Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
64 RW di Jakarta Rawan Kebakaran, Jaktim Berisiko Tertinggi
15 September 2022 11:49 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, Satriadi Gunawan mengatakan, dari 2.731 RW di Jakarta, ada 64 RW yang berisiko tinggi terjadi kebakaran.
ADVERTISEMENT
“Kita sudah lakukan kajian dan hasilnya ada 64 RW yang sangat berisiko tinggi rawan kebakaran dan ada 400 sekian yang rawan kebakaran. Sisanya masih golongan sedang dan menengah,” kata Satriadi sesuai melakukan simulasi kebakaran di Balai Kota DKI Jakarta , Kamis (15/9).
Temuan ini berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pihak Pemprov DKI bersama Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia.
Dari hasil penelitian ditemukan persentase tertinggi risiko kebakaran terjadi di Jakarta Timur yaitu dengan persentase 51 persen dengan kategori kebakaran sedang, dilanjutkan dengan Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu Utara dengan persentase 49 persen dengan kategori kebakaran sedang.
Lalu Jakarta Barat memiliki persentase 48 persen dengan kategori kebakaran sedang, lalu Jakarta Utara dengan persentase kebakaran 44 persen dengan kategori kebakaran sedang, serta Kepulauan Seribu Selatan memiliki persentase 38 persen dengan kategori kebakaran ringan.
ADVERTISEMENT
Jakarta Darurat Hidran
Dengan data tersebut, dapat disimpulkan rata-rata persentase kebakaran di Jakarta berada di angka 48 persen dengan kategori kebakaran sedang.
Satriadi mengatakan, tingkatan risiko kebakaran ini ditinjau dari beberapa variabel, seperti ketersediaan pos pemadam hingga adanya relawan kebakaran atau tidak.
“Tersedianya sarana dan prasanarana hidrant kota, APAR-nya, sumber air bagus atau enggak, padat huniannya, punya potensi aktivitas ekonomi ya seperti apa, banyak rumah jadi tempat usaha itu bisa jadi potensi (kebakaran), ada rumusnya, ada kajian akademisnya,” tutur Satriadi.
Ternyata hasilnya, DRRC UI menyimpulkan, keseluruhan wilayah memiliki kondisi hidran yang buruk atau tidak tersedianya hidran di wilayah Jakarta. Selain itu kepadatan penduduk yang meningkat beriringan dengan meningkatnya aktivitas manusia penyebab kebakaran.
ADVERTISEMENT