12 Anak Thailand yang Sempat Terjebak di Gua Ingin Jadi Biksu

19 Juli 2018 3:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
12 anak di Thailand yang terjebak di gua. (Foto: REUTERS/Soe Zeya Tun)
zoom-in-whitePerbesar
12 anak di Thailand yang terjebak di gua. (Foto: REUTERS/Soe Zeya Tun)
ADVERTISEMENT
Upaya penyelamatan tim sepak bola ‘Babi Liar’ yang terjebak di dalam gua menewaskan seorang penyelam senior Thailand, Saman Kunan. Untuk menghormati jasa Saman, ayah salah satu anggota ‘Babi Liar’, Banphot Konkum, menyebut kedua belas anak yang diselamatkan akan masuk kebhikkhuan.
ADVERTISEMENT
“Kami sedang merencanakan tanggalnya, dan akan melakukannya kapan saja. Semua keluarga sudah siap,” ujar Banphot dilansir News, Rabu (18/7).
Dalam praktek ajaran Buddha Theravada, menjadi biksu di kuil dan menyumbangkan pahala yang diperoleh adalah sebuah penghargaan terbesar yang dapat diberikan kepada orang lain. Setelah mereka ditahbiskan, mereka bisa melakukan penghormatan kepada Saman dengan menyumbang pahala mereka saat berlatih.
Tak hanya itu, pengalaman mereka selama 17 hari terjebak di dalam gua dengan 9 hari tanpa makanan membuat mereka semakin mantap menjadi biksu. Aikhan, ibu anggota ‘Babi Liar’ termuda, menyebut anak-anak tersebut tidak akan selamat jika pelatih mereka, Ekkapol Chantawong, tidak mengajari mereka cara bermeditasi.
Ia menyebut, praktek ajaran Buddha yang diajarkan oleh Ekkapol telah membantu mengurangi rasa lapar anak-anak dan menghemat energi. Ekkapol sendiri memang sebelumnya telah hampir 10 tahun mengabdikan diri menjadi biksu.
ADVERTISEMENT
Kepala Biara Kuil Prathat Doi Wao, Prayuth Jetiyanukarn, percaya teknik meditasi yang diajarkan Ekkapol telah membantu mereka bertahan hidup tanpa makan selama berhari-hari.
“Bagaimana cara dia melakukannya? Itu adalah waktu yang panjang, apa yang dia katakan ke anak-anak? Mereka pasti (saat itu) menangis karena teringat orang tua dan rumah mereka, dan itu bisa membuat kelelahan serta dehidrasi,” kata Prayuth.
“Mereka mungkin sehat dan kuat, tapi mereka hanya anak-anak. Mereka masih muda, kurang pengalaman,” lanjutnya.