5 Kasus Obesitas Tak Biasa Muncul Berturut-turut Sejak Juni, Kenapa Itu Terjadi?

2 Agustus 2023 12:03 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas pemadam kebakaran mengevakuasi pria obesitas seberat 150 kilogram berinisial AGC (42) asal Cibubur.  Foto: Sudin Gulkarmat Jaktim
zoom-in-whitePerbesar
Petugas pemadam kebakaran mengevakuasi pria obesitas seberat 150 kilogram berinisial AGC (42) asal Cibubur. Foto: Sudin Gulkarmat Jaktim
ADVERTISEMENT
Setidaknya ada lima kasus obesitas tak biasa ramai diberitakan sejak Juni hingga Agustus 2023. Dua orang di antaranya meninggal dunia di RSCM Jakarta.
ADVERTISEMENT
Ada kasus Fajri 300 kg dan Cipto 200 kg di Tangerang. Keduanya sempat dirawat berhari-hari di dua rumah sakit berbeda, hingga akhirnya wafat di RSCM.
Lalu, ada kasus serupa di Jambi dan Jaktim. Masing-masing pria 130 kg dan 150 kg harus dievakuasi Damkar ke rumah sakit karena kondisinya yang sakit.
Terbaru ada kasus pria 200 kg di Surabaya. Ia berhari-hari hidup dengan obesitas tak biasa, hingga alami sesak dan dilarikan ke RSUD Soetomo, Selasa (2/8) kemarin.
Lantas, apa analisis Kemenkes terkait hal ini?
"Iya ini pertama kita tahu dengan perubahan pola makan, perilaku hidup, gaya hidup dan tentunya banyak penggunaan gawai mempengaruhi kondisi kesehatan," kata jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmizi melalui pesan singkat, Rabu (2/8).
ADVERTISEMENT
Jubir vaksinasi perwakilan Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi. Foto: Kemkes RI
Nadia menambahkan, hal ini harus menjadi warning bagi masyarakat. Apalagi bagi mereka yang orang tuanya punya riwayat obesitas atau diabetes.
"Selain tentunya ada faktor-faktor genetik dan penyakit yang seharusnya tadi bisa dihindarkan," jelas dia.
Ia menyoroti juga soal kebiasaan masyarakat Indonesia yang gemar makan atau minum minuman manis.
Kemenkes pun memperkuat skrining di lingkungan masyarakat untuk terus menekan angka obesitas yang ternyata memang meningkat sejak 2007.
Detailnya, selama kurun waktu 10 tahun terakhir yakni dari 10,5 persen pada 2007 menjadi 21,8 persen pada 2018.
"Oleh karena itu penguatan layanan primer, skrining kesehatan dan edukasi terus kita perkuat. Masyarakat juga harus kurangi makanan dan minuman manis," tutup dia.