Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
3 Kisah Petugas ATC dan Kecelakaan Pesawat di Indonesia
2 November 2018 13:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Bagi kita yang sering naik pesawat, pasti tahu betapa berat tugas pilot dan ko-pilot membawa pesawat beserta penumpangnya agar sampai tujuan dengan selamat. Namun, di balik keberhasilan perjalanan mereka, ada sosok yang juga tak kalah penting dalam menentukan keberhasilan perjalanan mereka.
ADVERTISEMENT
Yakni Air Traffic Control (ATC) yang berperan mengatur lalu lintas udara. Petugas ATC juga memandu para pilot selama menjalankan pesawat di udara.
Dalam beberapa kecelakaan pesawat yang terjadi di Indonesia, tak sedikit petugas ATC mengalami guncangan psikis, karena pesawat yang mereka pandu mengalami kecelakaan. Hal itu lantaran rasa tanggung jawab jawab yang dimiliki untuk membantu pilot. Walau akhirnya kecelakaan tak bisa dihindari karena faktor lain.
Berikut kumparan merangkum sejumlah kisah petugas ATC.
- Tabrakan Batik Air dan Trans Nusa di Bandara Halim Perdanakusuma (4 April 2016)
Tabrakan pesawat terjadi antara Batik Air dengan Boeing B-737-800NG dengan ATR-72 Trans Nusa di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (4/4/2016) malam. Pesawat Batik Air rute Jakarta-Makassar bertabrakan dengan pesawat komuter tersebut di ujung landas pacu 24 Bandara Halim.
ADVERTISEMENT
Seusai kejadian, pihak AirNav sempat tidak dapat memastikan apakah tabrakan diakibatkan kelalaian petugas ATC atau tidak. Ketiga petugas ATC yang malam itu bertugas tidak dapat dimintai keterangan karena masih syok.
"Ini banyak hal yang terlibat. Penerbangan itu sistem. Kita tidak bisa spekulasi. Untuk controller masih belum, dia masih syok," ucap Direktur Operasi AirNav Indonesia, Wisnu Darjono, kepada wartawan di Bandara Halim, Rabu (6/4/2016).
Ketiga petugas ATC itu masing-masing bertugas sebagai controller, asisten dan supervisor. Mereka kemudian dibebastugaskan sementara selama 3 pekan untuk memulihkan psikisnya.
Setelah diselidiki, KNKT mengungkapkan tabrakan terjadi karena buruknya koordinasi dua menara pengawas (ATC). Pesawat Batik Air mendapatkan sinyal untuk take off oleh ATC. Sementara ATC juga sudah menyatakan pesawat ATR sudah boleh landing.
ADVERTISEMENT
- Pesawat Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia yang Nyaris Bersinggungan (11 April 2017)
Insiden runway incursion (kejadian yang melibatkan benda-benda seperti pesawat, objek atau orang di runway) terjadi antara Garuda Indonesia GIA981 dengan Sriwijaya Air SJY072 di Bandara Soekarno-Hatta.
Saat itu, pesawat GIA 981 hendak landing, namun di landasan terdapat SJY072 yang sedang line up untuk persiapan take off. Sementara separasi pesawat sejauh 3,8 NM (atau sekitar 7 kilometer).
Akibat dari insiden tersebut, petugas di Menara ATC Bandara Soekarno-Hatta yang saat itu bertugas dibebastugaskan sementara. Petugas yang dibebastugaskan sementara yaitu controller dan supervisor.
"Petugas navigasi dan pilot harus selalu waspada dan menaati SOP pendaratan (landing) dan penerbangan (take off). Keduanya harus selalu bekerja sama dengan baik untuk keselamatan penerbangan," ucap Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso.
ADVERTISEMENT
- Kecelakaan Jatuhnya Pesawat Lion Air JT-610 (29 Oktober 2018)
Pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Ujung Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10). Pesawat yang membawa 181 penumpang dan 8 awak kru itu jatuh 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang.
Menurut Manajer Humas AirNav Indonesia Yohanes Sirait, setelah mengetahui pesawat yang dipandunya jatuh di laut, petugas ATC Bandara Soetta yang tak disebutkan namanya itu mengalami syok.
"Dia syok. Baru dipandu, sudah disiapkan kembali runway, supaya kalau pesawatnya kembali runway-nya clear. Ternyata dipanggil tidak menyahut," kata Yohanes saat dihubungi kumparan, Jumat (2/11).
Lantaran alami syok, petugas tersebut kemudian diistirahatkan. Namun, dia diistirahatkan bukan karena ada kesalahan, tetapi untuk coba memulihkan kondisi psikisnya. Petugas ATC tersebut juga dianggap telah menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai prosedur.
ADVERTISEMENT