5 Misi Indonesia di Sidang Majelis Umum PBB: Presidensi G20 hingga Imbas Pandemi

12 September 2022 17:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Layar memperlihatkan Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang telah direkam sebelumnya pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB secara virtual di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (23/9/2020). Foto: Kemenlu/HO ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Layar memperlihatkan Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang telah direkam sebelumnya pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB secara virtual di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (23/9/2020). Foto: Kemenlu/HO ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kementerian Luar Negeri RI memaparkan lima misi utama yang akan dibawa oleh Indonesia dalam Sidang Majelis Umum PBB (UNGA) ke-77 pada 13-27 September.
ADVERTISEMENT
Forum mendatang mengusung tema 'A Watershed Moment: Transformative Solutions to Interlocking Challenges' yang berarti 'Periode Penting: Solusi-solusi Transformatif Atas Tantangan yang Saling Berpautan'.
UNGA akan dibuka pada 13 September sebelum dilanjutkan oleh pertemuan puncak pada 20-26 September. Agenda tersebut akan dihadiri oleh perwakilan dari 193 negara anggota PBB.
Presiden RI, Joko Widodo, akan absen dari pertemuan mendatang. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Jokowi berharap dapat menyampaikan pidato melalui rekaman (video message).
Tetapi, PBB menginginkan kehadiran secara langsung. Alhasil, Indonesia akan diwakilkan oleh tim delegasi. Menlu RI, Retno Marsudi, akan memimpin tim perwakilan tersebut.
Retno berniat menegaskan sejumlah misi atas nama Indonesia. Sebagai pemegang presidensi G20 2022 dan keketuaan ASEAN 2023, Retno akan melaksanakan sejumlah persiapan melalui UNGA.
Menlu RI Retno Marsudi hadiri agenda Sidang Umum PBB ke-76 di New York, AS, Rabu (22/9). Foto: Kemlu RI
Dia akan melangsungkan pertemuan bilateral sesama menteri luar negeri anggota G20 maupun ASEAN. Sedangkan dalam pertemuan UNGA, Retno akan menguraikan penyelesaian konflik geopolitik dengan memulihkan multilateralisme atau kerja sama.
ADVERTISEMENT
UNGA sendiri akan membicarakan persaingan negara-negara besar. Secara spesifik, pertemuan itu akan menyoroti konflik Rusia-Ukraina dan China-Taiwan. Pihaknya juga akan mendiskusikan ancaman nuklir yang membayangi Semenanjung Korea.
"Pertama, kehadiran kita sebagai pemegang presidensi G20 dan juga dalam rangka persiapan KTT G20 di Bali, Bu Menlu berencana bertemu secara bilateral dengan semua Menlu G20 dan juga dengan para Menlu ASEAN terkait dengan rencana keketuaan Indonesia di ASEAN 2023," ujar Dirjen Kerja Sama Multilateral Kemlu RI, Tri Tharyat, saat Media Briefing di Jakarta pada Senin (12/9).
KonJen RI untuk HongKong, Tri Tharyat. Foto: Jafri Anto/kumparan
"Kedua, kita selalu secara konsisten menegaskan pentingnya multilateralisme karena kecenderungannya sampai sekarang ini ke pendekatan unilateral dengan pendekatan 'take it or leave it' [ambil atau tinggalkan] dan tidak ada spirit [semangat] inklusivitas dalam proses multilateral," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Retno akan turut menyinggung imbas dari cacar monyet setelah dunia dihantam pandemi COVID-19. Wabah-wabah tersebut telah melumpuhkan ekonomi global, hingga memicu tiga krisis utama.
Alhasil, dunia bergulat dengan krisis pangan, energi, dan keuangan. Indonesia berharap dapat mendorong PBB mengatasi berbagai permasalahan yang saling berkaitan itu.
Selain lingkungan dan kesehatan, Indonesia akan turut memprioritaskan proses penyelesaian sengketa.
"Ketiga, tentunya kita ingin mengedepankan kembali pentingnya peranan PBB dalam penanganan tantangan-tantangan global, khususnya dalam pandemi, pemulihan ekonomi, dan perubahan iklim," terang Tri,
"Keempat, penguatan arsitektur kesehatan global yang juga menjadi salah satu pilar penting dalam presidensi G20 Indonesia dan juga aktivitas diplomasi kesehatan Indonesia yang terus kita dorong hingga hari ini. Terakhir, tentunya upaya penyelesaian sengketa secara damai," lanjutnya.
ADVERTISEMENT