4 Pembelaan Istana soal Pesawat Dicat Merah: Rencana 2019 hingga Cat Terkelupas

5 Agustus 2021 19:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo menaiki pesawat Kepresidenan Indonesia-1 di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menaiki pesawat Kepresidenan Indonesia-1 di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Pesawat kepresidenan yang dicat menjadi warna merah putih menuai banyak kritikan. Tak sedikit yang menilai pengecatan pesawat Boeing Business Jet 2 (BBJ-2) di tengah penanganan pandemi COVID-19 hanya buang-buang uang.
ADVERTISEMENT
Kritikan mulanya datang dari pengamat penerbangan, Alvin Lie. Lewat akun Twitternya, ia menyebut pengecatan pesawat hanya menghamburkan uang.
Setelahnya, sejumlah elite Partai Demokrat yang ikut buka suara terkait polemik pengecatan pesawat presiden ini.
Ada Ketua Bappilu Partai Demokrat, Andi Arief, yang membeberkan desain pesawat kepresidenan BBJ-2 dan berwarna biru ini tak lepas dari karya seorang mayor di TNI AU.
"Dulu biru. Desain dan warna karya seorang mayor desainer di TNI AU. Dominasi biru langit adalah upaya peningkatan keamanan penerbangan, sebagai warna kamuflase saat terbang," ungkap Andi di akun Twitternya.
Selanjutnya, Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng, bahkan menyebut SBY selama 10 tahun menjabat masih menggunakan pesawat eks Soeharto. Bahkan, tak pernah ada rencana untuk mengecat ulang pesawat tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kalau pesawat kan waktu zaman Pak SBY menggunakan pesawat presiden itu yang tinggalnya Pak Harto. Tapi itu rasanya enggak pernah ada, setahu saya enggak pernah ada pengecatan-pengecatan. Selama 10 tahun beliau menggunakan tinggalan dari Pak Soeharto dan tidak pernah diubah catnya atau pakai Garuda," kata Andi.

Pembelaan Istana soal Pesawat Presiden Dicat Merah

Pesawat kepresidenan yang sebelumnya berwarna biru ini dibeli saat kepemimpinan Presiden SBY pada 2010 dengan harga Rp 820 miliar. Pesawat ini baru tiba pada April 2014, dan masih dipakai hingga saat ini.
Biaya pengecatan pesawat kepresidenan ini ditaksir mencapai Rp 2 miliar. Namun, pihak Istana membantah pesawat presiden dicat merah untuk berfoya-foya, bahkan ditegaskan tak ada kaitannya sama sekali dengan partai politik tertentu.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah berbagai respons pembelaan Istana terkait kritikan pengecatan pesawat tersebut.
1. Direncanakan Sejak 2019
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono tidak membantah pesawat kepresidenan memang dicat menjadi merah. Akan tetapi, ia membantah pengecatan ini merupakan foya-foya karena anggarannya sudah dialokasikan dalam APBN sejak 2019.
"Dapat dijelaskan, bahwa pengecatan pesawat ini telah direncanakan sejak tahun 2019, serta diharapkan dapat memberikan kebanggaan bagi bangsa dan negara," kata Heru, Selasa (3/8).
Heru juga menegaskan pengecatan pesawat ini tidak akan menganggu alokasi anggaran untuk penanganan pandemi COVID-19.
"Perlu kami jelaskan bahwa alokasi untuk perawatan dan pengecatan sudah dialokasikan dalam APBN. Selain itu, sebagai upaya untuk pendanaan penanganan COVID, Kementerian Sekretariat Negara juga telah melakukan refocusing anggaran pada APBN 2020 dan APBN 2021, sesuai dengan alokasi yang ditetapkan Menteri Keuangan," jelas Heru.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, semua proses perawatan dan pengecatan dilakukan di dalam negeri. Sehingga, secara tidak langsung ikut mendukung industri penerbangan dalam negeri yang terdampak pandemi COVID-19.
2. Cat di Beberapa Bagian Pesawat Terkelupas
Pesawat Kepresidenan Republik Indonesia Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
Heru mengungkapkan pengecatan pesawat ini merupakan bagian dari perawatan yang rutin dilakukan. Selain itu, ada beberapa sisi pesawat yang catnya sudah terkelupas.
"Ada beberapa bagian yang sudah terkelupas," ucap Heru.
Di sisi lain, pesawat kepresidenan juga disebutnya sudah 7 tahun digunakan. Sehingga, sudah selayaknya mendapatkan perawatan agar bisa berfungsi dengan baik.
"Pesawat itu sudah 7 tahun, secara teknis memang harus memasuki perawatan besar, overhaul. Itu harus dilakukan untuk keamanan penerbangan," jelasnya.
3. Rekomendasi Pabrik Diservis 2021
Sementara itu, Staf khusus Mensesneg, Faldo Maldini, mengungkapkan pengecatan pesawat presiden ini sudah lama direncanakan, yakni sejak 2019. Ia pun menjelaskan alasan mengapa pesawat baru dicat tahun ini.
ADVERTISEMENT
"Ini bukan rencana baru, sudah dimulai sejak 2019 untuk menyambut Hari Kemerdekaan ke-75. Namun, pesawat BBJ-2 itu diservis sesuai rekomendasi pabrik [yang] jatuh pada 2021," kata Faldo.
Selain itu, proses pengecatan dan perawatan ini juga satu paket dengan armada lainnya, seperti Heli Super Puma dan pesawat RJ.
"Tadinya itu satu paket sama beberapa armada lain yang sudah datang waktunya. Sekalian dicat, justru biar lebih efisien," tuturnya.
4. Dicat Warna Merah Bernuansa Kemerdekaan
Presiden Joko Widodo turun dari Helikopter Super Puma saat tiba di Bandar Udara Wonopito, Kabupaten Lembata. Foto: Dok. Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Lebih lanjut, banyak yang curiga pesawat dicat menjadi merah seakan identik dengan warna partai politik yang tengah berkuasa.
Namun, Heru menjelaskan, pemilihan warna menjadi merah dan putih ini sekaligus dalam rangka menyambut Kemerdekaan RI yang jatuh tiap 17 Agustus.
ADVERTISEMENT
"Merah putih sesuai warna bendera RI. Saat design hanya mengarah ke nuansa bendera merah putih RI," tegas Heru.
"Mengenai cat memang sekalian diperbarui, karena sudah waktunya untuk diperbaharui. Pilihan warnanya adalah warna kebangsaan merah-putih, warna bendera nasional," imbuhnya.