Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0

ADVERTISEMENT
Perayaan Natal yang dirasakan umat Nasrani dengan beribadah di gereja tak bisa dirasakan jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi.
ADVERTISEMENT
Di momen Natal tahun ini, GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia masih 'terusir' dan harus menggelar kebaktian Natal secara terbuka. Kebaktian Natal itu digelar di seberang Istana Negara yang diikuti sekitar 200 jemaat.
Koordinator Pelaksana Kegiatan Ibadah Jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi, Jayadi Damanik, mengatakan ibadah terbuka ini merupakan bentuk pengharapan para jemaat agar mereka segera memiliki gereja sendiri.
Sebagai informasi, pembangunan GKI di Taman Yasmin sudah terlantar selama 16 tahun. Gereja mereka disegel Pemkot Bogor dan IMB dicabut karena desakan sejumlah kelompok intoleran. Padahal putusan pengadilan hingga tingkat Mahkamah Agung (MA) telah memenangkan GKI Yasmin.
Nasib serupa juga dialami HKBP Filadelfia Bekasi yang izinnya dicabut Bupati Bekasi.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu pula, jemaat terkatung-katung dan memilih menggelar ibadah natal di seberang Istana agar pemerintah bisa turun tangan. Sudah 209 kali mereka menggelar ibadah di seberang Istana sejak Februari 2012.
"Kami tidak menggunakan istilah protes, tetapi sejak awal kami katakan kalau kita tidak beribadah di sini, kita ingin ada orang mengatakan, 'oh, Pak Jokowi enggak tahu, enggak pernah lihat. Sekarang kan kita lakukan dengan jarak 200 meter dari depan Istana. Tidak mungkin dia (Jokowi) tidak lihat, kan?," kata Damanik di depan Taman Aspirasi, Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (25/12).
"Harapan kita karena dia (Jokowi) bisa melihat dengan mata dan melihat dengan hati, 'Oh, ada warga negara yang begini, tolong lah diselesaikan, tidak susah kok, kalau Presiden Jokowi bisa merespons seperti ini, tidak susah," sambung Damanik.
Selain kepada Jokowi, Damanik juga berpesan kepada Wali Kota Bogor, Bima Arya, agar memenuhi janjinya untuk menuntaskan persoalan GKI Yasmin pada tahun ini.
ADVERTISEMENT
"Moga-moga komunikasi yang dilakukan ini bisa benar benar terselesaikan komunikasinya di akhir tahun ini. Karena masih ada waktu sekarang tanggal 25 [Desember], tanggal 31 [Desember] berarti, ya, sekitar 6 hari lagi, ya, kalau kita mengikuti pernyataan beliau (Bima Arya)," katanya.
Diketahui sebelumnya Bima Arya telah menggelar pertemuan dengan sejumlah tokoh lintas agama untuk membahas komitmen Pemkot Bogor dalam menyelesaikan polemik GKI Yasmin.
Bima Arya mengklaim pihaknya terus memastikan perlindungan terhadap setiap warganya, termasuk dalam hal beragama dan beribadah.
“Perbedaan pandangan dan kontroversi yang terus berkembang selama 16 tahun terkait penyelesaian masalah tersebut, menuntut kami untuk terus membangun komunikasi dengan semua pihak untuk merumuskan kebijakan dan langkah-langkah secara komprehensif,” ujar Bima dalam keterangannya, Jumat (20/12).
ADVERTISEMENT
Selain itu, tim khusus dari unsur Pemkot Bogor dan pihak GKI telah terbentuk pada Agustus 2019 lalu. Tim tersebut terdiri dari tujuh orang yang fokus membahas penyelesaian gereja dengan opsi membangun gereja di daerah baru, relokasi atau berbagi lahan.
“Ada tujuh orang di tim ini yang ditunjuk oleh Majelis Sinode untuk melakukan pembahasan bersama Pemkot Bogor untuk mencari penyelesaian masalah tersebut. Pembahasan selama setahun terakhir dilakukan oleh tim ini secara rutin. Tim bersama melakukan analisa terkait situasi yang sedang berkembang, untuk menemukan rekomendasi penyelesaian yang bisa diterima oleh semua pihak,” tutur Bima.