Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Tak ada yang tersisa dari sebuah peperangan. Harta benda hingga nyawa habis terkuras hanya demi label 'kemenangan'. Hingga kini, konflik berdarah masih banyak terjadi. Mulai dari protes hingga serangan dari kelompok militan.
ADVERTISEMENT
Ratusan orang meninggal dalam tragedi kemanusiaan, sedangkan ribuan lainnya kehilangan rumah, pekerjaan hingga anggota keluarga. Berikut ini kumparan (kumparan.com) merangkum lima konflik negara yang memakan banyak korban jiwa.
1. Demonstrasi di Iran
Kelompok anti-pemerintah di Iran menggelar demo pada Sabtu (30/12) waktu setempat.
Situasi ini dilandasi oleh kemarahan masyarakat yang merasa kondisi ekonomi di Iran tak kunjung membaik, ditambah kenaikan harga barang-barang pokok hingga korupsi. Aksi demo yang diikuti oleh ribuan orang itu menewaskan 13 orang demonstran.
Diketahui, unjuk rasa ini merupakan yang terbesar setelah unjuk rasa pro reformasi pada tahun 2009. Sedikitnya 72 orang tewas dalam aksi menentang terpilihnya kembali Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden di tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di ibu kota Iran, Teheran, aksi demo juga terjadi di beberapa kota seperti Tabriz, Isfahan, Shiraz, dan puluhan kota lainnya.
2. Yerusalem
Menyandang julukan sebagai kota suci tiga agama, sejarah kota Yerusalem sudah diwarnai konflik sejak 100 tahun yang lalu yakni pada Desember 1917.
Saat itu Jenderal Inggris Edmund Allenby merebut Yerusalem dari Kekhalifahan Ottoman Turki. Tidak cukup sampai di situ, sejak ribuan tahun yang lalu, Yerusalem jadi rebutan oleh berbagai kerjaan.
Status Yerusalem yang tidak jelas, diklaim sana-sini, membuat kondisinya selalu tegang. Ambisi Israel menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota semakin menguat, sedikit demi sedikit Israel mengambil lahan warga Palestina di Yerusalem dan membangun pemukiman penduduk.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2000 terjadi Intifada Jilid Dua yang berlangsung selama empat tahun. Lebih dari 3.100 warga Palestina tewas dalam peristiwa itu.
3. Konflik Mesir
Konflik antara pengikut kelompok Ikhmanul Muslimin yang pro-Presiden Mohamed Mursi, dengan kubu anti-Mursi yang didukung militer dimulai sejak tahun 2011.
Konflik tersebut menyebabkan ratusan jiwa melayang. Peristiwa tersebut bermula saat simpatisan Ikhwanul meyakini bahwa militer dan kubu oposisi telah mengkudeta Mursi, presiden terpilih tahun 2011.
Simpatisan Ikhwanul meminta Mursi untuk segera dibebaskan dan kembali menjabat sebagai Presiden. Sebaliknya, kubu oposisi dan militer ingin menggulingkan Mursi karena merasa Mursi telah bersikap otoriter.
Pada Agustus 2013, para pendukung Mursi terlibat perang jalanan dengan polisi di Kairo dan kota-kota lain. Sedikitnya 149 orang tewas dalam peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
4. Konflik Suriah
Awal mula terjadinya konflik Suriah pada 27 Februari 2011, dimulai dengan penangkapan 15 siswa di wilayah Hawran, Dar'a Suriah oleh polisi setempat. Ke-15 siswa itu ditangkap lantaran membuat grafiti yang dianggap melecehkan Presiden Basyar al-Assad.
Tindakan polisi yang menangkap ke-15 siswa tersebut dengan kasar menimbulkan kemarahan warga hingga akhirnya terjadi demo pada 15 dan 18 Maret 2011 dan menuntut Presiden Basyar al-Assad untuk mundur dari jabatannya.
Demo tersebut kemudian menyebar hingga ke beberapa kota di Suriah dan terus menerus dilakukan hingga sekarang. Akibatnya, 470 ribu jiwa tewas dan lebih dari satu juta orang terluka dalam tragedi tersebut.
Sementara itu, mereka yang masih hidup harus kehilangan pekerjaan dan terpaksa mencari uang dari perang seperti menjarah atau menculik. Kondisi semakin parah dengan bahan pangan yang langka, bilapun ada, harganya akan sangat mahal.
ADVERTISEMENT
Karena memakan banyak korban jiwa, konflik Suriah jadi tragedi kemanusiaan terbesar di abad 21. Tuntutan reformasi atas rezim klan Assad yang telah berkuasa selama 40 tahun merupakan salah satu faktor internal konflik suriah terjadi.
5. Konflik Rohingya
Di tahun 2016 kekerasan terjadi di negara bagian Rakhine, Myanmar, yang merupakan rumah bagi muslim Rohingya. Penduduk Rohingya menuduh aparat keamanan Myanmar dan kelompok militan radikal Buddha telah membakar desa-desa mereka.
Sedangkan pemerintah Myanmar berdalih serangan tersebut sebagai balasan terhadap 20 pos polisi yang dirusak oleh milisi Rohingya. Akibatnya, bentrokan susulan membuat banyak warga sipil baik islam maupun Buddha beramai-ramai meneyelamatkan diri.
Aung San Suu Kyi, Menteri Luar Negeri dan Penasihat Negara, disebut-sebut sebagai orang yang bertanggung jawab atas tragedi kemanusiaan tersebut. Padahal Suu Kyi adalah peraih Nobel Perdamaian pada 1991.
ADVERTISEMENT
Karenanya banyak aktivis mendesak Komite Nobel untuk mencabut penghargaan tersebut karena menganggap Suu Kyi tak melindungi kaum minoritas rohingya.
PBB menyebut serangan yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap etnis Rohingya pada Oktober 216 tersebut adalah kejahatan. Tercatat pada 2017, konflik ini telah menewaskan ribuan orang.