Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
17 Misionaris AS di Haiti Diculik, Pelaku Diduga Kelompok Gangster
18 Oktober 2021 11:25 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kelompok beranggotakan 16 warga negara (WN) AS dan satu WN Kanada itu tengah berada di Haiti untuk mengunjungi sebuah panti asuhan. Namun, bus yang mereka tumpangi dibajak di pinggiran Ibu Kota Port-au-Prince pada Sabtu (16/10).
“Kami memohon petunjuk dari Tuhan untuk jalan keluar, dan pihak-pihak berwenang tengah mencari jalan untuk membantu,” ujar Christian Aid Ministries dalam keterangannya pada Minggu (17/10), dikutip dari Reuters.
Juru bicara kepolisian Haiti belum memaparkan informasi lebih lanjut mengenai insiden ini. Hingga kini, masih belum diketahui siapa pelaku di balik penculikan para imam gereja tersebut.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan telah mengetahui soal laporan ini. Namun, Kedutaan Besar AS biasanya tidak merilis informasi soal WN mereka akibat peraturan khusus soal privasi.
ADVERTISEMENT
Sedangkan pemerintah Kanada saat ini tengah berkoordinasi dengan pihak berwenang serta lembaga di Haiti untuk mengumpulkan lebih banyak informasi.
Pakar keamanan menduga sekelompok gangster bernama 400 Mawozo terlibat dalam aksi penculikan misionaris ini.
400 Mazowo mendominasi Croix-des-Bouquets, area di timur Ibu Kota Port-au-Prince. Lokasi itu diketahui berdekatan dengan lokasi para misionaris dilaporkan diculik.
Gangster ini juga diduga terlibat dalam penculikan pendeta dan biarawati asal Prancis pada April lalu. Penculikan ahli agama tersebut pun terjadi di lokasi yang sama dengan misionaris Christian Aid Ministries.
Politikus Partai Republik, Adam Kinzinger, mengatakan AS harus mencari para misionaris dan mencoba negosiasi pembebasan tanpa perlu membayar uang tebusan. Jika tidak AS dapat mengerahkan kepolisian atau militer untuk membantu pembebasan.
ADVERTISEMENT
“Kita perlu melacak di mana mereka dan mendalami apakah negosiasi, tanpa membayar tebusan, dapat dilakukan, atau, lakukan apa pun yang bisa kita lakukan, pada front militer atau front kepolisian,” tegas Kinzinger, anggota Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, kepada CNN.
Menyusul terbunuhnya Presiden Haiti Jovenel Moise pada Juli lalu, penculikan di negara Kepulauan Karibia ini semakin meningkat. Negara ini tengah mengalami perburukan kondisi ekonomi secara signifikan.
Meskipun penculikan semakin marak, insiden penculikan WN asing tergolong langka terjadi. Korban biasanya orang-orang kelas menengah Haiti, seperti guru, pendeta, pegawai negeri sipil, dan pengusaha kecil.