Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi oversharing di media sosial juga makin marak. Menurut Webster’s New World College Dictionary, oversharing adalah kegiatan mengumbar terlalu banyak informasi, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
ADVERTISEMENT
Reynitta Poerwito psikolog klinis dari Rumah Sakit Eka Hospital menyebut penyebab paling umum seseorang melakukan oversharing di media sosial adalah ingin mencari perhatian.
“Kalau orang awam banyak sebenarnya faktor kenapa dia bisa sampai oversharing seperti itu. Tapi mainly biasanya dia butuh perhatian,” ujar Reynitta kepada kumparan, Jumat (24/2) sore.
Ia menekankan bahwa perhatian yang dimaksud bukan tidak melulu punya konotasi negatif. Bisa jadi pelaku oversharing hanya sekadar ingin memberi tahu kondisi kehidupannya atau pun ingin ditanya bagaimana keadaannya.
Menurut Reynitta perhatian-perhatian yang diinginkan bentuknya tergantung pada tiap orang masing-masing.
“Mungkin aja dia butuh ditanyain ‘are you oke’ atau apa gitu ya atau misalnya ‘sekadar sabar ya’ gitu misalnya, itu kan juga bentuk salah satu perhatian ketika menghadapi masalah dalam kehidupan,” jelas Reynitta.
Selain hendak cari perhatian, penyebab lain mengapa oversharing ini bisa terjadi karena perkembangan zaman. Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret Drajat Tri Kartono menyebut kemajuan teknologi informasi yang ada saat ini memungkinkan penggunanya untuk secara bebas membagikan kehidupan pribadi mereka.
ADVERTISEMENT
“Karena pengaruh teknologi jadi perkembangan media sosial itu menyebabkan kemudian muncul otonomi terhadap manusia perorangan,” ujarnya, Jumat (24/2) siang.
Tentu kondisinya berbeda dengan dua dekade lalu saat hanya orang dengan jabatan atau posisi tertentu saja yang bisa membagikan kisah mereka pada dunia.
“Jadi kalau dulu untuk bicara di hadapan publik itu harus punya lembaga penyiaran atau dia harus jadi orang yang terkenal orang yang hebat,” ujar Drajat.
“Sekarang media sosial itu lembaga penyiarannya atau kantor penyiarannya itu ada di hp-nya dia sendiri di tangan dia sendiri,sehingga kemudian inilah yang mendorong atau memotivasi orang untuk kemudian melakukan broadcast berbagai hal,” tambahnya.
Sementara itu dikutip dari Brightside ada beberapa alasan seseorang melakukan oversharing.
ADVERTISEMENT
1. Rasa Cemas
Untuk beberapa orang saat merasa cemas mereka menjadi sangat banyak bicara. Hal ini dilakukan agar tetap terlihat normal di antara orang-orang di sekitarnya.
Tapi, saat mereka mulai berbicara karena cemas, mereka jadi kurang mampu mengendalikan diri tentang apa yang dikatakan dan berapa lama berbicara.
2. Kesepian
Kerap kali seseorang meyakinkan diri sendiri kalau mereka tidak kesepian. Salah satu caranya mereka akan berusaha mendekati seseorang.
Ketika mereka akhirnya pergi keluar dan bertemu orang-orang, saat itulah mereka mulai berbagi secara berlebihan dengan cara yang paling enggak terkendali.
3. Hilangnya Batasan
Saat sudah mulai membagikan cerita pribadi di media sosial sering kali seseorang lupa akan batasan yang ada. Misalnya tidak lagi bisa memisahkan mana informasi yang layak dibagikan dan mana yang sifatnya tertutup serta personal.
ADVERTISEMENT
4. Penggunaan Media Sosial yang Berlebihan
Menurut penelitian, sekitar 40 persen pengguna media sosial yang berusia 18 hingga 35 tahun, menyesal telah mengunggah sesuatu yang bersifat pribadi.
Banyak orang akan membagikan informasi yang sangat pribadi secara online sebelum mereka membaginya dengan orang yang dicintai di kehidupan nyata.