3 Orang di Sleman Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis Sepanjang 2024

13 Juni 2024 8:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bakteri Leptospira, penyebab penyakit Leptospirosis atau kencing tikus. Foto: Adao/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bakteri Leptospira, penyebab penyakit Leptospirosis atau kencing tikus. Foto: Adao/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mencatat selama Januari hingga Mei 2024 atau sampai pekan ke-22, telah terjadi 20 kasus leptospirosis dengan suspek sebanyak 21. Dari jumlah itu total ada 3 kasus kematian.
ADVERTISEMENT
"Kasus tersebut tersebut rata-rata ditemukan di Kapanewon Moyudan, Kapanewon Seyegan, Kapanewon Cangkringan, dan Kapanewon Prambanan," kata Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dr Khamidah Yuliati, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/6).
"Adapun total kasus kematian sebanyak 3 kasus, dan terjadi di wilayah Kapanewon Gamping, Kapanewon Berbah, dan Kapanewon Prambanan,," jelasnya.
Penyakit ini disebabkan bakteri leptospira yang ada di urine hewan terutama tikus. Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang manusia dan hewan.
Ilustrasi Liptospirosis atau kencing tikus. Foto: Jarun Ontakrai/Shutterstock
Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terluka atau selaput lender. Lalu bakteri masuk aliran darah, berkembang, dan menyebar secara luas.
"Gejala awal fase leptospiremia secara umum berupa sakit kepala, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang. Fase ini berlangsung sekitar 4 sampai 7 hari,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Lanjutnya, fase imun ditandai dengan demam yang mencapai suhu 40 derajat celsius disertai menggigil dan kelemahan umum.
"Pada fase ini juga dapat terjadi perdarahan, gejala kerusakan ginjal dan hati, serta uremia dan ikterik," jelasnya.
Pengobatan bisa efektif bila diberikan dengan cepat. Namun, pencegahan tetap harus dilakukan untuk mengantisipasi penyakit tersebut melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
"Kami mengajak masyarakat membudayakan PHBS mulai dari keluarga terutama untuk mengendalikan tikus di rumah. Makanan atau sumber air yang tercemar urine tikus berisiko menjadi penularan leptospirosis," jelasnya..
"Bagi masyarakat yang mengalami gejala demam, sakit kepala, nyeri otot betis atau paha silakan segera periksa di Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat," pungkasnya.