Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
5 Fakta Perjalanan Hidup Suntoro Si Pengadopsi Binatang Jalanan
2 Februari 2018 6:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Hidup di tengah-tengah keterbatasan ekonomi tak membuat Suntoro (63) melupakan rasa pedulinya kepada sesama makhluk hidup. Suntoro, pria paruh baya yang sehari-hari bekerja sebagai seorang pemulung, selama ini hidup bersama sejumlah binatang jalanan di rumah semi permanennya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Suntoro setiap harinya selalu berbagi kisah dengan sejumlah binatang jalanan yang ia rawat selama ini. Kumparan (kumparan.com), Kamis (1/2) bertemu dengan Suntoro untuk mendengarkan kisah hidup pria asal Jawa Tengah tersebut.
Berikut kumparan merangkum 5 fakta perjalanan hidup Suntoro:
1. Mengadopsi Binatang Jalanan Sejak 2004
Hidup di jalanan, membuat Suntoro semakin memahami bagaimana kerasnya hidup di kota besar, seperti Jakarta. Meski hidup di tengah-tengah keterbatasan, tak membuat Suntoro menyerah akan kerasnya hidup di Jakarta.
Suntoro memang bekerja sebagai seorang pemulung, tapi rasa pedulinya terhadap sesama makhluk hidup perlu diacungi jempol. Ia selama ini hidup bersama dengan berbagai binatang jalanan.
Di rumah permananenya, Suntoro merawat dan mengadopsi berbagai binatang malang yang selama ini terlantar di jalanan. Suntoro selama ini merawat sejumlah anjing liar yang hidup di jalanan.
ADVERTISEMENT
Kesenangan Suntoro merawat dan mengadopsi anjing liat tersebut ia lakukan sejak 2004 silam. Waktu itu, ia pulang bekerja dari memulung, di tengah-tengah perjalanan ia bertemu dengan dua pasang anjing yang terlantar. Karena merasa iba, lantas ia membawa dua ekor anjing tersebut ke rumah semi permanennya.
Mungkin Suntoro tak ingin membiarkan anjing-anjing tersebut hidup sendirian di jalanan. Merawat anjing-anjing liar tersebut membuatnya merasa terhibur di tengah-tengah rasa sepinya hidup sebatang kara di Jakarta.
2. Memelihara 26 Anjing dan 8 Kucing Jalanan
Dua ekor anjing liar yang dirawat Suntoro sejak 2004, kini telah beranak puluhan ekor anjing. Ada sekitar 26 ekor anjing yang setia menemani Suntoro.
Di rumah semi permanennya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Suntoro merawat 26 ekor anjing. Setiap hari, anjing-anjing peliharannya diberi makan dari bantuan warga sekitar, berupa sisa makanan di warung-warung. Suntoro juga berbagi tempat tidur bersama anjing-anjing peliharannya tersebut.
ADVERTISEMENT
Anjing-anjing yang Suntoro rawat merupakan anjing kampung atau anjing lokal. Anjing-anjing tersebut tampak sehat, bersih, dan jinak. Bahkan beberapa Anjing diberi kalung penanda oleh Suntoro.
Selain memelihara 26 ekor anjing, Suntoro juga memelihara kucing liar. Ada 8 kucing liar yang ia adopsi. Suntoro tak mempermasalahkan sifat dari kedua hewan tersebut yang tak saling akur. Ia sengaja memelihara dua hewan tersebut agar dua hewan tersebut akur hidup berdampingan sesama makhluk ciptaan Tuhan.
3. Merantau ke Jakarta tahun 1998
Suntoro bukan warga asli Jakarta, melainkan warga asal Blora, Jawa Tengah yang merantau ke Jakarta. Ia merantau ke Jakarta tahun 1998.
Awalnya Suntoro merantau ke Jakarta bersama sang istri. Namun di tengah perjuangan mengais rejeki di Jakarta, pernikahan mereka kandas di tahun 1998. Kini, ia hidup sebatang kara di rumah semi permanennya yang terbuat dari triplek di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Sebelum bekerja sebagai pemulung seperti sekarang, Suntoro pernah melakoni pekerjaan sebagai kuli bangunan. Ia kerap kali berpindah-pindah tempat tinggal sebab rumah semi permanennya sering terdampak penggusuran.
4. Merindukan Buah Hatinya, Mawarsih Utami
Dari pernikahannya bersama sang istri, Suntoro memiliki seorang putri, bernama Mawarsih Utami atau Mawar. Namun, karena perceraian, Suntoro tak pernah lagi bertemu dengan buah hatinya itu.
Sudah 19 tahun, Suntoro tak bertemu dengan putri semata wayangnya tersebut. Terakhir Suntoro bertemu dengan Mawar saat Mawar masih bayi, berusia kurang dari setahun.
Kini, Mawar dirawat oleh keluarga dari pihak istri Suntoro. Hampir dua puluh tahun menunggu, Suntoro mengaku sama sekali tak pernah mendapat kabar tentang Mawar. Bahkan, Suntoro juga tak diberi tahu bahwa puterinya tersebut telah menikah. Desas-desus perihal kabar pernikahan putrinya itu, Suntoro dengar dari temannya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Suntoro mengaku tak ada rasa marah atau benci di hatinya. Suntoro justru merasa bersalah karena tak bisa menjadi sosok ayah yang bertanggung jawab. Suntoro selalu berdoa agar Mawar selalu diberi kesehatan oleh Tuhan. Suntoro juga berharap agar dirinya bisa bertemu dengan Mawar.
5. Bermimpi Naik Haji
Meski hanya mengandalkan hidup dari upah sebagai pemulung, Suntoro rupanya menyimpan impian besar untuk bisa menunaikan ibadah haji. Pria pengadopsi puluhan anjing liar ini berharap, suatu saat mimpinya ke Kota Suci Makkah itu terwujud.
Namun karena keterbatasan ekonomi, Suntoro pesimistis dengan impiannya tersebut. Suntoro mengaku tetap mensyukuri kehidupan yang dijalaninya saat ini. Bagi Suntoro, kebahagiaan batin adalah yang utama.
Sebagai seorang muslim, Suntoro mengaku tahu perihal air liur anjing yang masuk dalam kategori najis. Namun ia tak mempermasalahkannya, sebab ia selalu membersihkan diri seusai memegang anjing-anjing peliharannya.
ADVERTISEMENT