Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
5 Temuan KNKT soal Tragedi Jatuhnya Lion Air PK-LQP
6 November 2018 7:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Tim SAR mulai berhasil mengangkat bagian penting dari pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. Bagian penting, seperti Flight Data Recorder (FDR) hingga serpihan pesawat inilah yang mulai diteliti oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang berhasil diunduh dari FDR, sejumlah fakta terkait jatuhnya Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 itu mulai terungkap. Meski begitu, data ini belum dianalisis lebih jauh dan belum bisa menunjukkan penyebab jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 itu.
Berikut lima temuan KNKT terkait penyebab jatuhnya Lion Air JT-610,
1. Kecepatan Mesin Tinggi
KNKT memperkirakan mesin Lion Air PK-LQP masih menyala saat jatuh dan masuk ke perairan Karawang. Hal ini dapat dilihat dari temuan mesin yang berhasil diangkat oleh tim SAR. Dengan kondisi ini juga dapat dikatakan mesin dalam keadaan baik.
"Dari mesin ini kami bisa mengambil suatu kondisi di mana saat mesin ini menyentuh air ini dalam keadaan hidup. Hal ini ditandai dengan hilangnya semua turbin dan kompresor," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam konferensi pers soal evakuasi korban Lion Air di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11).
ADVERTISEMENT
"Mesin ini hidup dengan putaran yang cukup tinggi boleh kami katakan dari mesin ini tidak ada masalah," sebut Soerjanto.
2. Serpihan Kecil dan Luas
Sejumlah spekulasi yang menyebut pesawat meledak lebih dulu baru jatuh ke air juga dibantah oleh KNKT. Temuan KNKT menunjukkan pesawat jatuh dalam keadaan utuh dan pecah saat menyentuh perairan. Hal itu juga yang menyebabkan serpihan pesawat ditemukan dalam kecil-kecil.
"Pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air, dan pesawat tidak pecah di udara. Pesawat menyentuh air dalam keadaan utuh," ucap Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono dalam paparan kepada keluarga korban di Hotel Ibis, Jakarta, Senin (5/10).
"Serpihan sedemikian rupa kecil-kecil energi yang dilepas sangat luar biasa. Tadi dikatakan kepala Basarnas serpihan tersebar 250 meter itu menandakan titiknya di situ. Berjarak kurang lebih 1,8 kilometer dari posisi kapal," ujarnya.
ADVERTISEMENT
3. Airspeed Indicator Rusak
Kabar bahwa Lion Air PK-LQP mengalami kerusakan juga dibenarkan oleh KNKT. Temuan KNKT dari data FDR mengungkapkan pesawat mengalami masalah pada airspeed indicator. Bahkan, kondisi ini juga terjadi pada 3 penerbangan berturut-turut sebelum pesawat ini akhirnya jatuh.
"Sebelum ada data faktual, KNKT tidak pernah menduga. Kami hanya bisa berbicara berdasarkan fakta. Kami melihat ada beberapa, kita sudah akui bahwa penerbangan dari Denpasar ke Jakarta ada masalah teknis. Ternyata begitu kita buka black boxnya ternyata masalah teknis itu adalah kecepatan (airspeed)," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono saat konferensi pers di kantor KNKT, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (5/11).
4. Kerusakan Airspeed Indicator Terdeteksi di 4 Penerbangan Terakhir
Kerusakan pada Lion Air PK-LQP tidak hanya terjadi saat pesawat melayani penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang dengan kode penerbangan JT-610. KNKT menemukan fakta, kerusakan pada airspeed indocator ini juga terjadi pada 3 penerbangan berturut-turut yang dijalani oleh pesawat ini.
ADVERTISEMENT
"Pada 4 penerbangan sebelum kecelakaan ada kerusakan pada airspeed indicator. Kita akan meneliti lebih lanjut bagaimana perbaikan yang dilakukan dan bagaimana pilot menerbangkan selama pesawat mengalami kerusakan," kata Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT, Kapten Nurcahyo Utomo, dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Senin (5/11) sore.
"KNKT sedang meneliti bersama Boeing dan NTSB (National Transportation Safety Board) untuk mendetailkan kerusakan pada penunjuk kecepataan pada airspeed indicator pada 4 penerbangan terakhir karena berhubungan dengan masalah keselamatan. Kami sedang merancang apa yang harus dilakukan perbaikan," jelas Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.
5. Data Radar Sama dengan FDR
Sesaat setelah Lion Air PK-LQP jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, sejumlah gambar menunjukkan bagaimana pesawat terbang sampai akhirnya hilang dari radar. KNKT rupanya menemukan data serupa.
ADVERTISEMENT
Setelah mengunduh FDR, muncul data perjalanan pesawat selama 69 jam dengan 19 penerbangan. Data yang ditunjukkan pada penerbangan terakhir pun sama dengan data radar yang sudah beredar.
“Dari gambar ini kami hanya bisa tahu bahwa penerbangan ini sesuai dengan berita yang beredar di media apa yang selama ini masyarakat sudah ketahui dari Radar24, kaitannya kira-kira mirip dengan data yang sudah kami peroleh dari FDR,” kata Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo di Gedung KNKT, Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Minggu (4/11).
Meski sudah memiliki data dari FDR, KNKT masih membutuhkan rekaman pembicaraan dalam kokpit yang tersimpan dalam bagian lain dari black box, yakni cockpit voice recorder (CVR).
“Jadi kami punya FDR dan sudah pastikan datanya benar, ini sudah membantu untuk kami. Namun demikian, kami masih cari satu lagi black box karena memang dua black box ini isinya berbeda,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT