13 Tentara AS Tewas saat Ledakan di Bandara Kabul, Keluarga Marah dan Berduka

28 Agustus 2021 15:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengevakuasi korban terluka ledakan di dekat bandara Kabul, di Kabul, Afghanistan.
 Foto: 1TV/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengevakuasi korban terluka ledakan di dekat bandara Kabul, di Kabul, Afghanistan. Foto: 1TV/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Sebanyak 13 tentara Amerika Serikat dan setidaknya 175 warga Afghanistan menjadi korban ledakan di bandara Kabul pada Kamis (26/8) lalu. Aksi teror bom bunuh diri ini disebut ulah dari ISIS-K, jaringan militan ISIS di Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Serangan bom ini disebut menjadi salah satu insiden paling berdarah dalam sejarah militer AS di Afghanistan dalam 10 tahun terakhir. Selain 13 tentara tewas, belasan pasukan lainnya mengalami luka-luka dan diterbangkan langsung ke Jerman.
Identitas sejumlah tentara yang tewas sudah dikonfirmasi oleh anggota keluarga dan kerabat korban pada Jumat (27/8). Mereka mengungkapkan amarah dan juga duka atas kepergian orang-orang yang dikasihinya.
Salah satu korban yang sudah diidentifikasi adalah Kopral Dua Kareem Nikoui. Nikoui adalah marinir AS berusia 20 tahun yang tewas saat mengamankan jalannya evakuasi Amerika Serikat dan sekutu di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul.
“Ia [Kareem Nikoui] lahir di tahun yang sama dengan permulaan perang ini, dan ia mengakhiri hidupnya dengan akhir dari perang ini,” ungkap ayah dari Kareem, Steve Nikoui, dikutip dari Reuters.
Marinir AS memberikan bantuan selama evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai, di Kabul, Afghanistan, Jumat (20/8/2021). Foto: Lance Cpl. Nicholas Guevara/U.S. Marine Corps/Reuters
Kementerian Pertahanan AS memang belum mengumumkan secara resmi nama-nama dari tentara yang tewas, tetapi keluarga para korban sudah diinformasikan mengenai kabar duka ini.
ADVERTISEMENT
Steve Nikoui merasa marah dan kecewa dengan penanganan evakuasi yang dilakukan oleh Presiden Joe Biden.
“Saya sangat kecewa dengan cara Presiden Biden menangani ini, bahkan terlebih lagi dengan penanganan oleh pihak militer. Komandan di lapangan seharusnya bisa mengetahui ancaman yang ada dan menindaknya,” ungkap Nikoui.
Korban lainnya adalah Ryle McCollum, marinir dari negara bagian Wyoming. McCollum meninggalkan seorang istri dan anak yang masih berada dalam kandungan.
“Ia dari kecil ingin sekali menjadi seorang marinir. Saat kecil, ia membawa-bawa senapan mainan dengan hanya menggunakan popok dan sepatu boot koboi,” tulis adik dari McCollum di media sosial Facebook.
Korban lainnya yang sudah terkonfirmasi adalah marinir Hunter Lopez, anak dari seorang petugas kepolisian di Riverside County, California; Sersan Kepala Taylor Hoover dari negara bagian Utah; dan Kopral Dua Jared Schmitz.
Seorang Marinir AS bermain dengan anak-anak selama evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, Jumat (20/8/2021). Foto: Sgt. Samuel Ruiz/U.S. Marine Corps/Reuters
Jatuhnya korban dari pihak militer AS membuat Presiden Joe Biden murka. Dalam pidatonya di Gedung Putih, Biden berjanji akan memburu para pelaku dari serangan bom bunuh diri itu.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak akan memaafkan kalian," kata Biden pada Kamis (26/8), seperti dikutip dari Reuters.
"Kami tidak akan melupakan ini, kami akan memburu kalian dan membuat kalian membayar ini," tegas Biden.
AS telah meluncurkan serangan dengan reaper drone ke ISIS-K pada Jumat (27/8). Serangan itu dilaporkan menewaskan dua militan yang menjadi target.
Drone yang diberangkatkan dari Timur Tengah itu menyerang militan yang berlokasi di Provinsi Nangarhar, sebelah timur Ibu Kota Kabul dan berbatasan langsung dengan Pakistan.
Provinsi ini disebut sebagai markas dari kelompok militan brutal tersebut.