51% Pemilih di Bali Anak Muda: Tingkat Partisipasi Tak Bisa Diprediksi

17 Oktober 2024 17:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penetapan nomor urut paslon Pilgub Bali 2024 KPU Provinsi Bali, Senin (23/9/2024). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penetapan nomor urut paslon Pilgub Bali 2024 KPU Provinsi Bali, Senin (23/9/2024). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
KPU Bali mencatat 51 persen penyumbang suara terbesar dalam Pilgub 2024 berasal dari anak muda Gen milenial dan Z. Total jumlah daftar pemilih tetap adalah 3.283.893.
ADVERTISEMENT
Suara generasi Milenial atau usia 28-43 tahun mencapai 732.727 orang atau 29 persen. Sementara generasi Z atau usia 15-28 tahun mencapai 941.172 atau 22 persen.
Pengamat politik sekaligus dosen Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas), I Nyoman Subanda, menilai tingkat partisipasi anak muda dalam Pilgub Bali belum bisa diprediksi apakah bisa tinggi atau rendah.
Hal ini karena karakter anak muda saat ini dipengaruhi oleh media sosial dan keterwakilan suara mereka dalam Pilgub Bali.
"Saya fifty-fifty, artinya optimis sekali juga tidak namun sebetulnya mereka sangat mobile. Karakter Gen Z itu sering diviralkan kaum rebahan tapi rasa ingin tahunya sebenarnya tinggi," katanya saat dihubungi, Kamis (17/10).
Berkaca pada Pilpres 2024 lalu, anak muda aktif berpartisipasi dalam Pemilu lantaran ada Gibran Rakabuming Raka yang dianggap sebagai representatif anak muda. Gibran juga dinilai mampu menjangkau anak muda melalui media sosial.
Grafik DPT dalam Pilgub Bali. Foto: Dok. KPU Bali
"Dengan kondisi ini sebaiknya memang visi misi, kemasan debat dan kampanye (media sosial) harus menyentuh mereka. Ketika pilpres Gibran melakukan itu (dalam debat) walaupun tidak maksimal. Tapi paling tidak mampu menarik daya tarik anak muda," katanya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, antusiasme anak muda berpartisipasi dalam Pilgub juga tergantung program kerja yang ditawarkan paslon. Paslon harus bisa membuat program yang mewakili suara anak muda.
"Meskipun dari umur kandidat enggak milenial paling tidak visi misi, akan berbuat apa ke depan yang bisa menguntungkan dan berpihak kepada generasi muda harus disampaikan," katanya.
Beberapa program yang menurut Subanda dapat menyentuh anak muda di Bali adalah pendidikan, lapangan kerja, wadah aspirasi hingga menyalurkan hobi.
"Misalnya mereka hobi balapan, hobi olahraga atau hobi apa, ketika itu layaknya nitip ke siapa? Sehingga mereka ada kepentingan untuk datang, ada kepentingan untuk pilih nih bagus nih terwakili ide-ide saya. Tidak terwakili generasinya tapi ide-ide terwakili," katanya.
Subanda tak menampik salah satu faktor generasi muda berpartisipasi dalam Pilgub sekadar ikut-ikutan. Literasi anak muda dalam berpolitik belum mendalam.
ADVERTISEMENT
"Kalau memahami sih belum, ini yang belum. Kebetulan saya mengajar politik di universitas, ada yang saya ajar semester 1 yang hampir awam sekali tentang politik, dan image politik itu tidak bagus di mata mereka, kekerasan, konflik, ada ricuh," katanya.
Dia menuturkan, meningkatkan literasi anak muda dalam politik menjadi peran seluruh lapisan masyarakat, baik di sektor pendidikan, media dan organisasi masyarakat. Melek politik ini demi masa depan demokrasi Indonesia.
"Sehingga mereka ke TPS sudah ada kesiapan, saya akan memilih A, kenapa saya memilih, kenapa saya datang, itu harus ada alasan kuat, bukan karena diminta, ditakutin tapi memang ada keinginan datang," katanya.
"Ini perlu yang ditanam sejak dini. Kalau saya tidak berpartisipasi negara akan begini, masa depan saya gini, ini political education, enggak bisa sekarang saja. Ini program jangka panjang dan mendesak," ujarnya.
ADVERTISEMENT