7 Fakta Dedi Mulyadi: Pernah Jual Gorengan hingga Larang 'Online Game'

Dedi Mulyadi blusukan di pasar (Foto: Dok. Tim Dedi Mulyadi)

Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi tentu sudah tidak asing lagi di telinga publik. Selain aktor kenamaan, Dedi Mizwar merupakan Wakil Gubernur Jawa Barat. Sementara Dedi Mulyadi lebih dikenal sebagai Bupati Purwakarta.

kumparan (kumparan.com) merangkum fakta seputar Demul, sapaan akrab Dedi Mulyadi

1. Berpengalaman di Eksekutif dan Legislatif

Dedi Mulyadi di Dialog Terbuka ILUNI UI (Foto: Puti Chinintya Arie Safitri/kumparan)

Karier politik Demul dimulai saat ia terpilih menjadi anggota DPRD Purwakarta periode 1999-2004. Ia menjabat sebagai Ketua Komisi E. Demul kemudian terpilih sebagai Wakil Bupati Purwakarta periode 2003-2008, berpasangan dengan Lily Hambali Hasan.

Karier politik Demul semakin menanjak pada tahun 2008. Ia terpilih sebagai Bupati Purwakarta peride 2008-2013 berpasangan dengan Dudung B. Supardi. Ia terpilih lagi menjadi bupati untuk periode 2013-2018 berpasangan dengan Dadan Koswara.

Pada 23 April 2016, ia diberi amanah untuk memimpin Partai Golkar di Jawa Barat sebagai Ketua DPD periode 2016-2020, menggantikan Irianto MS Syafiuddin alias Yance.

2. Kebijakan Larangan Bertamu di Atas Pukul 21.00 WIB

Dedi Mulyadi (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)

Saat menjabat Bupati Purwakarta, ia pernah membuat kebijakan larangan berpacaran atau bertamu di atas pukul 21.00 WIB. Bagi yang melanggar, akan dihukum secara adat, misalnya dengan diusir dari desanya dalam beberapa bulan atau membayar denda.

Selain itu, di setiap perbatasan desa dipasang CCTV agar peraturan tersebut dapat terealisasi dengan baik.

3. Melarang Usaha Online Game

Dedi Mulyadi sambangi buruh tani di Sukabumi. (Foto: Dok. Humas Dedi Mulyadi)

Selain kebijakan larangan berpacaran atau bertamu di atas pukul 21.00 WIB, ia juga mengeluarkan kebijakan larangan usaha “online game” dan PlayStation. Kebijakan ini dikeluarkan dengan alasan berdampak pada sifat dan karakter anak/pelajar yang cenderung berperilaku negatif.

4. Hobi Mengenakan Baju Asli Sunda

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi (Foto: Twitter @DeddiMulyadi71)

Sering memakai pakaian dan ikat kepala khas Sunda menjadi ciri khas Demul dalam berpakaiannya. Dia mengungkapkan dengan memakai pakaian khas Sunda, ia berharap jiwa dan budaya tanah leluhur tidak hilang tergerus zaman.

5. Sempat Berjualan Beras dan Gorengan

Dedi Mulyadi di Bekasi. (Foto: Dok.Dedi Mulyadi)

Sempat lolos seleksi calon mahasiswa baru di Universitas Padjadjaran, namun karena keterbatasan biaya Demul akhirnya melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman Purwakarta. Untuk membiayai kuliah, dia sempat berjualan beras dan gorengan.

Meski begitu, Demul aktif berorganisasi sejak muda. Pada 1994, Demul dipercaya sebagai Senat Mahasiswa STH Purnawarman. Kemudian ia menjabat sebagai Ketua Umum HMI Cabang Purwakarta.

6. Rekomendasi Cagub Jabar Dibatalkan DPP Golkar

Dedi Mulyadi di DPP Golkar (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)

Pada Agustus 2017, Demul sudah ditetapkan menjadi cagub Jabar oleh DPP Golkar. Namun, keputusan tersebut tiba-tiba dibatalkan dan Golkar malah memberikan dukungan untuk Ridwan Kamil. Keputusan ini diambil saat Golkar masih dipimpin oleh Setya Novanto. Saat itu, hubungan Demul dengan partainya sempat tegang.

Karena kejadian tersebut, Demul sempat mencari jalan lain yaitu berupaya maju Pilgub Jabar melalui PDIP tapi gagal.

Nasib berkata lain, pergantian pucuk pimpinan Golkar terjadi. Novanto diganti oleh Airlangga Hartarto. Ketika Airlangga menjadi ketum, ia membatalkan SK yang memberikan rekomendasi bagi Ridwan Kamil.

Akhirnya DPP Golkar mengajukan Deddy Mizwar sebagai cagub dan Demul sebagai cawagub.

7. Suka Berkesenian

Dedi Mulyadi (Foto: Dok. Istimewa)

Dedi Mulyadi merupakan seorang pemimpin yang suka berkesenian. Saat menjadi Bupati Purwakarta, ia kerap menggelar pertunjukan seni teater khas Sunda lengkap dengan nyanyian. Demul biasanya mengumpulkan warganya di sebuah pendopo. Kemudian, ia akan mengumpulkan seniman-seniman dari dalam maupun luar Purwakarta untuk berekspresi.

Saat memberikan salam perpisahan dengan warga Purwakarta, ia juga membuat sebuah pagelaran seni yang terdiri dari seni teater dengan diiringi pembacaan sajak dan lagu-lagu.