dengan persawahan. Beruntung selama ini belum ditemukan gangguan dipatok ular yang dialami warga.
ADVERTISEMENT
"Selama ini belum ada, baru potensi gangguan kalau sengatan belum ada. Dipatok ular juga belum ada. Kalau yang diterima damkar belum ada," katanya.
Nawa mengingatkan kepada masyarakat jangan membunuh ular jika menemuinya. Masyarakat diminta untuk melokalisir dan tak usah ragu menghubungi damkar maupun pecinta ular.
"Penanganan pertama sih jelas jangan dibunuh, karena istilahnya kalau wong Jawa itu podo-podo golek pangan (sama-sama cari makan) Pertama itu lokalisir saja artinya titik masuk titik keluarnya, kalau udah masuk rumah itu artinya ada celah. Begitu masuk rumah ya kemudian tutup saja biar nanti kemudian panggil temen-temen damkar atau pemerhati ular kalau memang takut," katanya.
"Dilokalisir saja, biasanya itu gini karena saking takutnya lupa melokalisir terus telepon begitu telepon petugas dateng ularnya sudah pindah. Begitu dicari kan nggak ketemu. Nanti ketemu lagi telpon lagi, kerja dua kali. Itu agar mempermudah penanganan. Jangan dibunuh karena rantai makanan juga. Kalau daerah di sekitarnya itu banyak tikus kan justru membantu," sambung dia.
Mobil damkar siap siaga Foto: Tio Ridwan/kumparan
Dia menjelaskan, setelah melakukan evakuasi, damkar akan berkoordinasi dengan BKSDA. Nantinya BKSDA yang akan melepas liarkan ke alam lagi.
ADVERTISEMENT
Tak hanya ular, Damkar Sleman juga mengevakuasi tawon. Tercatat ada 92 evakuasi tawon yang dilakukan Damkar Sleman selama 2021.
"Prinsipnya gini baik ular atau tawon itu sebenarnya sama punya rantai makanan kehidupan di alam. Jadi tawon itu kita batasi yang sekiranya itu mengganggu manusia, kalau sarang tawon di kebon ya jangan lapor damkar lah. Itu kan bagian dari penyerbukan dan proses alam," katanya.
Nawa menegaskan bahwa evakuasi tawon yang dilakukan hanya di rumah-rumah karena berpotensi mengganggu warga.
"Yang ditangani damkar hanya yang di rumah warga yang berpotensi mengganggu, kalau nggak mengganggu ya gapapa to. Kebanyakan jenis tawon vespa, hampir 90 persen," pungkasnya.