2 Santri Ponpes Tewas dalam 2 Pekan Terakhir: Lantaburo Tangerang dan Gontor

7 September 2022 12:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Ponpes Gontor Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (6/9/2022). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Ponpes Gontor Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (6/9/2022). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kekerasan di dunia pendidikan pesantren menjadi perhatian publik belakangan ini. Dalam dua pekan terakhir dilaporkan dua kasus kekerasan hingga menghilangkan nyawa santri di lingkungan pesantren.
ADVERTISEMENT
Kementerian Agama berharap kasus kekerasan di lembaga pendidikan agama dan keagamaan tidak terulang. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, Waryono Abdul Ghofur mengatakan, pihaknya akan segera menertibkan regulasi sebagai langkah mitigasi dan antisipasi.
“Kekerasan dalam bentuk apa pun dan di mana pun tidak dibenarkan. Norma agama dan peraturan perundang-undangan jelas melarangnya,” tegas Waryono.
Berikut dua kasus tewasnya santri di lingkungan pesantren dalam dua pekan terakhir:

Santri Tewas di Tangerang

Seorang santri berusia 13 tahun tewas usai dikeroyok rekannya sesama santri di Pondok Pesantren Lantaburo, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Banten, pada Sabtu (27/8/2022).
Ilustrasi Pengeroyokan Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan
Santri itu tewas setelah dikeroyok 12 santri lainnya. Peristiwa itu terjadi pada pukul 08.30 WIB. Saat itu korban selesai melakukan pengajian di lantai bawah, lalu dia bersama teman lainnya naik lantai 4 untuk mandi. Namun, tiba-tiba korban ditarik ke kamar.
ADVERTISEMENT
"Saat itu langsung dikeroyok, dipukul, ditendang dan diinjak-injak oleh para pelaku sehingga mengakibatkan korban jatuh pingsan di lokasi," ujar Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Zain Dwi Nugroho.
Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Zain Dwi Nugroho. Foto: Dok. Istimewa
Saat itu korban langsung dibawa ke rumah sakit terdekat dan ternyata telah meninggal dunia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, pengeroyokan itu diakibatkan rasa kesal dari 12 santri lain. Mereka menganggap korban tidak sopan karena kerap membangunkan tidur menggunakan kaki.
Buntut dari peristiwa ini, 12 santri Pesantren Lantaburo ditetapkan sebagai pelaku atas kasus pengeroyokan itu. Lima di antaranya ditahan di Mapolres Metro Tangerang Kota, sementara sisanya dikembalikan ke orang tua.

Santri Tewas di Gontor

Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor di Ponorogo, Jawa Timur, menuai sorotan akibat seorang santri bernama Albar Mahdi asal Palembang tewas diduga dianiaya.
ADVERTISEMENT
Pondok Pesantren Gontor. Foto: Pembaca kumparan, Darmawan Hadi
Kasus ini menjadi ramai setelah ibu korban bernama Siti Soimah curhat kepada pengacara kondang Hotman Paris. Sebab Pesantren Gontor disebut sempat tidak menjelaskan secara detail penyebab kematian santri berusia 17 tahun itu.
"Tidak ada kabar sakit ataupun dari anak saya. Tiba-tiba dapat kabar anak saya meninggal di Pesantren Gontor 1 Pak, yang di Jawa Timur," kata Soimah.
Soimah menuturkan, pada 22 Agustus sekitar pukul 06.45 WIB, anaknya meninggal dunia, namun dirinya baru mendapat kabar 3 jam setelahnya atau pada pukul 10.00 WIB.
Polisi akhirnya mengusut kasus ini meski keluarga korban belum membuat laporan resmi.
Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo mengatakan, motif sementara penganiayaan santri Albar Mahdi karena salah paham. Albar Mahdi yang juga ketua panitia kemah Kamis-Jumat di Ponpes Gontor, tidak membawa peralatan kemah secara lengkap saat kejadian 22 Agustus.
Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo Foto: Dok. Istimewa
Catur belum mendetailkan mengapa salah paham tak membawa alat kemah berujung penganiayaan. Albar Mahdi merupakan santri kelas XI atau setingkat SMA di Gontor. Sedangkan yang menganiaya diduga adalah kakak kelasnya.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa lokasi yang didatangi oleh anggota Satreskrim Polres Ponorogo untuk olah TKP. Mulai dari tempat pramuka yang ada di lingkungan Gontor dan IGD rumah sakit tempat Albar dilarikan.
Polisi juga sudah memeriksa 11 saksi terkait kasus dugaan penganiayaan terhadap Albar Mahdi hingga tewas.
Catur menyebut 11 saksi itu adalah 4 dokter, 2 staf IGD, 2 santri dan 3 ustaz. Untuk staf IGD dan dokter adalah saksi tambahan yang dimintai keterangan.
"Empat dokter itu berasal dari puskesmas maupun rumah sakit milik Gontor. Mereka ini yang menerima korban saat datang ke rumah sakit. Mereka telah memberikan keterangan. Nanti bisa saja ada tambahan," jelas Catur.
Polisi hingga saat ini belum menetapkan tersangka di kasus tewasnya Albar Mahdi. Catur mengatakan, alasan belum ditetapkan tersangka dalam kasus ini adalah lantaran institusinya masih mengumpulkan sejumlah bukti-bukti kuat.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Ponpes Gontor melalui juru bicaranya Noor Syahid mengatakan sudah mengeluarkan dua santri senior yang diduga terlibat penganiayaan terhadap Albar Mahdi.