Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto akan mengunjungi Amerika Serikat pada 15-19 Oktober mendatang. Sebagai menteri, kunjungan ke negara sahabat bukanlah hal yang baru.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, bagaimana jika menteri tersebut pernah di-blacklist oleh negara yang dituju?
Cerita hubungan Prabowo dengan Negeri Paman Sam ini dimulai sejak 20 tahun lalu, pada tahun 2000. Saat itu, Prabowo yang hendak menghadiri wisuda putra semata wayangnya, Didit Hediprasetyo, di Boston, tiba-tiba dilarang masuk ke Amerika Serikat.
Tidak pernah ada yang menjelaskan secara pasti alasan Amerika Serikat melarang Prabowo masuk. Namun, pada tahun 2012, dalam wawancaranya bersama Reuters, Prabowo menyatakan visanya ditolak karena ia dituduh terkait kasus HAM di tahun 1998.
Saat itu, kata Prabowo, ada tuduhan bahwa dirinya adalah biang dari kerusuhan yang menewaskan ratusan orang setelah Presiden ke-2 RI Soeharto, mertuanya, digulingkan. Namun, Prabowo membantah tudingan itu.
Kerusuhan 1998 bisa dibilang merupakan salah satu titik balik bagi kehidupan Prabowo. Menurut catatan Amnesty Internasional, Prabowo yang saat itu merupakan Komandan Kopassus, dipecat dari TNI karena dianggap berperan dalam hilangnya para pegiat politik.
ADVERTISEMENT
Berita soal keterlibatan Prabowo di kerusuhan 1998 yang diterima AS tak hanya sekadar kabar burung. AS bahkan dikabarkan memiliki sekitar 24 dokumen rahasia tentang laporan di masa pra-reformasi, salah satunya berisi peran Prabowo di 1998.
Di dokumen yang dirilis oleh Arsip Keamanan Nasional (NSA) itu, terdapat percakapan antara Prabowo dengan asisten Menteri Luar Negeri AS, Stanley Roth, melalui telegram pada November 1997.
Keduanya membahas soal situasi di Indonesia hingga soal kepemimpinan Soeharto. Dalam pesan itu, Prabowo menyebut mertuanya adalah orang yang pintar dan memiliki daya ingat tajam, namun sering tidak bisa memahami persoalan dan tekanan dunia.
"Akan lebih baik jika Soeharto mundur pada Maret 1998 dan negara ini bisa melakukan proses transisi kekuasaan secara damai. Entah proses itu terjadi Maret atau perlu beberapa tahun lagi, kepemimpinan Soeharto akan berakhir," ucap Prabowo dalam dokumen tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, Prabowo menyanggah seluruh tudingan tersebut.
Setelah 20 Tahun, Prabowo Dapat Visa AS
Setelah 20 tahun dilarang masuk AS, hingga melewatkan momen penting putra kesayangannya, Prabowo akhirnya diizinkan menginjakkan kaki ke negara tersebut. Bahkan, kunjungan perdananya ini atas undangan Menhan AS Mark Esper langsung.
"Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto diundang oleh Pemerintah Amerika Serikat melalui Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper untuk berkunjung ke Amerika Serikat pada tanggal 15-19 Oktober 2020," ujar Dahnil melalui keterangan tertulisnya, Kamis (8/10).
Meski demikian, visa kunjungan ke AS bagi Prabowo sebenarnya sudah keluar dari jauh-jauh hari setelah pejabat Pentagon, Under Secretary of Defense of Policy, James H Anderson, mengunjungi Indonesia pada pertengahan bulan lalu. Saat itu, James juga mengunjungi pejabat lainnya seperti Menlu Retno Marsudi hingga Menko Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan.
Nantinya, di AS Prabowo akan membahas kerja sama bilateral kedua belah pihak, khususnya dalam bidang pertahanan. Kunjungan ini sesuai dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan tidak terlibat aliansi militer dengan negara mana pun.
ADVERTISEMENT
"Namun menjaga kedekatan yang sama dengan semua negara, Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, selama ini aktif melakukan diplomasi pertahanan ke berbagai negara termasuk Amerika Serikat," jelas Dahnil.
Yang jelas, kedatangan Prabowo ke AS pada pertengahan bulan ini akan menjadi kunjungan historis. Sebab, butuh 20 tahun bagi Prabowo untuk bisa menghapus blacklist namanya di Negeri Paman Sam itu.
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona