2 Aksi Heroik TNI Bebaskan Sandera yang Diakui Dunia

5 Oktober 2017 14:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peringatan HUT ke-72 TNI  (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan HUT ke-72 TNI (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tak bisa dipungkiri, Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah satu angkatan bersenjata yang cukup disegani dunia. Presiden Joko Widodo optimistis TNI bisa menjadi kekuatan besar di regional dan Asia.
ADVERTISEMENT
"Di hadapan kita semua dengan penuh rasa optimisme dan semangat, TNI akan menjadi angkatan bersenjata yang disegani negara-negara lain, yang akan menjadi kekuatan besa di regional, di Asia," kata Jokowi saat berpidato di HUT ke-72 TNI di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, Kamis (5/10).
Keyakinan Jokowi ini bukan tanpa asalan. TNI punya jejak positif dalam berbagai operasi penyelamatan sandera baik di dalam maupun di luar negeri.
Berikut 2 operasi pembebasan sandera oleh TNI yang dikagumi dunia internasional.
1. Operasi Woyla
Pesawat Garuda Indonesia DC-9 Woyla jurusan Jakarta-Medan. Saat itu pesawat transit di Talangbetutu, Palembang. Lepas landas dari Palembang, pesawat dibajak oleh 5 teroris pada 28 Maret 1981.
Pimpinan teroris Imam bin Muhammad yang menamakan diri bagian dari kelompok ekstrimis Komando Jihad meminta pilot mengarahkan pesawat ke Srilanka. Padahal, pesawat yang membawa 48 penumpang dan 5 kru itu harusnya menuju ke Medan.
ADVERTISEMENT
Pesawat terpaksa mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand dengan alasan tidak cukup bahan bakar. Mereka membajak pesawat untuk menuntut agar rekan yang ditangkap setelah peristiwa Cicendo, Jawa Barat dibebaskan. 14 Anggota Komando Jihad ditahan karena membunuh empat polisi di Kosekta 65 pada 11 Maret 1981.
Mendengar kabar itu, Presiden Suharto saat itu langsung menginstruksikan operasi militer. Operasi ini kemudian dikenal dengan Operasi Woyla.
Wakil Panglima ABRI pada kala itu, Laksamana Sudomo meneruskan perintah Suharto kepada Kepala Pusat Intelijen Strategis Benny Moerdani. Benny lalu menghubungi Asrama Kopasandha (Sekarang Kopassus) yang diterima oleh Asisten Operasi Kopasandha Letkol Sintong Panjaitan. Sintong diminta menyiapkan dan melatih pasukan untuk operasi pembebasan sandra.
Sintong meminjam pesawat DC-9 untuk mempelajari kondisi pesawat. Meski kaki masih di gips karena patah saat latihan, penyiapan pasukan terus dilakukan. Latihan dilakukan sambil menunggu diplomasi Pemerintah RI dengan Raja Thailand agar mendapat izin melakukan operasi militer.
ADVERTISEMENT
Dua hari latihan di Hanggar Garuda, pasukan khusus antiteror memantapkan diri untuk segera menjalankan operasi. Mengingat, sejak terbentuk 2 tahun selalu berlatih tanpa melakukan operasi.
Peringatan HUT ke-72 TNI (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan HUT ke-72 TNI (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Pemerintah Thailand akhirnya memberikan izin. Pasukan tiba di Bangkok pada 30 Maret 1981 dengan menumpangi pesawat DC-10 yang berkamuflase sebagai pesawat Garuda yang baru tiba dari Eropa. Pesawat lalu diparkir di lokasi yang agak jauh dari Woyla.
Benny Mordani menetapkan serbuan akan dilakukan pukul 03.00 pagi. Pasukan bersiap sejam sebelum waktu penyerbuan. Pasukan mengenakan perlengkapan tempur, pakaian loreng, dan baret merah.
Pasukan dibagi menjadi 3 tim. Tim Merah dan Biru memanjat ke sayap dan menunggu di pintu samping. Sedangkan, Tim Hijau akan masuk lewat pintu belakang. Pasukan akan masuk bersamaan setelah mendapatkan kode.
ADVERTISEMENT
Tepat pukul 02.45 kode penyerbuan diberikan. Seluruh pasukan masuk ke kabin. Baku tembak tak terhindarkan. Pasukan berhasil melumpuhkan empat pembajak. Pimpinan pembajak Imam selamat dalam baku tembak dan berhasil ditangkap Satuan Para Komando Kopassandha.
Di sisi lain, seorang prajurit bernama Letnan Achmad Kirang dan Kapten Pilot Herman Rente terkena tembakan. Keduanya tewas setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Seluruh Penumpang dinyatakan selamat.
Operasi ini dilaksanakan oleh Grup 1 Para Komando pimpinan Letkol Inf Sintong Panjaitan. Aksi ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Sintong dan pasukan dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkat satu tingkat. Sedangkan Kirang dinaikkan pangkat dua tingkat secara anumerta.
Sukses pelaksanaan Operasi Woyla ini menjadi cikal-bakal pembetukan Satuan Khusus Anti-teror Kopassus TNI AD. Satuan itu kini dinamakan Sat-81 Gultor.
Peringatan HUT ke-72 TNI (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan HUT ke-72 TNI (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
2. Operasi Pembebasan Sandera Perompak Somalia
ADVERTISEMENT
Kapal MV Sinar Kudus yang membawa biji nikel dibajak oleh perompak Somalia pada 16 Maret 2011. Mereka menyandera 20 awak kapal. Mereka meminta pemilik kapal menyiapkan uang tebusan.
Kabar ini dengan cepat diterima oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY langsung memerintahkan untuk menyiapkan operasi militer pembebasan sandera laut.
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menyiapkan dua kapal frigat, 1 helikopter, dan pasukan khusus gabungan dari Marinir, Kopassus, Kostrad, dan Kopaska.
Setelah melakukan serangkaian persiapan terpadu, tim akhirnya berangkat pada 23 Maret 2011. 2 KRI dan 1 helikopter berangkat dari Jakarta. Tim ini sampai di Kolombo pada 29 Maret 2011. Keesokan harinya, tim menuju ke perairan Somalia. Ada informasi KM Sinar Kudus sudah lego jangkar.
ADVERTISEMENT
Tim kemudian mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk melakukan operasi militer. Dari hasil pemantauan udara, KM Sinar Kudus berada di antara 8 kapal pembajak. Kelompok ini dijaga oleh 15-20 kelompok pembajak lain yang terorganisir.
Sambil mengumpulkan data, negosiasi terus dilakukan. Kesepakatan pun dicapai pada 13 April 2011. Hal ini memunculkan dua kemungkinan, yakni penjaminan keselamatan ABK ketika uang tebusan diserahkan atau tindakan militer terhadap pembajak dilaksanakan setelah pelepasan sandera.
Setelah menggelar rapat di Bogor pada 18 April 2011, SBY memerintahkan penyelamatan sandera, dilanjutkan pengejaran terhadap perompak dengan operasi militer. Setelah operasi selesai, KM Sinar Kudus dibawa ke Oman.
Laksamana A. Taufiqurrahman sebagai pimpinan pasukan memutuskan, mencegat KM Sinar Kudus di kota Eyl yang berjarak 10 mil arah Utara perairan Somalia.
Peringatan HUT ke-72 TNI (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan HUT ke-72 TNI (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Helikopter yang dilengkapi General Purpose Machine Gun (GPNG) di sebelah kanan dan di sebalah kiri disiapkan para sniper (penembak jitu) menuju ke Sinar Kudus. Mereka datang dari jarak 3 mil.
ADVERTISEMENT
Pasukan kemudian turun dan menyerbu kapal. 3 Perompak tertembak. Dua di antaranya bernama Farah dan Abdulkadir yang dikenal paling galak.
Aksi ini mendapat perlawanan dari perompak. Mereka menembaki pasukan. Taufiq langsung memerintahkan untuk menghabisi semua perompak. Semua perompak dapat ditewaskan. Kapal Sinar Kudus dapat diselamatkan.
KM Sinar Kudus akhirnya menuju ke Oman dikawal dengan 2 Kapal KRI. 4 Mei 2011 KM Sinar Kudus tiba di Oman.