4 Negara yang Tolak Lockdown di Tengah Wabah Corona

27 Maret 2020 7:00 WIB
Warga terlihat berjalan di sekitar taman Washington di New York, Amerika Serikat saat kota tersebut sedang lockdown. Foto: REUTERS / Eduardo Munoz
zoom-in-whitePerbesar
Warga terlihat berjalan di sekitar taman Washington di New York, Amerika Serikat saat kota tersebut sedang lockdown. Foto: REUTERS / Eduardo Munoz
ADVERTISEMENT
Lockdown diyakini menjadi salah satu opsi untuk menekan penyebaran virus corona. Dengan memberlakukan kebijakan karantina total, masyarakat menjadi patuh untuk physical distancing di tengah wabah, tetap di rumah, namun dijamin oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Sejumlah negara telah menerapkan lockdown, baik sebelum maupun di tengah mewabahnya virus. Sebut saja Italia, Malaysia, Inggris, Afrika Selatan, Jerman, Prancis, dan sejumlah negara Eropa lainnya.
Namun, ada juga beberapa negara yang belum bahkan menolak lockdown. Padahal, negara-negara tersebut mengalami lonjakan penderita COVID-19 yang semakin tinggi.
Berikut empat negara yang terang-terangan menolak lockdown:
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan tanggapan tentang virus corona di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat. Foto: REUTERS / Jonathan Ernst
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkukuh tidak akan menerapkan lockdown secara menyeluruh. Menurut Trump, langkah tersebut berlebihan.
Meski pemerintah pusat AS tidak memberlakukan lockdown, kebijakan ini telah diambil oleh beberapa negara bagian, yakni California dan New York. Apalagi, New York menjadi daerah paling parah terdampak.
"Saya dengan senang hati membuka negara ini dan bersiap untuk Paskah," kata Trump.
ADVERTISEMENT
Per Jumat (27/3), jumlah penderita corona di AS tembus 82.404, melebihi China dan Italia --peringkat pertama penderita terbanyak. Angka kematian tembus 1.000 jiwa. WHO telah memperingatkan AS berpotensi menjadi episentrum baru corona setelah China dan Italia.
Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Kang Kyung-wha. Foto: Jung Yeon-je/Pool via REUTERS
Korea Selatan menghindari opsi lockdown. Meski begitu, Korsel berhasil menekan jumlah penyebaran corona tanpa lockdown.
Meski tak memilih lockdown, Korsel mencari cara untuk meminimalkan penyebaran, yakni dengan tes masal 10.000 orang per hari, termasuk di pusat pengujian darurat dan bilik konsultasi yang ditempatkan di sejumlah rumah sakit. Bahkan Korsel juga menerima layanan tes corona via drive thru tanpa turun dari mobil.
Selain itu, Korsel juga menerapkan transparansi. Pemerintah membuka seluruh data riwayat perlintasan pasien sehingga para penderita corona bisa terlacak secara rinci.
ADVERTISEMENT
Seluruh informasi terkait jalur infeksi terdekat akan selalu dikirimkan oleh pemerintah Korea ke seluruh pemilik ponsel di negara itu. Hal ini dilakukan agar warga dapat menghindari area tersebut. Korsel juga menciptakan aplikasi untuk orang-orang yang dikarantina.
Angka penderita corona di Korsel kini sebanyak 9.241 orang. Sebanyak 131 meninggal dan 4.144 orang sembuh.
Suasana Pakistan akibat Virus Corona Foto: REUTERS/NASEER AHMED
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menolak usulan lockdown. Menurutnya, lockdown hanya akan berimbas pada 25 persen populasi Pakistan yang hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka berpotensi kehilangan penghasilan.
Saat ini, Pakistan memilih untuk menginstruksikan warganya melakukan social distancing. Militer Pakistan dikerahkan untuk mengawasi sudut-sudut jalan. Transportasi publik telah dilarang beroperasi.
Di Pakistan, angka penderita corona telah mencapai 1.178 orang. Sebanyak 9 orang meninggal dan 21 pasien dinyatakan sembuh.
Presiden Joko Widodo saat mengikuti KTT LB G20 dari Istana Bogor, Kamis (26/3). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr
ADVERTISEMENT
Kasus corona di Indonesia memenuhi angka mengkhawatirkan: 893 positif, 78 meninggal, 35 sembuh. Jumlah pasien positif dan meninggal terus melonjak.
Meski begitu, belum ada opsi lockdown untuk Indonesia, paling tidak Jakarta. Padahal, Jakarta menjadi lokasi terparah penularan corona dengan 515 kasus.
Jokowi bersikeras menolak opsi lockdown. Dalam rapat terbatas bersama gubernur, Jokowi mengatakan, opsi lockdown untuk Indonesia tak bisa disamakan dengan negara lain.
"Ada yang tanya kepada saya kenapa kebijakan lockdown tidak kita lakukan. Perlu saya sampaikan bahwa setiap negara memiliki karakter berbeda-beda, budaya berbeda, memiliki kedisiplinan berbeda. Oleh sebab itu kita tidak memilih jalan itu," ucap Jokowi dalam ratas online, Selasa (24/3).
Petugas ambulans yang mengenakan pakaian hazmat, tiba di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Kamis (5/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Jokowi mengaku sudah mempelajari dan memiliki analisis dampak dari lockdown setiap negara, hasilnya Indonesia tidak perlu menerapkan hal yang sama.
ADVERTISEMENT
"Kebijakan mereka apa, hasilnya apa, semua dari Kemlu lewat Gugus Tugas yang ada terus kita pantau setiap hari, sehingga di negara kita yang paling pas adalah physical distancing, menjaga jarak aman itu paling penting," bebernya.
Indonesia ingin mengikuti jejak Korsel yang bisa bertahan dan menekan penularan tanpa harus lockdown, yakni dengan tes massal. Masalahnya, penanganan corona di Indonesia dan Korsel jauh berbeda.
Korsel mengedepankan transparansi, membuka data perlintasan pasien secara detail dan menyeluruh, berbeda dengan Indonesia yang sangat tertutup.