2 Penyebab Corona Aktif di Jabar Tertinggi di RI: Bodebek dan Data Tak Sinkron

6 November 2020 11:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Daud Achmad, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan (GTPP) COVID-19 Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Daud Achmad, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan (GTPP) COVID-19 Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Satgas Jabar merespons tingginya kasus positif aktif corona di Jabar dibandingkan provinsi lain. Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Daerah Provinsi Jabar Daud Achmad mengakui wilayah Jabar jadi wilayah dengan angka kasus positif aktif tertinggi. Adapun dari data, angka positif aktif di Jabar mencapai 10.062 orang per Kamis (5/11).
ADVERTISEMENT
Menurut Daud, hal itu disebabkan dua kemungkinan. Pertama, ialah keberadaan Bogor, Depok, Bekasi atau Bodebek yang jadi episentrum sebaran corona karena hampir 70 persen angka kasus di Jabar berasal dari wilayah Bodebek.
Sumbangan besar itu disebabkan letak dan pergerakan orang berhubungan langsung dengan DKI Jakarta.
"Bodebek itu tidak bisa terlepas dari DKI, mobilitas orang, orang DKI atau orang Bodebek kerja di DKI pulang ke Bodebek, nah di sini masih tetap 70 persen kasus aktif itu berada di sana ya dengan pergerakan orang yang relatif lebih lebih banyak dan bebas, artinya kemungkinan angka aktif tinggi itu pasti terjadi," kata dia di Gedung Sate Bandung melalui video conference, Jumat (6/11).
Kemungkinan kedua, lanjut Daud, dikarenakan adanya data yang tak sinkron. Hingga kini, Satgas Jabar masih melakukan pengecekan ke kabupaten dan kota untuk memastikan apakah pasien sembuh yang menjalani isolasi mandiri sudah tercatat dengan baik ataukah tidak. Jika tak tercatat dengan baik, maka wajar angka positif aktif di Jabar cenderung tinggi.
ADVERTISEMENT
"Yang sembuh di rumah sakit atau pusat isolasi itu pasti tercatat, ini kita masih konsolidasi apakah yang isolasi mandiri sudah tercatat atau belum sembuhnya," ucap dia.
"Ini kita masih terus konsolidasi dengan kabupaten dan kota, kalau misalnya yang isolasi mandiri ini luput dari pencatatan atau luput dari pelaporan tentunya angka yang aktif ini masih tinggi, nah ini masih terus kita konsolidasikan," ujar dia.