5 Lukisan Istana dan Kisah di Baliknya

31 Juli 2017 19:38 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Galeri Nasional  (Foto: kemdikbud.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Galeri Nasional (Foto: kemdikbud.go.id)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebanyak 48 lukisan dari 41 pelukis yang menjadi koleksi Istana Kepresidenan RI, dipamerkan dalam Pameran Lukisan di Galeri Nasional 2-30 Agustus 2017. Beragam masterpiece dari seniman-seniman legendaris bisa kamu nikmati di sini.
ADVERTISEMENT
Berikut kumparan (kumparan.com) rangkum 5 koleksi lukisan milik Istana yang tidak boleh kamu lewatkan di Galeri Nasional. Yuk simak!
1. Raden Saleh - Harimau Minum (1863)
Lukisan Harimau Minum Karya Raden Saleh (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan Harimau Minum Karya Raden Saleh (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Siapa yang tidak pernah mendengar nama Raden Saleh Sjarif Boestaman atau lebih sering kita sebut Raden Saleh. Pelukis berdarah Jawa-Arab ini memang dikenal sebagai pelukis kebanggan Indonesia yang mempionirkan seni modern Indonesia. Meski lukisannya memadukan romantisme yang digemari masyarakat Eropa pada masa itu, namun dengan cerdik ia selalu menyisipkan elemen-elemen khas Jawa dalam lukisannya.
Lulisan Harimau Minum itu sebenarnya merupakan satu dari enam lukisan Raden Saleh yang dimiliki Istana Negara. Unsur romantisme tergambar jelas dengan panorama suasana hutan yang digoreskan menggunakan cat minyak. Seorang harimau, digambarkan menegak dengan semangat air jernih dari mengalir di tengah kegelapan hutan, tempatnya mengadu nasib sebagai salah satu raja hutan.
ADVERTISEMENT
Dengan ukuran 160x116 cm, lukisan ini sesungguhnya bukan hanya sekadar menggambarkan suasana harimau kehausan di tengah hutan. Lebih dari itu, lukisan ini menggambarkan filosofi hidup, kesadaran sebagai makhluk kecil di tengah kekuasaan alam semesta. Pada tahun 2011, lukisan ini ditaksir seharga Rp 2,9 Miliar.
2. Tino Sidin - Ketjintaan
Lukisan ketjintaan karya Tino Sidin (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan ketjintaan karya Tino Sidin (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Bagi kalian yang lahir pada tahun 1980-1990-an, mungkin samar-samar ingat dengan sosok Tino Sidin. Pria kelahiran Tebing Tinggi 1925 tersebut bisa dibilang bapak dari guru gambar yang melambungkan namanya melalui program Ayo Menggambar di TVRI pada masanya.
Berbicara soal Tino Sidin, tentu tidak terlepas dari Presiden Indonesia ke-2, Soeharto. Ya, bisa dibilang, Tino Sidin mungkin satu-satunya pelukis yang pernah mendapatkan pinjaman uang senilai Rp 7 juta dari orang nomor satu di Indonesia. Kuitansi kenangan tersebut, kini bisa disaksikan di Taman Tino Sidin, sebuah galeri dan museum untuk mengabadikan keeksistensiannya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di pameran ini, Tino Sidin hadir melalui lukisan Ketjintaan yang ia ciptakan pada 1963. Lukisan ini bisa dibilang merupakan salah satu lukisan termuda di pameran tersebut. Dengan media cat minyak di atas kanvas, Tino Sidin menggambarkan seorang bocah berpayung daun talas sembari menggembalakan tiga kambingnya. Komposisinya diciptakan begitu ciamik, membuat ingatan kita akan bocah desa pada masa itu yang pulang dari menggembala kambing di tengah hujan gerimis muncul kembali.
3. Basoeki Abdullah - Nyai Roro Kidul
Lukisan Nyai Roro Kidul karya Basoeki Abdullah (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan Nyai Roro Kidul karya Basoeki Abdullah (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Jika diceritakan secara detail, kisah yang mengikuti lukisan Nyai Roro Kidul karya Basoeki Abdullah --yang terkenal keramat-- ini bisa menjadi sebuah tulisan panjang tersendiri. Banyak yang menilai, lukisan ini merupakan hasil pertemuan Basoeki Abdullah dengan Sang Ratu Penguasa Laut Selatan.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum membuat lukisan ini, konon Basoeki pernah bertemu langsung dengan Nyai Roro Kidul saat bersepeda dan bersembahyang di Pantai Parangtriris, Yogyakarta. Ia bahkan pernah 'diundang' bertemu di sebuah kamar di Hotel Pelabuhan Ratu. Ya, itu lah kamar 308 yang kini dikeramatkan sebagai lokasi pertemuan bagi siapapun yang ingin berdialog dengan Nyai Roro Kidul.
Meski Nyai Roro Kidul dikenal sebagai wanita dengan kecantikan tiada tara, Basoeki tidak pernah melihat dengan jelas wajah Sang Ratu. Berkali-kali ia mencoba menggunakan model yang dianggap tepat untuk menggambarkan Sang Ratu, namun semua modelnya berakhir tragis. Hingga akhirnya, lukisan-lukisan Nyai Roro Kidul karya Basoeki dipercaya hanya mengandalkan imajinasi yang membawanya kepada proses kreatif penciptaan karyanya.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, ada 6 jenis versi lukisan Nyai Roro Kidul yang digambarkan Basoeki Abdullah. Namun, lukisan koleksi Istana yang dipamerkan ini merupakan salah satu yang paling populer.
4. Basoeki Abdullah - Djika Tuhan Murka
Lukisan Djika Tuhan Murka karya Basoeki Abdullah (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan Djika Tuhan Murka karya Basoeki Abdullah (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Masih karya maestro lukis Indonesia setelah era Raden Saleh, Basoeki Abdullah, lukisan Djika Tuhan Murka ini hanya satu dari 86 lukisan Basoeki lainnya yang menjadi koleksi negara. Darah seni rupanya mengalir deras di nadinya. Ayahnya, Abdullah Surio Subroto, adalah seorang pelukis handal sementara ibunya, R.A Sukarsih, adalah seorang pembatik keraton.
Lukisan Djika Tuhan Murka sebesar 200x300 cm ini didominasi warna merah dan hitam. Gambaran manusia yang panik di tengah kobaran api, kepungan asap dan makhluk-makhluk yang terpanggang terlihat sangat dramatis. Suasana mencekam tergambar jelas melalui gaya surealisme dengan tema dongeng yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Lukisan ini menggambarkan kehancuran bumi saat kiamat tiba yang ditandai dengan bumi runtuh, bebatuan gunung yang berhamburan serta kobaran api yang keluar dari dasar bumi. Makna simbolis mengenai tiga lapisan dunia terlihat melalui setting penggambaran tebing.
Lukisan ini seolah ingin mengingatkan manusia untuk senantiasa menjaga keseimbangan lingkungan, menghindari peperangan dan konflik yang akan mendatangkan bencana. Dalam lukisan ini, Basoeki juga ingin mengajak manusia agar selalu melakukan instropeksi sehingga azab Tuhan tidak akan terjadi.
5. Wakidi - Senja di Dataran Mahat
Lukisan Senja di dataran mahat karya Wakidi (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan Senja di dataran mahat karya Wakidi (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Wakidi dikenal sebagai pelukis di era Moi Indie yang hanya menggambarkan keindahan alam saja. Bukan hanya keindahannya, Senja di Dataran Mahat juga dikenal sebagai salah satu lukisan Wakidi yang menggunakan cat buatan sendiri.
ADVERTISEMENT
Beberapa lukisan Wakidi memang bukan berasal dari cat minyal asli, tetapi dari cat minyak buatan sendiri. Meski cukup menghemat biaya produksi, namun lukisan ini jadi mudah berjamur dan buram jika tidak dirawat dengan baik.
Untuk membuat lukisan ini, awalnya Wakidi menggambarkan sketsa dengan sangat detail, dengan pengerjaan area landscape yang meninggalkan ruang-ruang kosong untuk menghemat cat. Pada masanya, cat minyak memang relatif sulit didapat. Wakidi juga dikenal jarang menggunakan kuas besar kecuali untuk mengisi bagian langit.
Lukisan Senja di Dataran Mahat sendiri merupakan gambaran daerah Mahat, Kabupaten Lima Puluh Kota, sekitar tahun 1969 saat ia mengungsi dari kota Bukittinggi ke pedalaman Mahat di masa pemberontakan PRRI.
Galeri Nasional  (Foto: kemdikbud.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Galeri Nasional (Foto: kemdikbud.go.id)
Tetang Pameran Lukisan
ADVERTISEMENT
Salah satu kurator dalam pameran ini, Mikke Susanto, menjelaskan lukisan Istana yang dipamerkan di Galeri Nasional untuk menyemarakkan HUT RI, dibuat antara abad 19 sampai 20.
"Karya yang paling tua, itu karya Raden Saleh yang dibuat sekitar abad 19. Tapi karya yang paling dominan di pameran ini dibuat pada tahun 1950-1970 yang merupakan masa kejayaan seni rupa Indonesia," ungkap Mikke di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (31/7).
Menurutnya, pada tahun tersebut, mulai menjamur sanggar-sanggar seni dan pendidikan seni rupa seperti ASRI tahun 1940 dan di ITB pada tahun 1950. Ia juga menyebutkan, kebetulan saat itu Presiden Soekarno sangat dekat dengan para seniman terutama pelukis.
"Sehingga dengan mudah dikoleksi. Baik dibeli, diberi maupun diminta. Seniman mana yang tidak ingin karyanya dikoleksi oleh presiden?" tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pameran dengan tajuk Senandung Ibu Pertiwi ini dibagi menjadi 4 tema kecil seperti Keragaman Alam (12 lukisan), Dinamika Keseharian (11 lukisan), Tradisi dan Identitas (15 lukisan) dan Mitologi dan Religi yang masih dibagi menjadi dua tema kecil. Tidak hanya nama besar Raden Saleh, masterpiece dari pelukis kenamaan seperti Basoeki Abdullah, Barli Sasmitawinata, serta Itji Tarmizi bisa dinikmati dalam pameran ini.
"Pameran ini nantinya akan dibuka pada pukul 10.00 WIB hingga 20.00 WIB. Untuk satu tour, nanti dibatasi hanya untuk 75 orang selama 20 menit. Pendaftaran masuknya sendiri nanti bisa diakses secara online," tambah Mikke.
Pantauan kumparan, terdapat sebuah ruang khusus yang berisi dua lukisan besar karya Basoeki Abdullah yang terkenal dengan karya-karya mistisnya di Galeri Nasional, Jakarta. Dalam ruangan tersebut, pengunjung bisa melihat dua lukisan ternama karya Basoeki, lukisan Nyi Roro Kidul serta lukisan Gatutkaca dan Anak-Anak Arjuna (Pergiwa dan Pergiwati).
ADVERTISEMENT