3 Alasan ISIS Diduga Kuat di Balik Bom Kampung Melayu

25 Mei 2017 14:55 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pengamanan di lokasi ledakan bom Kampung Melayu (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengamanan di lokasi ledakan bom Kampung Melayu (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Belum diketahui dengan pasti dalang di balik bom bunuh diri di Kampung Melayu yang menewaskan lima orang. Namun polisi menduga kuat serangan pada Rabu malam itu dilakukan oleh jaringan ISIS.
ADVERTISEMENT
Bukan sembarang dugaan, melihat dari pola serangan dan targetnya, ISIS berpotensi kuat berada di balik serangan yang juga melukai 11 orang itu. Muhammad Jibriel, pemerhati terorisme dan pemilik media Arrahmah dalam tulisannya di media sosial memaparkan tiga alasan kuat mengapa nama ISIS muncul dalam peristiwa ini:
1. Mengincar polisi
Alasan pertama adalah penentuan target. Serangan bom bunuh diri Kampung Melayu kata Jibriel menarget lambang dan simbol keamanan negara yaitu kepolisian, musuh nomor satu ISIS.
Menurut Jibriel, ISIS menganggap polisi telah murtad dan memerangi mereka lebih utama. Berbeda dengan al-Qaidah yang menjadikan simbol Barat sebagai target serangan.
"Lembaga kepolisian di anggap lebih berbahaya karena musuh lebih dekat dalam membahayakan kaum muslimin (near enemy) ketimbang musuh jauh (far enemy) seperti Barat," ujar Jibriel.
ADVERTISEMENT
Warga melihat olah TKP bom Kampung Melayu (Foto: REUTERS/Darren Whiteside)
zoom-in-whitePerbesar
Warga melihat olah TKP bom Kampung Melayu (Foto: REUTERS/Darren Whiteside)
2. Penyerangan acak
Alasan kedua, ISIS memiliki pola sistem acak dalam menyerang target. Polisi bisa dibunuh dimana saja, di jalan, kantor kelurahan, pos kepolisian, gereja, Masjid dan terminal. Bagi ISIS, Indonesia adalah "Darul kufri" karena tidak berhukum dengan Syariat Islam sehingga halal menjadi arena pertempuran.
"Hal tersebut diperparah bahwa jihad sudah taraf fardhu A'in (kewajiban individu) bagi siapa saja yang masih di sebut orang muwahid (orang bertauhid) dan tidak sah keimanan dan keislaman kecuali mengkufuri, memerangi dan membunuh musuh-musuh mereka yaitu bala tentara polisi dan tentara mereka," kata dia lagi.
Petugas berjaga di TKP Bom Kp Melayu (Foto: REUTERS/Beawiharta)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas berjaga di TKP Bom Kp Melayu (Foto: REUTERS/Beawiharta)
3. Tidak ada pertimbangan untung-rugi
Alasan ketiga, serangan ISIS sama sekali tidak pertimbangan untung rugi, manfaat atau bahaya. ISIS, ujar Jibriel, sudah tidak peduli korban jatuh dari kaum muslimin atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Hal itu dilakukan menurut keyakinan mereka sebagai amal sholeh, puncak ibadah paling mulia yaitu Jihad, mereka tidak peduli bahwa hal tersebut membawa dampak buruk bagi Islam dan kaum Muslimin, membawa penderitaan bagi korban dan keluarga korban yang notabene adalah kaum muslimin sendiri," tutur Jibriel.
"Parahnya mereka tidak merasa bersalah dan berdosa atas tindakannya, sebaliknya mereka anggap ini sebagai amalan mulia yang harus dilanggengkan," lanjut dia lagi.
Dalam perbincangan dengan kumparan (kumparan.com), Jibriel mengatakan serangan ini adalah kelanjutan dari pengeboman di Manchester, Inggris, yang menewaskan 22 orang. Serangan ini, lanjut dia, adalah aksi seremonial sebelum bulan Ramadhan.
"Manchester hanya pemanasan, karena ini aksi seremonial sebelum datangnya Ramadhan. Keterkaitan itu ada. Dua-duanya (Kp Melayu dan Manchester) sama-sama serampangan," jelas Jibriel.
ADVERTISEMENT