5 Putra Mahkota Arab Saudi yang Gagal jadi Raja

22 Juni 2017 7:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raja Salman bin Abdulaziz. (Foto: Dok. Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Raja Salman bin Abdulaziz. (Foto: Dok. Wikipedia)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di negara monarki absolut seperti Arab Saudi, kekuasaan bukanlah kehendak rakyat, namun kuasa sang raja. Maka siapa yang akan memegang takhta berikutnya ditentukan oleh raja yang kala itu berkuasa.
ADVERTISEMENT
Putra Mahkota, sebagai jabatan kekuasaan tertinggi kedua setelah Raja menjadi salah satu jabatan yang strategis dan berpengaruh. Tak heran jika jabatan sepolitis dan sestrategis itu menjadi rebutan, dan menentukan.
Dari sekitar 11 orang yang pernah menduduki jabatan putra mahkota sejak 1932, ada 5 orang yang gagal naik takhta menjadi raja. Penyebabnya mulai dari masalah kesehatan hingga politik.
Muhammad bin Abdulaziz Al Saud
Putra keempat pendiri kerajaan Keluarga Saud, Abdulaziz bin Saud, ini hanya 5 bulan menjabat sebagai Putra Mahkota, yakni November 1964 hingga Maret 1965.
Kala itu tengah terjadi krisis di internal karena peralihan kekuasaan dari Raja Saud ke Raja Faisal. Raja Saud memerintah sejak 1953 setelah meninggalnya Raja Abdulaziz.
ADVERTISEMENT
Namun banyak ketidakpuasan terhadap pemerintahannya ini. Pasalnya, Raja Saud mengangkat banyak anaknya --meskipun belum berpengalaman-- untuk menduduki beragam jabatan penting di pemerintahan. Raja Saud juga dikenal boros dan suka minum arak, yang tentu saja diharamkan.
Raja Saud dipaksa turun takhta oleh adiknya, Faisal bin Abdulaziz yang kala itu masih menjabat Putra Mahkota. Atas saran para ulama, Raja Saud akhirnya bersedia turun takhta dan diasingkan ke Yunani hingga meninggal tahun 1969.
Muhammad diangkat sebagai putra mahkota ketika Faisal naik takhta menjadi raja. Namun, setelah lima bulan dia melepas jabatan itu dan memberikannya pada Khalid, adik kandungnya.
Keputusannya tersebut setelah melalui negosiasi panjang. Muhammad dikenal dekat dengan Saud, yang dipaksa turun takhta, oleh karenanya dia memilih mundur. Hal itu demi memudahkan pengalihan kekuasaan kepada Raja Faisal.
Raja Faisal (kiri) (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Raja Faisal (kiri) (Foto: Flickr)
Sultan bin Abdulaziz Al Saud
ADVERTISEMENT
Putra kedua belas Raja Abdulaziz Al Saud ini pernah menjadi putra mahkota selama 6 tahun. Namun sayang, penyakit kanker dan alzheimer yang dideritanya membuat Sultan tak sempat naik takhta.
Mantan menteri pertahanan Arab Saudi kelahiran 1925 ini pernah dituduh terlibat jaringan al-Qaeda pada 2002. Namun karena tidak cukup bukti, maka tuntutan hukum yang diajukan oleh pihak Federal Amerika Serikat ini dihentikan.
Pada 2005, Sultan diangkat menjadi Putra Mahkota di masa kepemimpinan Abdullah bin Abdulaziz. Sultan pernah menderita kanker usus besar pada 2003 yang membuatnya harus dioperasi pada 2004 dan berulang kali keluar masuk rumah sakit.
Pada 2009, Sultan mulai menderita sakit alzheimer yang menyebabkannya dikirim ke rumah sakit di New York, Amerika Serikat. Di sana, Sultan meninggal dunia pada 22 Oktober 2011. Setelah berjuang melawan segala penyakit yang menyerangnya.
ADVERTISEMENT
Nayef bin Abdulaziz Al Saud
Nayef adalah putra ke 23 Raja Abdulazis yang lahir dari Hassa binti Ahmed Al Sudairi. Sebagai salah satu kelompok Tujuh Sudairi, Nayef memiliki cukup pengaruh seperti Sultan, kakak kandungnya.
Nayef yang lahir pada 1934 diangkat menjadi putra mahkota pada 27 Oktober 2011, lima hari setelah Sultan meninggal. Selama menjadi putra mahkota, Nayef cukup berpengaruh dalam memodernisasi Arab Saudi. Salah satunya dalam hal laki-laki dan perempuan di tempat umum.
Pada 2012 Nayef diberitakan menderita diabetes melitus, osteoporosis, dan leukemia. Sejak bulan Maret Nayef berkeliling untuk berobat mulai dari Maroko, Amerika Serikat, hingga Algeria.
Pada Juni 2012 Nayef meninggal dunia di Swiss karena gagal jantung.
ADVERTISEMENT
Muqrin bin Abdulaziz Al Saud
Muqrin adalah putra ke 35, putra paling bungsu, Raja Abdulaziz dari istri ke 18 bernama Baraka Al Yamaniah, seorang Yaman. Muqrin yang lahir pada 1945 diangkat menjadi putra mahkota di masa pemerintahan Salman bin Abdulaziz.
Diangkat sebagai putra mahkota pada Januari 2015, Muqrin hanya sempat menduduki posisi itu selama 3 bulan saja.
Pada April 2015 tiba-tiba Raja Salman mencabut posisi putra mahkota dari Muqrin, yang lahir dari seorang Yamani. Raja Salman kemudian mengusulkan keponakannya, Muhammad bin Nayef, untuk menjadi calon penguasa Saudi selanjutnya.
Selain persoalan keturunan, kapabilitas Muqrin yang bersih dari hal negatif dan korupsi tidak pernah dipertanyakan. Spekulasi yang berkembang adalah faktor keluarga Muqrin yang jauh dari Raja Salman dan Tujuh Sudairi menjadi salah satu penyebab Muqrin dilucuti dari putra mahkota.
ADVERTISEMENT
Namun spekulasi lain yang berkembang adalah, ini merupakan upaya Raja Salman untuk mengangkat anaknya, Mohammed bin Salman menjadi wakil putra mahkota, yang saat itu dijabat oleh Muhammad bin Nayef.
Mohammed Bin Nayef (Foto: Reuters/Lucas Jackson)
zoom-in-whitePerbesar
Mohammed Bin Nayef (Foto: Reuters/Lucas Jackson)
Muhammad bin Nayef
Muhammad bin Nayef, putra dari Nayef bin Abdulaziz, adalah keponakan Raja Salman yang diusulkan mengganti Muqrin bin Abdulaziz pada April 2015. Saat itu, Raja Salman kemudian menempatkan anaknya, Mohammed bin Salman, sebagai wakil putra mahkota.
Nasib Nayef sedikit lebih beruntung dibandingkan Muqrin, setidaknya dia menjabat sebagai putra mahkota tidak sesingkat Muqrin. Namun, lebih banyak agenda dan kunjungan kenegaraan ditugaskan pada Mohammed bin Salman. Sehingga Mohammed bin Salman jauh lebih dikenal dan meraih banyak pendukung --secara politis-- dibandingkan Nayef.
ADVERTISEMENT
Rivalitas ini sudah terasa sejak awal 2016 di mana Bin Salman sudah diprediksi akan menyalip Nayef, menjadi putra mahkota.
Prediksi tersebut akhirnya menjadi nyata hari ini. Rabu, 21 Juni 2017, Raja Salman melucuti Muhammad bin Nayef dari semua jabatannya dan mengangkat anaknya, Mohammed bin Salman, menjadi putra mahkota.
Bagi Salman, keputusannya itu dilakukan demi menghindari perpecahan.
Infografis Keluarga Kerajaan Arab Saudi (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Infografis Keluarga Kerajaan Arab Saudi (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)