Acara Perpisahan Firman Anak Bomber Gereja dan Teman-temannya

15 Mei 2018 17:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SMP anak bomber gereja sekolah (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SMP anak bomber gereja sekolah (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
ADVERTISEMENT
Firman Halim (16) anak dari bomber gereja, Dita Oepriarto, meninggalkan kesan mendalam di mata teman-temannya di SMP swasta di Surabaya. Dia adalah role model, sekaligus teman yang baik. Acara perpisahan yang digelar di Probolinggo, Jawa Timur, jadi memori terakhir mereka.
ADVERTISEMENT
Wali Kelas Firman, Hafidatur Romla, menerangkan pada pekan lalu Firman dan kawan-kawannya serta guru menggelar acara tur perpisahan di kota Probolinggo. Sepanjang acara yang berlangsung selama tiga hari tersebut, Firman tak menunjukkan tanda-tanda yang aneh.
“Tidak ada tanda-tanda, anak itu baik. Saya tidak tahu, nggak ada cerita sebelumnya. Dari temen-temennya nggak ada cerita kalau dia cerita aneh,” kata Hafidatur kepada kumparan, Selasa (15/5).
Keluarga bomber tiga gereja Surabaya. (Foto: Dok. Polda Jatim)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga bomber tiga gereja Surabaya. (Foto: Dok. Polda Jatim)
Aktivitas mereka saat itu makan-makan sampai bernyanyi. Tak sedikit pun terlontar dari Firman kata atau raut wajah yang menyiratkan bakal melakukan aksi radikal.
Karena itu, seluruh rekan dan guru heran saat mendengar kabar Firman melakukan aksi bom bunuh diri bersama kakaknya Yusuf Fadhil di Gereja Santa Maria. “Kita syok luar biasa,” kata Hafidatur.
ADVERTISEMENT
Kepala sekolah tempat Firman bersekolah, Ari Sutikno, menambahkan, Firman adalah anak yang baik. Remaja berusia 16 tahun itu pernah jadi ketua IPM semacam OSIS, lalu juga pernah mengikuti kejuaraan Tapak Suci dan pernah menjadi juara dua. Sesekali, Firman juga kerap memimpin upacara.
Keluarga pelaku ledakan bom di Surabaya. (Foto: Facebook/Puji Kuswati)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga pelaku ledakan bom di Surabaya. (Foto: Facebook/Puji Kuswati)
Ari juga menyebut, Firman ke sekolah selalu menggunakan sepeda onthel. Tak pernah dia menunjukkan hal-hal aneh dan radikal. Sikapnya pada guru dan orang tua juga selalu sopan.
Firman adalah salah satu anak yang dilaporkan menangis sehari sebelum beraksi pada hari Minggu (13/5) kemarin. Belum diketahui apa alasan Firman menangis. Yang jelas, kini dia sudah tiada, meninggalkan kenangan bagi rekan-rekannya.