5 Pernyataan Menag Fachrul Razi yang Menuai Kontroversi

3 November 2019 11:23 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Agama Fachrul Razi bertindak sebagai khatib shalat Jumat di Istiqlal, Jakarta, Jumat (1/11/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Agama Fachrul Razi bertindak sebagai khatib shalat Jumat di Istiqlal, Jakarta, Jumat (1/11/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menunjuk mantan Wakil Panglima TNI Jenderal (Purn) Fachrul Razi sebagai Menteri Agama. Banyak yang mempertanyakan, tetapi Jokowi yakin, eks timses di Pilpres itu punya kemampuan untuk menjadi Menteri Agama.
ADVERTISEMENT
Salah satunya, Jokowi yakin, Ketua Relawan Bravo 5 itu mampu memberantas radikalisme. Sebab, background Fachrul di TNI tadi. Namun, dua pekan berjalan, Fachrul Razi menuai sorotan. Semangatnya menghentikan radikalisme tak sepenuhnya diterima oleh masyarakat.
Ditambah lagi, pernyataan-pernyataan Fachrul Razi tak sedikit yang menuai kontroversi. Meski, sekali lagi, niatnya sesuai visi Jokowi, memberantas radikalisme.
Berikut pernyataan Fachrul Razi yang menuai kontroversi:
Saat berbicara di depan publik usai dilantik Jokowi, yang pertama Fachrul Razi ingatkan bahwa dirinya adalah bukan menteri agama Islam.
Selama ini memang Menag tidak hanya mengurusi agama Islam, namun entah mengapa Fachrul menegaskan dengan membuat pernyataan tersebut beberapa menit setelah dia dilantik.
"Satu, saya kan bukan menteri agama Islam. Saya Menteri Agama RI yang dalamnya 5 agama," ungkap Fachrul di Istana Negara, Rabu (23/10).
ADVERTISEMENT
Fachrul Razi memperkirakan alasan Jokowi memilihnya sebagai Menteri Agama. Salah satunya, kata dia, mungkin saja karena dirinya suka beribadah dan ceramah.
"Saya memang suka ibadah, suka memberikan ceramah, suka memberikan khotbah. Meskipun bukan kiai kiai level saya. Tapi setiap ceramah saya temanya enggak ada lain, satu, Islam yang damai. Kedua, toleransi. Ketiga, bagaimana memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa," urai pria kelahiran Aceh berusia 72 tahun ini.
"Mungkin Pak Jokowi melihat wah Pak Fachrul kalau begitu. Ini saya diharapkan banyak untuk bisa menangkal radikalisme," sambung Fachrul.
Menteri Agama Fachrul Razi di acara Konsolidasi perencanaan pencapaian dan misi Presiden serta sasaran dan target indikator bidang PMK dalam RPJM 2020-2024. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Fachrul Razi juga sempat menyoroti soal pakaian yang seharusnya dipakai Aparatur Sipil Negara (ASN). Fachrul menyinggung soal celana cingkrang.
ADVERTISEMENT
"Kemudian masalah celana cingkrang-cingkrang itu tidak dilarang dari aspek agama. Karena memang agama pun tidak melarang. Tapi dari aturan pegawai bisa, misal di tempat ditegur celana kok tinggi gitu?" ungkap Fachrul Razi di Kemenko PMK, Kamis (31/10).
"Kamu enggak lihat aturan negara gimana? kalau enggak bisa ikuti keluar kamu," tegas dia.
Menteri Agama Fachrul Razi di acara Konsolidasi perencanaan pencapaian dan misi Presiden serta sasaran dan target indikator bidang PMK dalam RPJM 2020-2024. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Fachrul Razi menjelaskan soal pelarangan cadar (yang kerap disebut niqab dalam bahasa Arab), bagi pegawai di instansi pemerintahan.
"Cadar tidak melarang. Tidak ada (pelarangan, -red), saya sebut niqab itu tidak ada ayatnya, tidak ada hadisnya," kata Fachrul di Kantor Kemenko PMK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (31/10).
Ia juga membantah telah memulai kajian soal pelarangan tersebut. "Belum. Belum pernah ngomong, itu bukan urusan Menag," ujar dia.
ADVERTISEMENT
"Kalau instansi pemerintah kan memang sudah jelas ada aturannya, kalau kamu PNS memang boleh pakai tutup muka?" lanjut eks Wakil Panglima TNI itu.
Soal cadar juga celana cingkrang, Fachrul Razi kemudian memberikan klarifikasi bahwa ia tak bisa melarang. Ia hanya sebatas merekomendasikan ke instansi lain.
Demi mengantisipasi tidak pahamnya warga Indonesia akan bahasa Arab, Ketua Relawan Bravo 5 itu, mengeluarkan imbauan agar doa disertai Bahasa Indonesia.
“Dalam berdoa gunakan juga bahasa Indonesia agar umat dan masyarakat mengerti, karena tidak semua umat, warga bangsa ini mengerti bahasa Arab,” kata Fachrul Razi.
"Oh iya, harus ada. Karena kadang-kadang, kalau doa semua bahasa Arab, misalnya mengajak Islam yang damai disampaikan dengan Bahasa Arab, belum tentu orang semua paham," sambungnya.
ADVERTISEMENT