3 Perempuan Thailand Diperdaya dan Dijadikan Budak Peternakan Sel Telur Manusia

11 Februari 2025 16:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketika sperma bertemu sel telur dan terjadilah pembuahan. Sel telur yang dibuahi lalu menempel pada rahim. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ketika sperma bertemu sel telur dan terjadilah pembuahan. Sel telur yang dibuahi lalu menempel pada rahim. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pengakuan mengejutkan diungkapkan oleh 3 perempuan asal Thailand yang mengeklaim kabur dari peternakan sel telur manusia.
ADVERTISEMENT
Bangkok Post melaporkan ketiga perempuan tersebut dibujuk untuk terlibat dalam skema peternakan sel telur manusia dengan dalih menjadi ibu pengganti bagi pasangan yang tidak memiliki anak.
Mereka diduga menjadi korban skema yang dioperasikan gangster China di Georgia, negara bekas Uni Soviet.
"Mereka membawa kami ke sebuah rumah di mana ada 60 sampai 70 perempuan Thailand. Perempuan di sana mengatakan tidak ada kontrak ibu pengganti," kata salah satu korban, Selasa (11/2).
Dia mengatakan, perempuan yang ditahan akan disuntik untuk mendapatkan perawatan, dibius dan sel telur mereka akan akan diambil dengan mesin.
"Setelah kami mendapatkan informasi ini dan tidak sama seperti apa yang diiklankan, kami takut dan mencoba menghubungi orang rumah," katanya.
ADVERTISEMENT

Bagaimana mereka bisa terjebak?

Salah satu korban mengatakan, kejadian ini bermula ketika dia melihat iklan tawaran pekerjaan di Facebook yang menjanjikan upah 400 ribu hingga 600 ribu baht (sekitar Rp 192.265.200 hingga Rp 288.397.800).
Ketika dihubungi, perempuan itu diberi tahu bahwa pekerjaannya adalah menjadi ibu pengganti bagi pasangan yang tidak punya anak di Georgia. Perempuan itu mengeklaim pihak yang mempekerjakannya membayar biaya paspor dan biaya perjalanan lainnya.
Terduga korban mengatakan, mereka diberikan hormon untuk menstimulasi indung telur mereka. Kemudian, sebulan sekali mereka akan dibius dan sel telur mereka dikumpulkan. Sel telur yang sudah dikumpulkan itu diyakini dijual dan diselundupkan ke negara lain untuk digunakan dalam fertilisasi in-vitro (IVF).
CEO dan Pendiri The World Egg and Sperm Bank, Diana Thomas, mengatakan pasar tersebut dipenuhi sel telur ilegal yang dikumpulkan dari perempuan yang berasal dari negara dunia. Ia juga mengatakan, pelanggan juga sering ditipu dan percaya bahwa sel telur itu didapatkan lewat sumber yang etis.
ADVERTISEMENT
"Semuanya adalah kebohongan. Mereka memasarkan ke pasar Barat dan menunjukkan bagaimana cara mengubah profil mereka untuk membuat mereka seperti perempuan kulit putih kelas menengah yang berpendidikan sehingga orang-orang di dunia Barat tidak merasa bersalah mendapatkan sel telur dari perempuan miskin yang dilecehkan dan tidak berpendidikan," kata Thomas.
Pendiri Pavena Foundation for Children and Woman, Pavena Hongsakula, mengatakan dia mengetahui mengenai 3 perempuan itu dari korban lainnya yang harus membayar geng yang menahannya agar bisa bebas.
Berdasarkan catatan yayasan tersebut, 257 perempuan Thailand menjadi korban perdagangan manusia di tahun 2024. Sebanyak 53 orang ditemukan di Thailand dan 204 lainnya ditemukan di negara lain. Yayasan itu membantu menyelamatkan 152 orang.
“Pavena bekerja sama dengan kepolisian internasional untuk membantu para perempuan Thailand yang menjadi korban penyelundupan sel telur di Georgia oleh China untuk dijual ke negara ketiga untuk inseminasi buatan guna menciptakan anak untuk dijual, yang dianggap sebagai perdagangan manusia. Masih ada ratusan wanita Thailand yang menjadi korban,” kata Pavena dalam siaran langsung di Facebook.
ADVERTISEMENT