20 Ribu Wisman Belum Terlihat di Bali Setelah 1 Bulan Penerbangan Dibuka

18 November 2021 12:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisatawan menikmati suasana Pantai Perancak, Badung, Bali, Kamis (9/9/2021). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan menikmati suasana Pantai Perancak, Badung, Bali, Kamis (9/9/2021). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah membuka penerbangan internasional Bali sejak 14 Oktober lalu. Gubernur Bali Wayan Koster juga sempat menyatakan, ada sekitar 20 ribu wisatawan mancanegara (wisman) yang bakal ke Pulau Dewata pada November ini.
ADVERTISEMENT
Satu bulan setelah penerbangan internasional dibuka, belum ada wisman yang tercatat tiba di Bali. Bahkan 20 ribu wisman yang disebut Koster belum tampak. Apakah mereka batal datang ke Bali?
Menanggapi hal ini, Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan, secara internal Pemprov Bali telah siap menyambut wisman. Mulai dari tingkat vaksinasi, penerapan protokol kesehatan, tempat karantina dan rumah sakit rujukan COVID-19 yang telah memadai.
Suasana Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Jumat (1/10). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Namun, ada beberapa kendala eksternal yang membuat wisman belum bisa melakukan perjalanan ke Bali. Yakni, kebijakan pemerintah pusat dan kondisi global.
“Kalau kita di Bali dari segi industri dan masyarakat sudah siap sekali. Sertifikat dan PeduliLindungi semua sudah siap. Vaksin kita sudah 100 persen lebih dan yang kedua sudah 90 persen. Tapi kan tidak cukup faktor internal saja. Ada faktor eksternal yang juga sangat berpengaruh baik kebijakan pemerintah pusat dan kondisi di luar negeri,” kata dia saat dihubungi wartawan, Kamis (18/11).
ADVERTISEMENT

Berbagai Kendala Kedatangan Wisman ke Bali

Sejumlah wisatawan di terminal Bandara internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Foto: Denita br Matondang/kumparan
Pria yang akrab disapa Cok Ace ini menjelaskan, ada beberapa kebijakan pemerintah pusat yang dinilai masih mempersulit wisman ke Bali. Beberapa kendala tersebut adalah kebijakan karantina 3-5 hari, kuota visa, penjamin atau sponsor wisman, dan penerbangan langsung atau tanpa transit dari negara asal ke Bali.
Ia mengatakan, Bali juga kalah saing dengan Kamboja dan Singapura yang sudah menghapus karantina. Kuota pengajuan e-visa 1.500 per hari bagi wisman untuk masuk ke Indonesia tidak mampu menampung jumlah wisman yang ingin ke Bali.
Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati di DPRD Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Hingga saat ini, belum ada maskapai penerbangan jarak jauh yang mampu terbang ke Bali tanpa transit.
“Ada kendala dari segi peraturan ini yang bila dibandingkan negara lain, mereka lebih lebih condong ke negara lain aja. Sehingga yang dulu pernah disampaikan oleh Pak Gubernur, ada data bahwa November sesungguhnya sudah banyak penerbangan yang akan datang ke Bali," terangnya.
ADVERTISEMENT
"Bahkan, penumpang sudah hampir 20 ribu dari lima penerbangan besar. Itu enggak bisa terwujud. Karena apa? Karena salah satu penerbangan jarak jauh itu harus direct. Enggak boleh naikkan penumpang di jalan. Sudah penumpangnya susah karena kuota tadi kemudian ndak boleh naikkan penumpang di jalan lagi ya makin berat datang mereka ke Bali,” kata dia.
Ilustrasi wisatawan di Bali Foto: Dok. Kemenparekraf
Cok Ace berharap pemerintah kembali mengevaluasi aturan bagi wisman ke Bali. Ia sadar Bali akan menjadi tuan rumah perhelatan G20. Hal ini tentu berdampak untuk membangkitkan ekonomi masyarakat Bali.
“Apa yang kita lakukan? Betul kita setuju dengan pusat, kita akan ada G20. Kita kita perlu kendalikan (COVID-19). Betul kita harus jaga kesehatan masyarakat tapi kalau lihat dari kompetisi kita di luar ini juga harus kita pertimbangkan. Sebab kita lihat secara real, sudah sebulan lebih kan belum ada satu pun pesawat asing yang mendarat di Bali,” kata dia.
ADVERTISEMENT