Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Acay ‘KM 50’ ke Duren Tiga Usai Yosua Tewas, Lihat Sambo Merokok Sambil Marah
26 Oktober 2022 18:49 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada malam itu, baru saja terjadi pembunuhan terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, di rumah dinas Kadiv Propam di Perumahan Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Hal itu diungkapkan oleh AKBP Ari Cahya Nugraha alias Acay saat bersaksi untuk terdakwa AKP Irfan Widyanto. Irfan merupakan salah satu terdakwa dalam kasus dugaan obstruction of justice alias perintangan penyidikan kasus pembunuhan Yosua.
Acay mengaku ditelepon Sambo pada tanggal 8 Juli 2022, hari di mana Yosua tewas. Ia disebut-sebut merupakan bagian dari tim yang menangani CCTV kasus KM 50.
"Saya masuk lewat pintu samping. Kurang lebih setelah saya melewati pagar, posisi saya setelah melewati pagar, posisi Pak FS [Ferdy Sambo] ada di meja, Yang Mulia hakim. Beliau sedang merokok sendirian, mengenakan pakaian PDL dan celana PDL tapi alas kakinya saya lupa," kata Acay di PN Jakarta Selatan, Rabu (26/10).
ADVERTISEMENT
"Dengan wajah, mohon maaf, tidak seperti biasanya. Wajahnya merah seperti orang marah, Beliau masih merokok sendirian," tambah Acay.
Acay menceritakan bahwa saat itu, ia datang bersama Irfan Widyanto. Namun Irfan hanya berada di luar rumah. Tidak sampai masuk ke rumah dinas.
Setelah rokok Sambo dimatikan, "baru saya berani mendekati Beliau untuk melaporkan: mohon izin jenderal dari saya, mohon perintah jenderal," ungkap dia.
"'Disampaikan tidak ada (perintah). Beliau hanya minta ikut masuk," tambahnya lagi.
Saat itu, kata Acay, posisi Sambo sedang di garasi. Ia mengatakan, waktu itu, Sambo belum menjelaskan kepadanya tentang apa pun yang terjadi.
"Yang jelas posisi di luar rumah sudah banyak anggota Provost, mobil Provost, mobil dinas, dan kalau enggak salah mobil Satreskrim Polres Jakarta Selatan," jelas Acay.
ADVERTISEMENT
Acay lalu masuk dari garasi menuju dapur dan melewati pintu yang mengarah ke arah ruang tengah rumah Sambo. Dia juga melewati meja makan. Saat melewati itu, ia melihat ada sosok tergeletak di sebelah tangga.
"Terlihat seseorang tergeletak di sebelah tangga, 'mohon izin jenderal, itu siapa?', 'Yosua', 'kenapa jenderal?', 'Kurang ajar dia, sudah melecehkan ibu'," ungkap Acay menirukan percakapan dia dengan Sambo.
"Bahasanya hanya seperti itu, 'melecehkan ibu'," kata dia mengulangi.
Lalu ia kembali bertanya: "Terus kenapa tergeletak?".
Namun Acay tak menjelaskan spesifik jawaban Sambo kala itu.
"Saya lupa secara persis apakah tembak menembak atau ditembak, tapi yang jelas Beliau ceritanya seperti itu," terangnya.
Setelah memasuki ruangan Sambo, tambah Acay, di sana juga sudah ada sekitar empat anggota polisi lain. Termasuk Ricky Rizal Wibowo dan Richard Eliezer selaku ajudan Sambo.
ADVERTISEMENT
"Di dalam ruangan itu sudah ada beberapa anggota empat atau lima saya lupa, kemudian di dalam juga banyak anggota Satreskrim yang masuk sempat ditanyakan oleh Pak Karo Provost, 'kenapa bisa sampai di sini, saya jelaskan saya Ari Cahya dari Bareskrim dan saya bisa sampai di sini sambil saya tunjuk Pak FS, saya ditelepon Beliau'," kata dia.
Saat di ruangan itu, Acay bilang sempat bertanya kepada Ricky soal kejadian di rumah itu.
"Saya tanya Ricky, 'ada apa?', 'Iya ndan, ada tembak-menembak dengan Yosua sambil dia menunjuk ke arah Richard yang ada di sebelah kanan saya'," kata dia.
"Saya tanya, kamu Richard? 'Siap ndan', 'Kamu yang nembak?' Dengan mimik yang tenang, dia mengatakan siap ndan 'saya yang nembak'," terang Acay.
ADVERTISEMENT
Acay tak begitu terang menjelaskan soal tujuan apa dia dipanggil Sambo saat kejadian. Namun, nama Acay disebut dalam dakwaan.
Ia disebut sebagai orang yang memerintahkan Irfan Widyanto menghadap ke Duren Tiga. Sebab, sehari usai eksekusi Yosua, Acay berada di Bali. Ia pun meminta Irfan menggantikannya ke Duren Tiga.
Acay lalu meminta Irfan datang ke Duren Tiga dan menghadap Kombes Agus Nurpatria Adi Purnama. Irfan kemudian diperintahkan menyisir CCTV di Kompleks Duren Tiga sebagai upaya menutupi pembunuhan Yosua. Hal itu dilakukan karena diduga atas perintah dan skenario Ferdy Sambo.