Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
5 Fakta Menarik Tentang Raja Swedia Carl XVI Gustaf
22 Mei 2017 10:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia dari Kerajaan Swedia mendarat di Jakarta Minggu (21/5) pagi. Sekilas memang tak ada yang istimewa dari kunjungan dan agenda keduanya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata ada pemandangan yang tak biasa dari kedatangan pemimpin negara itu. Raja dan Ratu Swedia mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Padahal, biasanya tamu negara mendarat lewat Lanud Halim Perdanakusuma.
"Mereka menggunakan commercial flight, Qatar Airways. Makanya mendarat di Soekarno-Hatta," kata Febrian Irawati Mamesah, First Secretary KBRI Stockholm kepada kumparan (kumparan.com), Minggu (21/5).
Sontak hal tersebut membuat penasaran karena sikapnya yang dianggap begitu sederhana meskipun bergelar ‘Raja’.
Ingin lebih tahu tentang sosok raja dari negeri Skandinavia ini? Berikut kumparan (kumparan.com) merangkum 5 fakta menarik tentang Raja Carl XVI Gustaf:
1. Membawa Koper Sendiri
Selain kedatangannya lewat Bandara Soekarno-Hatta yang tak biasa untuk seorang tamu negara, Raja Carl XVI Gustaf, juga tampak menenteng kopernya sendiri saat turun dari pesawat.
ADVERTISEMENT
Pemandangan yang hampir tidak mungkin dilakukan seorang kepala negara.
Koper berwarna cokelat itu ia bawa sejak turun dari pesawat, penyambutan dan masuk ke dalam mobil. Kedatangannya disambut Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi M Nasir beserta istri, Duta Besar RI untuk Kerajaan Swedia Bagas Hapsoro dan istri Sumaningsih Hapsoro, serta Dirjen Amerop Kemlu, Muhammad Ansor.
2. Ayahnya Tak Pernah Menjadi Raja
Raja Carl XVI Gustaf lahir pada 30 April tahun 1946 di Haga Palace, Solna, Swedia. Ayahnya, Pangeran Gustaf Adolf, meninggal ketika ia berumur 9 bulan, dalam kecelakaan pesawat di Bandara Kopenhagen, Denmark.
Saat itu, Kerajaan Swedia masih dipimpin oleh Raja Gustaf V yang merupakan kakek buyut dari Carl Gustaf.
ADVERTISEMENT
Seharusnya, Raja Carl XVI Gustaf kecil berada di urutan keempat pewaris tahta. Namun karena kematian ayahnya, maka garis pewaris tahta pun menjadi dari kakeknya langsung ke Carl XVI Gustaf.
Pada tahun 1950, kakek buyutnya, Raja Gustaf V, mangkat ketika Carl XVI Gustaf berumur empat tahun. Lalu kakeknya Gustaf Adolf menjadi raja yang membuat Raja Carl XVI Gustaf menjadi putra mahkota ketika itu.
Raja Carl XVI Gustaf akhirnya naik tahta di usianya yang ke-26 saat sang kakek meninggal pada tahun 1973.
3. Aktivis Pramuka
Carl Gustaf dikenal sebagai sosok yang sangat mendukung kegiatan dan perkembangan pramuka. Ia pun menjabat sebagai Ketua Kehormatan World Scout Foundation (WSF) yang bergerak untuk mengembangkan kegiatan kepramukaan di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2012 ia bahkan sempat berkunjung ke Bantul dengan salah satu agendanya adalah peresmian Desa Wukirsari sebagai desa pramuka.
4. Menemukan Jodoh di Arena Olahraga
Raja Carl juga dikenal gemar berolahraga. Diantaranya olahraga yang digemari adalah berkuda, olahraga air , ski dan berlayar. Semasa muda bahkan ia sempata beberapa kali ikut berkompetisi dalam balapan ski terkenal di Swedia, Vasa Ski Race (1977,1987,1997).
Sang Raja Pun menemukan jodohnya, Ratu Silvia Sommerlath, dalam kompetisi olahraga yakni saat menyaksikan ajang Olimpiade tahun 1972 di Munchen, Jerman.
5. Fitnah Buku
Pada 2010 Raja Carl sempat digoyang isu tak sedap. Sebuah buku biografi berjudul Carl XVI Gustaf – Den motvillige monarken (Carl XVI Gustaf – The reluctant monarch) mengungkap gaya hidup sang raja yang disebut senang mengunjungi klub-klub striptis dan banyak menghabiskan uang untuk pesta seks.
ADVERTISEMENT
Dilansir Telegraph, setelah sempat bungkam, pada pertengahan tahun 2011 sang raja membantah semua tuduhan tersebut. Namun akibat adanya isu tersebut, sebagian besar rakyat Swedia meminta Raja Carl untuk menyerahkan kekuasaan kepada sang anak, Victoria.
Meski demikian hal ini tak pernah ia setujui dan hingga tahun 2017 ini Raja Carl masih mampu mempertahankan tahtanya.