629 Gadis Pakistan Dijual dan Dikawin Paksa di China

5 Desember 2019 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wanita Pakistan Foto: AFP/Farooq Naeem
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita Pakistan Foto: AFP/Farooq Naeem
ADVERTISEMENT
Lebih dari 600 gadis Pakistan dijual dan dikawin paksa dengan pria China. Tidak hanya itu, para gadis tersebut juga banyak yang mengaku dipaksa jadi pekerja seks di China.
ADVERTISEMENT
Hal ini terungkap dalam dokumen penyelidikan di Pakistan yang diberitakan secara eksklusif oleh The Associated Press (AP), Rabu (4/12). Sebanyak 31 warga China telah didakwa di Pakistan karena kasus ini, namun mereka dibebaskan pada Oktober.
Menurut pejabat pengadilan di Pakistan, mereka dibebaskan karena para korban yang sebelumnya diinterogasi polisi menolak hadir di sidang. Para korban diduga diancam atau disuap agar diam.
Dalam penyelidikan AP, diketahui kebanyakan korban adalah gadis-gadis dari komunitas minoritas Kristen yang kebanyakan warga miskin. Keluarga mereka yang menjual para perempuan itu kepada calo untuk dinikahkan dengan pria China, lalu dibawa ke kampung halamannya.
Sumaira seorang wanita Pakistan, memperlihatkan foto suaminya asal China di Gujranwala, Pakistan. Foto: AP Photo/K.M. Chaudary
Calo dari Pakistan dan China ini bukan hanya orang biasa, melainkan pemuka agama Kristen di sebuah gereja evangelis kecil. Penyelidikan juga menunjukkan ada sebuah madrasah pengajaran Islam yang terlibat dalam praktik ini.
ADVERTISEMENT
Penyelidik mencatat ada 629 perempuan dari Pakistan yang dijual oleh keluarganya ke China. Kebanyakan peristiwa ini terjadi pada 2018 dan berlangsung hingga April 2019 di kota Faisalabad dan Lahore di provinsi Punjab. Kasus serupa juga tercatat terjadi di ibu kota Islamabad.
Penyidik yang tidak ingin disebut namanya mengatakan penadah manusia di China membayar antara 4 juta dan 10 juta rupee (Rp 363 juta-Rp 900 juta) untuk satu orang gadis. Namun keluarga korban hanya mendapatkan 200 ribu rupee (Rp 18 juta), sisanya kebanyakan disunat oleh calo.
Penyidik lainnya mengatakan gadis-gadis Pakistan banyak yang dipaksa menjalani operasi kesuburan janin, mengalami pelecehan seksual dan fisik, serta dijerumuskan ke bisnis prostitusi. Satu laporan penyelidikan menyebut ada seorang wanita Pakistan dijual organ tubuhnya ke China.
Mahek Liaqat, gadis korban perdagangan manusia dari Pakistan ke China. Foto: AP Photo/K.M. Chaudary
Penyidik mengaku frustrasi dengan adanya upaya menghentikan penyelidikan kasus tersebut. Mereka menduga, Pakistan ingin menghentikan penyelidikan demi menjaga hubungan baik dengan China.
ADVERTISEMENT
Kedua negara saat ini terlibat kerja sama bisnis di bawah skema Jalur Sutra baru China untuk menghubungkan seluruh Asia. Pakistan mendapatkan proyek senilai USD 75 miliar dari China untuk pembangunan infrastruktur dan pembangkit listrik.
Menurut Saleem Iqbal, aktivis Kristen Pakistan yang mendampingi para korban, para penyelidik kasus ini tiba-tiba dipindahtugaskan ke tempat lain. "Ketika kami bicara dengan pemerintah Pakistan, mereka tidak mendengarkannya," kata Iqbal.
Seorang penyidik yang tidak ingin disebut namanya kepada AP mengatakan, "Tidak ada yang melakukan sesuatu untuk menolong gadis-gadis ini. Semua orang ditekan agar tidak menyelidikinya. Perdagangan manusia kini meningkat."
Aktivis Saleem Iqbal memberi keterangan pers terkait gadis Pakistan yang diperdagangkan ke China, di Faisalabad, Pakistan. Foto: AP Photo/K.M. Chaudary
Menurut laporan Human Rights Watch (HRW), kawin paksa ke China tidak hanya terjadi di Pakistan, tapi juga menimpa perempuan Myanmar, Kamboja, Indonesia, Laos, Nepal, Korea Utara, dan Vietnam.
ADVERTISEMENT
"Satu hal yang mengejutkan dalam kasus ini adalah betapa cepat berkembangnya jumlah negara yang jadi sumber bisnis perdagangan manusia untuk dikawinkan," kata Heather Barr, peneliti HRW.
Pemerintah Pakistan menolak mengomentari laporan AP. Sementara Kementerian Luar Negeri China mengaku tidak tahu ada daftar gadis yang dijual dari Pakistan.
"Kedua pemerintah China dan Pakistan mendukung pembentukan keluarga bahagia antara rakyatnya dengan dasar kerelaan sesuai dengan hukum dan regulasi, di waktu yang sama kami tidak menoleransi dan memerangi setiap bentuk pernikahan lintas-batas yang ilegal," ujar Kemlu China kepada AP.