2 Orang di Myanmar Tewas Akibat Berdesak-desakan saat Bikin Paspor

19 Februari 2024 17:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang mengantre untuk mendapatkan visa di depan kedutaan Thailand di Yangon, Myanmar, Jumat (16/2/2024). Foto: STR/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang mengantre untuk mendapatkan visa di depan kedutaan Thailand di Yangon, Myanmar, Jumat (16/2/2024). Foto: STR/AFP
ADVERTISEMENT
Dua orang tewas akibat berdesak-desakan saat antre untuk membuat paspor di kantor imigrasi kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay, pada Senin (19/2) pagi waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Insiden ini terjadi ketika ribuan orang—sebagian besar anak muda, berbondong-bondong membuat paspor dan mengajukan visa ke luar negeri agar bisa menghindari wajib militer (wamil). Peraturan wamil yang diumumkan junta sepekan terakhir itu kemungkinan mulai diberlakukan pada Maret mendatang.
Dikutip dari AFP, seorang petugas penyelamat yang berada di lokasi kejadian menjelaskan, korban tewas masing-masing adalah wanita berusia 52 dan 39 tahun. Insiden berawal ketika ratusan orang yang mengantre di luar kantor imigrasi mulai berdesak-desakan, hingga mendorong kedua korban jatuh ke sebuah parit.
"Ada selokan di dekat kerumunan orang. Mereka jatuh ke parit dan meninggal karena kekurangan oksigen," jelas petugas itu.
Seorang wanita lainnya, sambung dia, juga mengalami luka ringan—ketiga korban adalah penjual tiket untuk orang-orang yang ingin mendapatkan nomor antrean.
Orang-orang mengantre untuk mendapatkan visa di kedutaan Thailand di Yangon pada 16 Februari 2024, setelah pemerintah militer Myanmar menyatakan akan memberlakukan wajib militer. Foto: STR/AFP
Sejak junta mengumumkan wamil bagi laki-laki berusia 18-35 tahun dan perempuan berusia 18-27 tahun pada Sabtu (10/2), antrean mengular terlihat di berbagai kantor imigrasi serta kedutaan asing di penjuru negeri.
ADVERTISEMENT
Pada pekan lalu, ribuan anak muda dilaporkan telah tiba di Kedutaan Besar Thailand di Yangon, sejak pagi buta—demi bisa mendapat tiket antrean untuk mengajukan visa. Jumlah pemohon visa meningkat 10 kali lipat dibandingkan sebelum peraturan wamil diumumkan.
Saat ini, kekuasaan junta militer yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir sedang terguncang. Ancaman nyata bagi junta muncul dari kelompok etnis minoritas bersenjata yang meluncurkan berbagai aksi pemberontakan di berbagai wilayah Myanmar sejak Oktober lalu.
Dalam beberapa pekan terakhir, junta kehilangan kontrol atas wilayah di perbatasan yang dijadikan rute perdagangan penting antara China dan Myanmar. Demi menghadapi kelompok-kelompok perlawanan bersenjata itulah, junta militer kemudian mengumumkan wamil dan sekitar tiga juta orang yang memenuhi syarat akan dipanggil.
ADVERTISEMENT